Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Puisi

Cara menulis puisi bagi pemula

Buku Puisi pertamaku (2015) Saya heran kenapa kata kunci Cara membuat puisi atau Cara menulis puisi sedang trending di Google. Mungkin ini ada kaitannya dengan belajar di rumah. Saat ini banyak siswa sekolah sedang belajar dari rumah mereka. Mengerjakan tugas dari rumah dan tentu saja memanfaatkan internet dalam mencari tugas. Nah, salah satu tugas yang biasanya diberikan oleh guru Bahasa Indonesia yakni membuat atau menulis puisi . Selanjutnya, bagaimana memulai menulis puisi? Berikut ini cara termudah menulis puisi bagi pemula yang boleh kalian coba. 1. Langsung menulis sembarang tema Menurut saya, yang terpenting dalam membuat puisi adalah menulis saja dulu. Tidak perlu pikirkan masalah tema dan lain lain.  Tulis saja hal sederhana di sekitar kalian yang bisa kalian jadikan dasar atau gambaran dalam membuat puisi. 2. Usahakan ada bunyi rima yang pas Bedanya puisi dengan tulisan sastra lainnya karena bentuk puisi yang disertai rima. Menurut KBBI, rim

Padi Tumbuh Tak Berisik

ilustrasi padi tumbuh  Sawah di belakang rumah mulai ditanami padi Para petani setiap pagi pergi bawa cangkul dan nasi Saatnya anak anak bermain layang Saatnya lupa waktu makan sampai malam Aku bukan seorang petani Tapi Ayah besar dari bertani Kakek sudah tua Waktu kecil hidup di sawah Kata Tan Malaka, "Padi Tumbuh Tak Berisik" Aku memang tak pernah mendengar padi berisik Tiap kali layanganku jatuh mengenai padi, ia tak berkutik apalagi bergidik Waktu padi jadi beras lalu ditanak jadi nasi oleh Ibu yang cantik, ia begitu pasrah melewati esofagus tanpa memekik Aku suka padi Aku mau jadi seperti padi Padi tumbuh tak berisik Tapi entah kenapa banyak menumbuhkan yang berisik Apa jadi seorang petani Jika harga beras merosot turun Petani jadi bingung Mau kasih makan apa besok? Aku tak mau petani bersedih Nanti tak ada lagi yang menanam padi Kalau padi sudah tak ditanam Semua orang baru menyadari: ternyata uang tak bisa dimakan Tolong biarkan s

Puisi: Bulan Ramadan

Bulan Ramadan Perumahan di atas Kuburan Gowa, 2018 Sebuah batu nisan di atas tanah yang ingin dibangun perumahan. Gambar ini diabadikan pada pertengahan Mei 2018 berlokasi di Kab. Gowa

Kitab Puisi Pranala - M. Galang Pratama

Sampul Kitab Puisi Pranala Judul? Saya sengaja mengambil judul Pranala, dikarenankan puisi yang termuat di dalam puisi berjudul yang sama cukup mewakili kurang lebih 68 Puisi dalam buku ini. Puisi berjudul Pranala di buku ini menceritakan tentang proses penciptaan karya. Karya yang dibuat susah payah, ternyata ada yang menjiplak --plagiat! Orang orang mudah mengklaim hak cipta. Nah, sikap semacam ini sangat curang, alhasil sulit sekali mendapat sesuatu yang benar benar asli saat ini. "Tak ada asli kecuali hanya imitasi." Demikian salah satu bunyi potongannya. Baris selanjutnya berisi kritikan yang lebih pedas. Silakan baca, jika mau tahu kelanjutan dari puisi tersebut atau jika kauingin merenungi puluhan puisi lainnya, baca! Tanggapan Itu Pranala asing kudengar namun mengoyak sukma, sajaknya kritis dan berontak seakan memanggil jiwa2 yang lemah melakukan perlawanan. Halaman demi halaman kubuka, kadang romantis, kadang pula manis namun pesimis.

Perihal Engkau

Seperti berita tentang perubahan iklim yang tak menentu, perputaran arah mata angin dan fenomena fenomena geografi yang hari demi hari kian memberi banyak tanya Demikian pula hadirnya engkau, yang selalu menjadi perbincangan di hati akhir akhir ini Aku yang terbiasa sendiri sejak mengarungi lautan, kini harus merasa ramai akan celotehanmu yang tak pernah jera Telingamu selalu hangat menampung kabarku yang terbiasa bergejolak seperti deru ombak Aku membayangkan hidupku seumpama makhluk yang hidup di tengah tengah pulau yang sepi, namun aku masih bisa bertahan dengan segala hal yang datang. Makan, minum dan kebiasaan sehari hari lainnya bebas kujalani tanpa tekanan berlebih. Sebab, satu hal kuyakini hingga kini.. Tuhan pasti telah menyimpan rapat satu rahasia perihal dia yang kelak memenuhi dahagaku. Namun, perihal engkau yang kini hadir Mendengar kisah kasih kita di masa silam kadang membuatmu berekspektasi lebih lalu memunculkan rasa pada labirin hatimu Aku belum ju

Yang Tak Karam

dan di antara jam dinding yang berdenting menunggu waktu adalah harapan terakhir kita kau sepasang lengan hujan aku tanah remuk yang kau caci maki meski badai mengempas dinding kapal di tengah lautan aku tetap bersandar pada janjiku aku siap tenggelam kapan pun kapan pun tenggelam aku siap aku percaya selama aku dalam ingatanmu aku pasti akan tiba diseberang sebab penantian dan jarak tak berarti apa apa dibanding luapan doa doa kecil yang tak terdengar dari sudut hatimu.  Phinisi, 2018 Foto: Muchlis Ardi Putra, Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta (2018)

Maaf yang Tertunda

Source: cdn-images-1.medium.com Permintaan maaf yang tak kunjung sampai adalah Dua mata air yang menghidupkan malam malam Bagi siapa pun di sini. Aku ingin kau mengubah satu mata menjadi sepasang mata yang tak menentu memandang satu tujuan Seperti halnya pelukan, Aku hanya ingin hangat mendekapmu, meski tak setiap saat Dan pada saat yang sama Kau meraskan ketulusan itu Hadir menyentuh jiwamu Meski jarak menjadi jembatan terpanjang yang pernah diciptakan Ada di tangan kita. 2017

Keluarga Kata

Source: Pinterest Aku mau kata kata lahir dengan sendirinya, di rahim yang pekat lagi sunyi Bermandikan perih dan kecamuk jiwa sang ibu kata. Aku tahu, meski bapak kata tak akan menaruh dendam lama pada mantan, Sang ibu kata tak akan cemburu karena hadirnya anak kata membuktikan Kesyukuran paling luar biasa pada keluarga kata. Kelak, meski ada rahasia di antara bapak dan ibu kata yang tak diketahui anak kata, Anak kata akan selalu melahirkan kata kata dengan sendirinya walau tanpa diketahui Ayah dan ibunya. 2017

TANPAMU,

Malam makin gelap Kau belum juga pulang Hidupku tanpamu gagap Aku ingin kau di sini, sayang Kepergianmu adalah luka Yang harus kututupi dengan puisi Aku hanya tinggal begini meski sia sia jadinya Kutunggu kau meski sulit sekali. Malam, 7/05/2017 Source : https://sdl-stickershop.line.naver.jp

Sebuah ....

Aku melihatnya sekali lagi Bendera itu. Seperti daun maple Dengan warna kemerahan. Di permukaannya ada dua warna Merah dan putih Mirip dengan warna bendera negaraku. Aku ingin Terbang ke sana Membawa senyum bangga orang tua dan Dan Ibu, Yang sedang sakit Semoga diberikan kesehatan. * Aku ingin Naik pesawat Bertemu langit, Lalu menyapa awan. Aku ingin mengantongi awan Untuk kuperlihatkan kepada Ibu di rumah. Agar Ibu bisa siuman Dan kembali mengajari anak anak Di pedalaman Yang sungguh haus akan Pendidikan. 2017 Source: wikimedia.org

Kita Adalah Harapan

Kita adalah harapan harapan yang mencemaskan ketidakpastian. Berupaya terlihat sedih padahal  memang demikian. Kita banyak berpura pura dalam kehidupan Sengaja memakai topeng kemunafikan Memperlihatkan segala kekayaan Namun ketika sepi bertandang di kerongkongan  kita tetap merasakan kesunyian. Kita mudah melabeli kata 'cemburu' pada orang orang. Lalu melempari mereka dengan kata  kata mematikan Barangkali kita lupa sebagai insan Bahwa  sejatinya kita merupakan pilihan Tuhan Yang ditunjuk bersama membangun  rasa aman, dan ketenteraman. 2017 Source : fggam.org

Batas Waktu

AKU paling benci dengan tanda tanya! Sebuah pengharapan, sebuah keniscayaan akan ketidakpastian. Aku benci menaruhnya di dalam kesimpulan ini. Hari hari yang terlalu sibuk akan dirinya sendiri. Hingga larut dalam kesepian batin Mata kelam. Hati tak kunjung jadi sebebas bebasnya angin. Kemana pun saja pikiran melayang, hingga dini hari muncul tak ditemukannya apa apa Layar hanyalah rangkaian kata kata yang kosong, putih dan bersih tanpa arsiran. Sampai waktu menunjukkan pukul satu pagi Kau memiliki dua pilihan yang sulit diputuskan :                                ingin tidur di ranjang atau                                bangun dari tidur panjang. Source : http://hardtimesskateshop.com/ 

Awalnya Ditolak, Selanjutnya Dimuat

"SETIAP tulisan yang dimuat di media bebas bertamu ke rumah siapapun, ke hati manapun tanpa harus bertatap langsung dengan pemiliknya." -Rachmat Faisal Syamsu. *** Jangan lupa, jika Anda atau keluarga Anda punya Koran Fajar, atau siapapun yang barangkali Anda kenal sedang berlangganan Koran Fajar, carilah edisi Minggu 2 April 2017. Buka halaman 14. Di Kolom Puisi Anda dapat dengan bebas membaca, menghayati atau bahkan mengkritiknya. Silakan! Jika berkenan membacanya, sungguh saya berterima kasih pada Anda semua. * Awalnya saya mengirim beberapa Puisi ke Harian Fajar. Lalu redakturnya (Muh Nursam) bilang (percakapan ini melalui Facebook Chat) : "Ndak ada puisi bagusmu yang lain?" Seketika saya terbelalak dan balik bertanya, "Puisi bagus yang kakak maksud itu dalam arti bagaimana?" Ia lalu menjawabnya, "Puisi itu indah. Kalau pun mengkritik, disampaikan dengan cara indah. Jangan suka pakai bahasa bahasa kebencian." Demikian

Harapan Tuhan

kita adalah harapan harapan yang mencemaskan ketidakpastian berupaya terlihat sedih padahal memang demikian. kita banyak berpura pura dalam kehidupan sengaja memakai topeng kemunafikan demi menutup wajah yang memalukan kita ingin memperlihatkan segala kekayaan namun tak sadar, ketika sepi bertandang kita masih tetap merasakan kesunyian. kita mudah memberi label "cemburu" pada orang orang lalu melempari mereka dengan kata kata mematikan barangkali, kita lupa sesuatu, kawan sebagai insan, sejatinya kita semua merupakan titipan tuhan yang dipilih bersama tuk membangun rasa aman dan menyebarkan pesan pesan ketenteraman. 2017 Source : Dilla & MgP Drawing on Paint App

Secangkir Kesepian

kadangkala ketika kauberbicara, aku hanya ingin mengantongi kata katamu. lalu kusimpan untuk kubaca di rumah. dengan segelas sunyi dan secangkir kesepian. 2016 Source : Private Archive (Fajar Daily Newspaper, 2nd April 2017)

Kebencian Puisi Hari Ini

Hari ini Puisi bangun kesiangan Ia lalu mandi dengan terburu buru Puisi ingin ke sekolah. Sesampai di gerbang Puisi dilarang masuk Puisi sedih Lalu beranjak pulang dengan muka masam. Sesampai di rumah, Puisi tertidur Di dalam tidurnya, Puisi bermimpi: Puisi akhirnya menjadi bintang kelas Puisi mendapat penghargaan dari kepala sekolah Puisi dipanggil ke depan panggung Untuk membacakan dirinya. Puisi terbangun dari mimpi Seketika ia berkata: "Aku benci tidur, aku benci hidup di dunia yang semu." 2017  Source : https://s3.amazonaws.com/notegraphy-images

Heran

Aku heran pada perempuan Disimpannya dalam dalam perasaan Dilakukannya yang baik baik Perbuatan Aku heran pada perempuan Disembunyikannya kebaikan Diributkannya masalah Dengan kegosipan Pada jiwa jiwa yang telanjur ketuaan Sisi perempuan Adalah menyayangi hanya Satu pasangan Tulus mencintai satu insan Dan berharap mati lalu bertemu di surga dengan Pasangan yang dirindukan Di dunia Dan herannya, Lelaki tak demikian. 2016  source : http://marvel.wikia.com/wiki/File:Henry_(Earth-20017)

Telanjur Jatuh Hati

Kau telantarkan aku Di tengah kering kerontang jiwa Kau abaikan Kau buang cinta yang telah kutanam Padahal aku telanjur Telanjur jatuh hati padamu Kau marah Kau cemburu buta Kau hilangkan aku dari perasaanmu, katamu Padahal aku masih ingat Masih menginginkan kau berada di sini Source : http://31.media.tumblr.com

Berubah

Begitu banyak yang berubah Bukan hanya satu warna tapi warna dan warni Begitu banyak yang berubah setelah kepergian yang lama yang meninggalkan rindu dan juga luka Begitu banyak yang berubah bukan hanya kamu tapi juga aku. Source : upload.wikimedia.org

Tikaman Airmata Langit

Hari ini langit meneteskan airmata Ia datang dengan tergesa-gesa Mengetuk pintu bumi seenaknya. * Seseorang berada di kerumunan hujan Perlahan lenyap ditinggal bayangan Ketika angin kencang mulai datang Payung diterbangkan hingga menghilang Seluruh tumpuan melewati siraman Airmata langit. Seseorang di balik hujan berupaya bangkit Setelah terjatuh di genangan luka masa silam Tak ada lagi yang abadi kini Setelah darah perawan dilumat habis drakula Berwajah manusia. Airmata langit masih menetes satu demi satu Menjatuhi manusia manusia yang bergelimang dosa Hujan di musim ini rupanya panggilan Tuhan Menghapus najis di tubuh perempuan malang Yang hampir bunuh diri di bawah tikaman Airmata langit. November, 2016 *Puisi ini pernah dimuat di Harian Fajar Makassar, 11/12/2016 Foto : Muh. Syakir Fadhli

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog