Skip to main content

Posts

Nusantara Telah Mati

Kala negeri nusantara dirundung sepi Tanah gersang air pun cemar menjadijadi Ubahnya tak pelak berbuat arti sejati Ngelenyeh pun terus menjadi api Pada lubanglubang arteri Tembus pada rongga jasmani diri Entah ada apa dengan negeri ini Orang jahat disayangi Orang baik malah dimusuhi Ke mana jiwa sejati sang negeri Jangan-jangan ia sudah mati Sejak merdeka di hari proklamasi                                                   Juli 2015 *Puisi ini meraih juara IV dalam event lomba puisi yang diadakan oleh penerbit Rumah Kita.

Seperti Debu

hanyalah debu yang rela ditinggal tiada berdaya lagi. hanyalah debu yang rela dicaci-maki tiada harga untuknya. hanyalah debu yang membawa sakit berpeluh kotor dan bau. hanyalah debu yang terus tersapu lalu diterbangkan angin. mungkin kau tak tahu, kalau debu dapat menyucikanmu seperti air yang mengalir di kulit cokelatmu. kini ... hanyalah deru dan debu yang terusir dari getar rasamu ia tak berharga, dan tak pernah dihargai. lalu kau biarkan ia berucap salam terakhirnya. sebab ia kan mati bersama angin yang membawanya pergi dan tak pernah kembali lagi. Gowa, 21-12-15

Maksud Diammu

Kali ini aku merasakan sepi. Sebab sepi yang kurasakan bermuara dari kesalahan kalimat yang kutuliskan pada sebuah pesan. Aku tak mengira. Sebab kesalahan yang sudah berulang kali kusadari dan kuucapkan maaf ternyata tiada guna. Ia masih saja bersikap seperti itu: diam. Bahkan, sampai detik ini telah kuhitung sudah ada sepuluh kalimat yang kukirimkan untuknya. Akan tetapi hasilnya tetap nihil. Tiada respon darinya. Dari sini aku bisa mengambil kesimpulan terhadap sikap diam-nya itu. Pada dasarnya, menurut kamus "cinta" yang pernah kubaca, ketika perempuan diam itu artinya ia butuh pengertian dan butuh perhatian. Tetapi, yang kurang kumengerti dari perempuan yang satu ini adalah cara diam-nya yang tidak biasa. Mungkin saja dia ini sedang mengujiku seberapa kuat "perasaan" berasabarku atas diam-nya itu. Ya. Pikirku masih seperti itu. Hingga akhir. Hingga waktu benar-benar membawa ketenangan sampai ia kembali berbicara. Meskipun jiwaku dilanda kesepian. Tapi, sa

Angan di Alam

desiran air yang menerjunkan hujan menyentuh kulit yang peka atas rangsangan kulihat kupukupu saling pegangan angin dan pepohonan bergelantungan di bawah awan. * kuungkap perasaanku pada pelangi yang seketik muncul selepas hujan bahwa kau terlalu kusayangi untuk kulepaskan begitu saja kenangan bersamamu, senyuman indahmu dan perhatiamu yang rahasia, telah lebih dulu menaruh jiwa di hatiku. lewat puisi. kan kukabarkan perihal satu jawaban yang kaunanti. kalau saja aku tak bisa berada di dekatmu kali ini, jadikan aku pendampingmu di pelaminan nanti.                                                       Parangloe, 17 Januari 2016

Seandainya Kau di Sini

Seandainya kau di sini Akan kubuatkan kau satu puisi Tentang sebuah kisah yang abadi Dalam goresan pena menari Seandainya kau di sini Kan kuperlihatkan satu bukti Yang telah kutulis di saat perih Di saat menusuknya kata yang kau beri Seandainya kau di sini, Ainiy.                                               *                                      : teruntuk Ainiy yang sedang berada di dalam Lab. (Samata)                                                                             Parangloe, 17 Januari 2016

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog