Skip to main content

Posts

Baca Puisi on Radio

Saya belum pernah membacakan puisi saya secara langsung di radio. Ini ON AIR, dan pengalaman pertama itu terjadi hari Kamis malam, 15 Juni 2017. Saya mendapat undangan dari Pak Rusdin Tompo, melalui pesan di fb. Saya membacakan beberapa puisi saya di stasin Radio RRI Makassar, bersama para pembaca puisi muda yang luar biasa. Dan saya sadar pada diri saya saat itu juga, saya harus memperbaiki tulisan tulisan saya. Terutama tulisan untuk dibacakan. Soalnya baru tahu, kalau tulisan yang dibacakan dengan bersuara itu berbeda dengan tulisan yang dibacakan di dalam hati. Itu saja sih. Source : https://ichef.bbci.co.uk

Wajar Saja, Hari Ini Aku Tak Menulis Puisi

Aku dipaksa menulis yang bukan Puisi hari ini. Setiap hari, aku mencoba meluangkan waktu duduk berjam jam di depan laptop. Memandangi buku buku, kadang membukanya. Tapi, tak mudah untuk menuliskan sebagian isinya untuk dipindahkan ke dalam tulisan di dalam laptop.  Aku selalu berpikir, kapan selesainya tulisan ini jika dilakukan dengan cara tidak fokus? Itulah perasaan yang selalu datang menghantui. Apalagi melihat beberapa teman sudah menyelesaikan tulisannya. Aku sedikit iri, sebenarnya. Masa' mereka bisa, aku tidak?! Maka, aku secara perlahan mencoba menyelesaikan halaman demi halaman saja. Tapi, sungguh aku tidak bisa! Aku kaku. Lebih tepatnya, malas. Aku selalu berpikir, dapat menyelesaikan tulisan itu seharian penuh atau rampung dalam sepekan, dengan catatan: terus menulis. Tapi, aku pun belum merealisasikannya. Nah, dalam kebingunganku ini. Yang (tentu saja) tidak penting bagimu, aku jadi tidak menulis Puisi, seperti biasanya. Kadang aku cuma membuka akun media sosial

Mengikatkan Budaya Pada Anak anak

Hampir saja saya lupa menulis. Sesuatu di dalam kepala jika tak dituliskan akan berefek jadi susah tidur. Bukan susah move on ya. Kamu sih, dikit dikit, baper. Simpan dulu perasaannya gaes, jangan dibawa terus! Oke untunglah, meski saya harus aktif di beberapa dunia, dunia fesbuk, dunia instagram, dunia twitter, dunia linkedIn, dunia blog dan dunia nyata yang tak berkesudahan memberi masalah, saya masih ingin meluangkan waktu untuk menulis. Meski sedikit saja. Ide yang ingin saya tuliskan malam ini terinspirasi dari ceramah yang dibawakan oleh Camat Somba Opu, di masjid dekat rumahku, pada malam ke sebelas ramadan, 6 Juni 2017. Ya, tepat, kemarin. Namanya Pak Subair, Camat baru di Somba Opu Kabupaten Gowa. Ia berpesan kepada masyarakat bahwa, saat ini yang penting adalah memperkenalkan kembali budaya yang kita miliki kepada anak anak. Ya, tentu ini adalah hal penting. Mengapa ini penting? Sebab, budaya daerah kita mulai hilang, perlahan demi perlahan. Kira kira begitu maksud uc

Butthu

Aku butuh kekasih yang baik ahti (dak)

Sajak Gatal

Mataku gatal Aku ingin Menggaruk garuk hatiku

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog