Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Karya

Buku Literasi, Hoaks dan Sejumlah Esai Lainnya di Tribun Timur

Saya bersama istri datang ke kantor ini. Namun, bukan karena agar kami ingin dimuat di media. Bagaimana tidak, ketika nama/tulisan/foto Anda muncul di media daringnya, Anda pasti akan 'langsung terkenal'. Pengunjung halamannya saja pernah menembus angka 3,2 juta visitors dalam sehari dan pengunjung hariannya mencapai 2,1 juta per Januari 2019 (data dari tulisan Kak Thamzil Thahir). Jujur, kami datang ke kantor ini buat menemui orang-orang hebat ini. Yang sejak dulu hingga sekarang tetap menjadi inspirator kami. Meski secara pribadi saya belum lama mengenalnya, tapi mereka teramat baik dan begitu sederhana. Alhamdulillah, kemarin malam kami mendapat banyak saran hasil sharing dengan Kak Jumadi. Terima kasih, Kak. Meskipun sebelum pulang, Kak Haris bilang, "jangan ko terlalu banyak dengar sarannya Pak Jumadi." 😁 M Galang Pratama & Abdul Haris Suardi | Foto: Ainun Jariah Terima kasih Kak Abdul Haris Suardi, bos kami di iklan online waktu itu, y

Pasutri Muda Warga Gowa Alumni UIN Alauddin Ini Terbitkan Buku Literasi Hoaks

BAGI Muh Galang Pratama dan Ainun Jariah menulis adalah sebuah kegemaran. Pasangan suami istri (pasutri) muda ini aktif menulis esai-esai hingga menerbitkankannya menjadi sebuah buku. Judulnya Literasi, Hoaks  dan sejumlah esai lainnya. Buku tersebut merupakan hasil karya keduanya terhadap fenomena sosial yang berkembang di masyarakat. Kumpulan tulisan tersebut pernah diterbitkan di kolom opini surat kabar lalu disatukan hingga diterbitkan menjadi buku. "Buku ini merupakan kumpulan tulisan kami berdua yang digabung menjadi buku," kata Galang kepada Tribun Timur, Jumat (30/8/2019). Uniknya, buku tersebut diterbitkan di percetakan yang mereka rintis sendiri. Buku  itu akhirnya resmi terbit sejak 22 Agustus 2019 lalu. Kegemaran membaca dan menulis pulalah yang mempertemukan mereka di sebuah perpustakaan kampus. Keduanya kemudian menjadi teman akrab yang saling diskusi soal tulisan. Hingga akhirnya keduanya sepakat membina rumah tanggak sejak April 2018.

Hoaks

Ada seorang anak, yang bukan anak anak lagi. Ia hidup di zaman yang serba cepat. Internet ia telah kuasai. Seluruh media sosial ia mainkan. Sehari hari, ketika baru bangun di pagi hari, ia seketika membaca berita lewat dunia maya. Dan kembali tidur di malam hari dengan gawai yang masih menyala di tangannya. Sebelum tidur ia tak lupa menyebarkan berita berita #viral yang ia temui di linimasa media sosialnya. Karena merasa berita itu sedang hangat, maka dari itu ia berpikir dengan ikut menyebarkannya, dan ia merasa telah berkontribusi sekaligus memberikan apresiasi untuk dirinya yang begitu amat peduli. Tapi, apakah itu benar? Haruskah setiap yang kita baca, dengar dan juga disebarkan oleh banyak orang, seketika kita mesti ikut menyebarkannya? Tak perlukah kita memahami literasi digital? Literasi media? Jangan jangan yang kita sebar, sebetulnya hanya berita palsu? Nah! Maka berhati hatilah menyebarkan berita yang belum kita tahu kebenaran mutlaknya. Apalagi kita hanya ikut i

Buku Esai

Baiklah, mengawali tahun ini saya dan istri akan berkolaborasi lagi. Kami berdua menulis buku bersama. Tapi berbeda dari sebelumnya, kini kami akan persembahkan esai esai kami. Ya, kali ini tulisan non fiksi ya. Semoga kalian menantikannya di Penerbit Jariah Publishing Intermedia. Order sebelum PO https://bit.ly/bukubukubuku Buku Baru

Seharian Mengedit

Hari ini adalah hari libur. Sebelum pulang ke kampung istri di Bontonompo Gowa, kami mengunjungi salah satu cafe di Makassar. Namanya "You Had Me at Hello" atau nama IGnya, @helloyouhadme . Kami datang di sini bukan tanpa sebab seperti anak anak muda kebanyakan. Ya kami datang di sini karena alasan kerja. Kami bertemu dengan salah satu teman yang ingin dibantu menerbitkan bukunya. Akhirnya kami berbincang lalu lanjut bikin konsep bukunya hingga akhirnya berhasil membuat draft cover serta naskahnya. Selain itu, kami juga buat mocks up buat memperindah produk yang kami pasarkan. Ya, duduk dari pagi hingga magrib. Tapi untung cafenya bagus dan nyaman. Wifinya juga kencang serta bersih. Pokoknya kami tidak rugi ada seharian di sana. Oke fixed, jika kalian ingin ke sana sila cek alamatnya di maps ya. 😁 Foto: Jariah's & Mustikasari 

Cara Agar Doa Terkabul

Foto foto: Arsip Pribadi OKE saya punya cerita tentang kejadian beberapa hari silam. Kisah itu sebenarnya dimulai sejak Mei 2018. Doa kami sederhana kala itu: "Semoga buku kami bisa selesai cetak dalam waktu yang pas."  ***  Akhir April 2018, setelah kami menikah, istriku, Ainun Jariah berniat mencetak ulang bukunya. Kumpulan Cerpen Kisah Kita Terbatas dan Novel Rindu di Tepi Senja.  Akhirnya setelah proses penyuntingan yang memakan waktu berbulan bulan, barulah pada 10 Mei lalu kami mengirimkan naskah ke dua buku itu ke penerbit. Tak hanya sampai di situ. Ada beberapa halangan yang sempat terjadi, sebetulnya. Mulai dari perubahan sampul dan isi Novel sampai pada perpindahan penerbit. Namun akhirnya semua kami jalani dengan lapang dada. Tanggal 20 Mei 2018, naskah fixed itu pun dikirim untuk segera dicetak. Bukti Pengiriman Pos Butuh waktu kurang lebih satu pekan buku itu dicetak. Akhirnya, tanggal 1 Juni, penerbit akhirnya mengirim buku pesanan k

Kitab Puisi Pranala - M. Galang Pratama

Sampul Kitab Puisi Pranala Judul? Saya sengaja mengambil judul Pranala, dikarenankan puisi yang termuat di dalam puisi berjudul yang sama cukup mewakili kurang lebih 68 Puisi dalam buku ini. Puisi berjudul Pranala di buku ini menceritakan tentang proses penciptaan karya. Karya yang dibuat susah payah, ternyata ada yang menjiplak --plagiat! Orang orang mudah mengklaim hak cipta. Nah, sikap semacam ini sangat curang, alhasil sulit sekali mendapat sesuatu yang benar benar asli saat ini. "Tak ada asli kecuali hanya imitasi." Demikian salah satu bunyi potongannya. Baris selanjutnya berisi kritikan yang lebih pedas. Silakan baca, jika mau tahu kelanjutan dari puisi tersebut atau jika kauingin merenungi puluhan puisi lainnya, baca! Tanggapan Itu Pranala asing kudengar namun mengoyak sukma, sajaknya kritis dan berontak seakan memanggil jiwa2 yang lemah melakukan perlawanan. Halaman demi halaman kubuka, kadang romantis, kadang pula manis namun pesimis.

Perihal Engkau

Seperti berita tentang perubahan iklim yang tak menentu, perputaran arah mata angin dan fenomena fenomena geografi yang hari demi hari kian memberi banyak tanya Demikian pula hadirnya engkau, yang selalu menjadi perbincangan di hati akhir akhir ini Aku yang terbiasa sendiri sejak mengarungi lautan, kini harus merasa ramai akan celotehanmu yang tak pernah jera Telingamu selalu hangat menampung kabarku yang terbiasa bergejolak seperti deru ombak Aku membayangkan hidupku seumpama makhluk yang hidup di tengah tengah pulau yang sepi, namun aku masih bisa bertahan dengan segala hal yang datang. Makan, minum dan kebiasaan sehari hari lainnya bebas kujalani tanpa tekanan berlebih. Sebab, satu hal kuyakini hingga kini.. Tuhan pasti telah menyimpan rapat satu rahasia perihal dia yang kelak memenuhi dahagaku. Namun, perihal engkau yang kini hadir Mendengar kisah kasih kita di masa silam kadang membuatmu berekspektasi lebih lalu memunculkan rasa pada labirin hatimu Aku belum ju

Semangat Kerja

Kakek Penjual Koran dan Anak Penjual Tisu Lihat Tweet @kampuspuisi :  Dokumentasi Pribadi

Channel Saya

Ini Channel saya di youtube. http://yoalizer.com/mTL

Pasipu (Pancasila Puisi)

Lima Dasar Puisi: Nabi Muhammad adalah penulis Puisi Puisi adalah tentang keadilan bagi rakyat Puisi adalah pemersatu umat Puisi dipimpin oleh siapa pun, tak ada yang diwakili apa lagi diwakilkan oleh Puisi Puisi siap mengadili manusia pelanggar keadilan dalam suatu negara Source : s-media-cache-ak0.pinimg.com

Hal-hal yang kusyukuri selama setahun terakhir

APRESIASI, Harian FAJAR, 6/11/2016 OPINI, Harian FAJAR, 11/11/2016 PUISI, Harian Go Cakrawala, 19/11/2016 PUISI, Harian Amanah, 26/11/2016 SURAT PEMBACA, Harian KOMPAS, 27/11/2016

Perjalanan Sebuah Karya

Buah Tangan Pertama Akhir Agustus 2015 silam, naskah buku ini masuk ke Penerbit Garudhawaca, Yogyakarta, Dengan membayar biaya pra cetak sekitar 150 ribu rupiah, naskah ini mulai diproses, begitu kalimat pertama yang diungkapkan sang redaktur penerbit kepada saya baik melalui pesan di hp maupun lewat surel. September, Oktober, November, Desember.  Ya, baru di akhir bulan Desember 2015 saya mendapat kabar dari penerbit, kalau naskah buku saya sudah diterbitkan. Meski selama masa empat bulan menunggu saya sering mempertanyakan buku ini. Dan pihak redaksi hanya mengatakan, "sabar ya Mas, bukunya sedang proses," "Sabar Mas, banyak antrian cetak yang masuk, "Mas, mesin cetaknya rusak, harap sabar ya." Saya masih mengingat jelas kalimat dari sang redaktur. Akhirnya, selama menunggu, saya terus memperbaiki kualitas tulisan-tulisan saya, ya, dengan banyak menulis dan banyak membaca. Tiba tahun baru 2016. Setelah saya tanyakan ke pihak penerbit, kapa

Putri Karaeng

P ernikahan Batal karena Uang Panai . Judul tulisan itu tertulis jelas di sebuah surat kabar di kota ini.  *** GELISAH . Itulah yang dirasakan seorang pemuda dua puluh tahun. Pikirannya melayang menyusuri bayang yang tak pernah jelas arahnya. Sejak pertengahan tahun ini, ketika seorang perempuan datang berkenalan dengannya, seakan ada sebuah paku tertancap di bilik bambu. Paku itu diandaikan sebagai kegelisahan dan bambu itu adalah hatinya. Perlahan namun pasti, sesuatu yang menusuk itu menancapkan ujungnya tepat di permukaan yang mudah remuk.  *** TELEPON genggam Armin berdering. Sebuah panggilan masuk. Nama kontaknya terlihat jelas: Ammak.  “Ammoterekki.” “Teaki rong, Ammak. Niak inji erok kujama anrinni.”  “Ammoterek miki rong, Nak. Niak erok napawwangngangki, Bapaknu.”  Panggilan dimatikan. Sebenarnya seruan untuk pulang itu adalah perkara penting. Selama dua tahun Armin tak pernah pulang untuk sekadar menjenguk orangtuanya.

Sajak-Sajak Appa Sulappa

Empat Elemen dalam Tubuh Manusia yang Menguasainya dalam ber-emosi, ber-ilmu, ber-keinginan dan ber-perilaku . --- empat sajak, appa sulappa Api yang berdiri. dalam rangkaian huruf Arab, ia berarti Alif. Tegak yang memiliki emosi. lumbung utama syahwat dalam diri manusia yang dapat membakar ketika tak ditahan: dengan puasa. * Angin yang rukuk. dalam rangkaian huruf Arab, ia berarti Ha. Berongga yang menggenggam ilmu pengetahuan. medium yang menjalar. ia seperti ilmu yang memberikan pengetahuan pada manusia. ia tak bisa disekap dalam diam. -tetapi ia punya penawar, ketika demikian begitu liar: dengan salat. * Air yang bersujud. dalam rangkaian huruf Arab, ia berarti Mim. Menyesuaikan yang menguasai keinginan. menentukan segala niat. punya sifat tak terduga. yang kadang tenang di permukaan, namun beriak di pedalaman -hanya dapat ditundukkan: dengan membaca dua kalimat syahadat. * Tanah yang duduk. dalam rangkaian aksara Arab, ia adalah Dal. Rendah yang memega

Kata Ayah

ada tempat di sana kita bisa mengambil hikmah menemukan kesadaran sejati sebagai insan berakal ada tempat yang seharusnya ramai,  kian hari memprihatinkan sekali manusia lebih suka ke pusat perbelanjaan, atau mengunjungi bioskop-bioskop ternama yang tak jelas amanatnya di sana sumber ilmu dibiarkan berkerut tubuhnya koyak dimakan senyap tiada lagi dijadikan cerminan ayahku berkata: jika ilmu tak lagi bertahta maka tunggu kehancuran suatu negara --lalu aku berceletuk jadi, jika anak mudanya jarang membaca maka tunggu saja kleptokrasi meraja lela. * ayahku tertawa dan kleptokrator mengikutinya. Gowa, Oktober 2016 *Cat: celetuk: menyela secara spontan kleptokrasi: kesenangan mengambil/menerima penghasilan tambahan dengan cara tak terhormat. Source: www.clipartkid.com

Ainun

Aku ingin pulang malam ini Menemuimu. Ah bukan, Aku hanya ingin hujan. * Aku ingin kembali merindukanmu Kini aku membiarkan tubuhku dipeluk dinginnya hujan. Itu yang kulakukan, demi menahan perihnya Tak berjumpa denganmu- Malam ini. 2016 Her smile

Benteng Ujung Pandang

Empat abad berdiri kokoh di tanah Gowa Megah dengan tembok batu padas raksasa Sebagai markas pertahanan daerah Menjaga mahkota ‘emas’ sang raja Agar tak beralih ke tangan penjajah. Benteng eksotis menyimpan bukti sejarah Perlawanan kerajaan Gowa-Tallo dahulu kala Benteng berbentuk penyu raksasa Kuat di darat juara di laut, filosofinya. Empat kaki mencengkeram tanah Dengan kepala menghadap muara Tampak jelas formulasi berganda Siaga melahap penjajah sumber daya. Benteng Penyu, benteng Ujung Pandang Masih kekar berdiri hingga sekarang Menjadi situs peninggalan para pahlawan Bagi generasi muda dan kaum pendatang. Lantangkan namamu, bahwa kau  benteng Ujung Pandang Bukan Fort Rotterdam.  Sebab Nederland, sudang lama berpulang. Makassar, 13 Juli 2015 Source abstract[dot]desktopnexus[dot]com

Tak Terdengar

Aku harus diam di balik tetesan hujan sore ini Meski dingin terus menyergap hati Saat rangkaian senyum tak pernah terurai Aku harus diam dan menyendiri dalam sepi Sambil menari nari bersama angin bahari Aku harus diam saat khayalku mulai terprovokasi Atas bisikan angin yang ingin membawaku pergi Aku harus diam meski kutahu semuanya palsu belaka Hanya retorika yang tak sampai logika Aku harus diam saat kusadar pilihanku ternyata salah Bahkan dalam kebisuanku, mereka berbahagia Nangkring jadi penjabat daerah! Kini aku bisu karena dibisukan. 2015 Source : noisetrade[dot]com

Film yang Belum Selesai

aku sedang membayangkan kau sedang berada di pemutaran film ini disaksikan oleh banyak pasang mata beradu dalam pergolakan darah yang tak berkesudahan. seketika kau tersenyum. tapi kau enggan berbalik ke arahku aku memanggilmu dari balik layar bioskop ini tapi kau tetap setia memainkan peranmu. aku pun masih setia dalam kesabaranku sesabar menanti selesainya tokoh yang kau wakilkan hingga ketika kau membuka tirai itu petanda selesainya film, lalu matamu memeluk seluruh kursi di hadapanmu. dan kau mendapatiku.  tidak lagi menemui saya. April, 2016 Source : beliefnet[dot]com

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog