Skip to main content

Posts

Titik Kata-M Syakir Fadhli

Apa yang harus kita lakukan? Tidak ada cara lain. Kita harus terjun sesegera mungkin. Menyelam di antara kata demi kata yang ada. Agar kita tahu bahwa ia (kata itu) tidak sedang diam, melainkan ia sedang berbicara kepada kita. Ia ingin menyampaikan pesan yang mendalam bagi siapapun yang datang menemuinya. “The Poetic Critique” berhasil dihadirkan, dan Galang telah sukses menjadi “Biang Keroknya.”  -  Muh. Syakir Fadhli Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar (UINAM), Ketua FLP Ranting UINAM 2016

Kesederhanaan

Lubang Kata-- Banyak sekali hal sederhana yang semestinya harus ditulis. Seperti tidak sedikitnya kesederhanaan yang diucapkan dan dipermasalahkan akhir akhir ini. Hal sederhana menjadi perbincangan hangat di tengah tengah kita. Kita seolah menjadi jauh, merasa benar. Hingga sampai pada tahap menilai seseorang itu buruk dan tak bermoral. Padahal kesederhanaan-lah yang rupanya ditinggalkan. Ia serupa jabang bayi yang rela dibunuh oleh ibunya sendiri, bagi perempuan yang melakukan abortus. Hingga pada suatu saat, ketika simpulan simpulan telah terurai, dan masing masing manusia bertanya. Dan pertanyaannya itu membentur kepalanya sendiri. Pertanyaan silih berganti dari satu kepala ke kepala lain. Keluar dan masuk seolah tak menemukan rumah tuk pulang. Orang orang menjadikan dirinya asing. Cerminnya berada pada diri manusia lainnya. Kepercayaan diri sendiri seolah punah. Sehingga hal hal menjadi sulit dipercaya, semuanya seolah menjadi realitas palsu. Dan hal ini akan membuatnya

Terima Kasih

Saya ucapkan banyak terima kasih, padamu yang telah mengizinkan aku tuk merawat tulisanmu Saya ucapkan banyak terima kasih, untukmu yang telah rela menghabiskan separuh waktu menemaniku Saya ucapkan banyak terima kasih, for you yang telah berupaya menghubungiku di waktu sulit kau mengajarkan, bahwa manusia sejati ialah mereka yang tak hanya hadir di saat bahagia tapi ia yang juga bisa datang dan dekat ketika sedih Saya ingin ucapkan terima kasih, meski hanya lewat kata karena tiada kata kata indah, bagiku melainkan mengabadikanmu, lewat puisi. 2016 Source : http://www.wallquotes.com/

Perjalanan Sebuah Karya

Buah Tangan Pertama Akhir Agustus 2015 silam, naskah buku ini masuk ke Penerbit Garudhawaca, Yogyakarta, Dengan membayar biaya pra cetak sekitar 150 ribu rupiah, naskah ini mulai diproses, begitu kalimat pertama yang diungkapkan sang redaktur penerbit kepada saya baik melalui pesan di hp maupun lewat surel. September, Oktober, November, Desember.  Ya, baru di akhir bulan Desember 2015 saya mendapat kabar dari penerbit, kalau naskah buku saya sudah diterbitkan. Meski selama masa empat bulan menunggu saya sering mempertanyakan buku ini. Dan pihak redaksi hanya mengatakan, "sabar ya Mas, bukunya sedang proses," "Sabar Mas, banyak antrian cetak yang masuk, "Mas, mesin cetaknya rusak, harap sabar ya." Saya masih mengingat jelas kalimat dari sang redaktur. Akhirnya, selama menunggu, saya terus memperbaiki kualitas tulisan-tulisan saya, ya, dengan banyak menulis dan banyak membaca. Tiba tahun baru 2016. Setelah saya tanyakan ke pihak penerbit, kapa

Momen Menulis

Persoalan memang tak pernah lelah bertandang. Kadangkala satu hari harus kuisi dengan kekosongan dan hanya meninggalkan coretan. Saya biasa menyiasati untuk bisa menitipkan barang satu kalimat di tiap harinya yang mungkin bisa kukenang nanti. Ya, aku menulis hanya untuk mengabadikan setiap momen yang tak ingin pergi di tiap harinya. Pen

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog