Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2018

Kebohongan Sedarah

Hari ini, siang terik di penghujung Mei. Saya duduk sendiri di depan pintu kedatangan, bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Sembari menunggu orang yang melahirkanku datang dari Mamuju, kudengar dua perempuan di sampingku sedang asyik saling kelahi. Tapi tak ada kontak fisik. Suaranya saling memotong satu sama lain. Seorang perempuan yang berusia sekitar 37 tahun sedang menggendong anaknya yang masih bayi dan seorang perempuan yang berusia cukup tua, sekitar 60-an tahun. Hal yang merisaukan menurutku adalah ketika perempuan yang lebih muda itu seakan membentak sang perempuan yang lebih tua. Baru saya perkirakan belakangan, jika perempuan yang lebih tua itu kemungkinan adalah ibu si perempuan yang lebih muda. "Mana itu uang?" "Ih, tidak kutahu." "Diliat mi sebentar, bisa ji dicek di buku rekening kalau sudah dicetak!" "Bagaimana bisa? Tidak mungkinka saya bohongi kamu." "Ih tapi lari ke mana pale itu uang?" *** Si anak k

Bagaimana Saya Membuat Opini

Bagaimana cara menulis opini agar dimuat di media massa. Saya telah merangkumnya di sini. Menjelaskan secara padat dan ringkas agar mudah dipahami oleh semua kalangan yang berminat tulisan opininya dimuat di media massa. Awalnya saya buat tips ini untuk konsumsi pribadi, sehingga saya buat ini lewat aplikasi power-point di hp saya dan isinya saya ketik menggunakan dua jempol tangan saya. Tapi, karena ingin berbagi, makanya saya sunting kembali tulisan ini dan akhirnya saya berpikir tak ada salahnya jika ini di- share di blog. Nah, silakan klik tautan di bawah ini untuk melihatnya segera: Share Cara Membuat Opini by M Galang Pratama.ppsx - 2 MB Baca Juga: Apa Saja yang Bisa Kau Tulis

Puisi: Bulan Ramadan

Bulan Ramadan Perumahan di atas Kuburan Gowa, 2018 Sebuah batu nisan di atas tanah yang ingin dibangun perumahan. Gambar ini diabadikan pada pertengahan Mei 2018 berlokasi di Kab. Gowa

Kilas Balik: Sebuah Ingatan yang Belum Tentu Berguna

Mei dan hari ini mengingatkan banyak orang tentang sebuah kenangan dua dekade silam. Peristiwa apa gerangan? Ya, 1998 menjadi tahun ini abadi di ingatan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebab saat itulah Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, turun dari takhtanya. Source: Postingan akun IG @potret_lawas Sampai-sampai Koran Nasional Amerika Serikat, The New York Times , edisi 21 Mei 1998, menjadikan berita itu sebagai headline . Koran itu juga menulis judul besar dengan huruf kapital: "SUHARTO, BESIEGED, STEPS DOWN AFTER 32-YEAR RULE IN INDONESIA" Apa yang menarik dengan ingatan itu di hari ini? Secara sadar kita diingatkan tentang sebuah tuntutan yang saat itu disampaikan oleh beberapa Mahasiswa yang (masih) mewakili (suara) masyarakat. Beberapa poin utama yang menjadi tuntutan terbesar saat itu ialah: Penegakan Supremasi Hukum Pemberantasan KKN Mengadili Soeharto dan para kroninya Amandemen Konstitusi Pencabutan Dwifungsi ABRI Pemberian Oton

Tulisan Pendek Tanpa Titik dan Ingatan Panjang Tanpa Spasi

Pukul tujuh pagi saya berangkat dari Sungguminasa Gowa ke Kecamatan Bontonompo butuh satu jam perjalanan pulang pergi mencapainya setelah itu perjalanan dilanjutkan ke jalan Cendrawasih tempat kantor berada dan singgah beberapa jam hingga ketika siang datang dengan teriknya yang menggelora perjalanan itu dilanjutkan menuju Balaikota Makassar dan melangkahkan kaki di beberapa ruang sepi lalu menemui orang orang yang hanya melempar harapan saya lalu keluar kemudian mengendarai motorku menuju jalan Jendral Sudirman melewati Monumen Mandala yang mengingatkanku tentang sebuah usaha pembebasan Irian Barat lalu kemudian melewati MTC Karebosi sebuah pusat perbelanjaan yang sekarang tampak sepi karena orang orang lebih suka belanja dari kamarnya hanya dengan satu klik sehingga orang orang malas lagi menemui penjual yang terus menawarkan barang dagangannya yang mulai tak laku saking banyaknya orang yang menawarkan dan kurangnya pembeli lalu perjalananku kulanjutkan ke tujuan berikutnya yaitu me

Apa Saja yang Bisa Kau Tulis?

Setelah di postingan sebelumnya saya menulis "Bagaimana Cara Mulai Menulis" , kini saya akan mengulas sedikit jenis tulisan apa saja yang bisa kau tulis. Setidaknya ini yang pernah saya lakukan. Source: Oxford Dictionaries Setelah kau membaca, tak akan kau temukan lagi pekerjaan lain yang lebih mudah selain menulis. Sebab kita semua terlahir sebagai penulis. Menulis kadang terasa sulit ketika kita tidak tahu tujuan untuk apa kita menulis. Jika aku ditanya demikian, maka akan kujawab sederhana saja, menulis saja dulu.  Seperti apa jenis tulisan yang pernah kubuat? Silakan simak sampai tuntas. *** Malamku selalu menjadi malam yang sangat panjang. Aku ingin menceritakannya, tapi nanti. Sekarang aku hanya ingin bercerita sedikit saja. Sejak awal-awal aku mulai serius belajar menulis tiga tahun lalu. Jenis tulisan yang pernah kubuat yang bisa kau tiru atau pun tidak, yaitu: Reportase Contoh Reportase/Citizen Journalism Aku pernah menulis reportase ten

Bagaimana Cara Mulai Menulis?

Contohnya: Saya bangun pukul tiga hari ini. Sebab saya mesti sahur agar kuat berpuasa selama satu hari. Saya sahur bersama istri yang rajin dan adik yang sibuk mengerjakan tugas kuliah. Kami bertiga tinggal serumah di Sungguminasa Gowa. Istri sangat suka bangun lebih awal daripada saya sebab ia perlu memasak keperluan sahur. Menu utama yang sering dihidangkan yaitu tempe goreng dan ikan kering. Sebab itulah makanan favorit saya. Istriku tahu betul soal itu. Akhirnya setelah kami makan sahur sekitar pukul empat tiap harinya, kami membiasakan untuk minum susu, dan minum banyak air putih agar tidak mudah haus ketika berpuasa hingga sore pukul enam. Sekian. Tempe Goreng Tumis Buatan Istri Ikan Kering Nyam Nyam

Hari Buku Nasional? Turunkan Harga Buku!

Tulisan sederhana dan singkat ini dibuat dalam rangka menanggapi opini berjudul Andaikan Buku Sepotong Roti yang ditulis   oleh Bachtiar Adnan Kusuma, Harian Fajar 17 Mei 2018. *** Source: int Kamis (17/5/2018) pagi menjelang siang, saya mengunjungi sebuah gerai center salah satu perusahaan operator telelomunikasi seluler di Indonesia. Sembari menunggu nomor antrian, saya melihat sebuah koran yang terparkir begitu saja. Karena merasa kasihan, akhirnya saya mengambil koran itu. Lalu membakarnya. Maksud saya, membacanya. :)  (serius sekali ki bela membaca, he he). Saya membuka halaman opini. Dan ya, saya menemukan tulisan terkait buku. Ditulis oleh seorang yang tidak asing lagi di dunia kepenulisan. Saya pernah dengar dari tetangga jika beliau ini sudah menulis ribuan buku (atau ratusan buku, entahlah. Maaf saya bukan pengingat yang baik). Oke lanjut ke opininya. Namanya Bachtiar Adnan Kusuma. Ia mengawali tulisannya dengan memakai sebuah kalimat yang mengan

Hari Pertama Ramadan: Antara Jarak, Macet, dan Pulang Rindu

HARI pertama bulan Ramadan merupakan momen spesial bagi seluruh masyarakat yang menjalankannya. Termasuk saya. Hari pertama ini, saya pulang menuju Bontonompo, kampung orangtua istri. Jaraknya kurang lebih 17 km atau 40 menit perjalanan. Dalam perjalanan, saya bersama istri yang melaju di sore hari menyaksikan pemandangan masyarakat yang ikut arus balik ramadan. Sungguh bulan suci umat muslim ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang ingin menjalin silaturahim bersama keluarga tercinta. Ya, sayangnya ramadan tahun ini berbeda 180 derajat. Jika tahun ini saya sudah bersama istri, tahun lalu saya masih sempat berpuasa pertama bersama orang tua dan adik, di Kabupaten Mamuju. Sungguh Mamuju pun bukan jarak yang dekat dari Sungguminasa, tempat tinggal saya. Untuk mencapai Mamuju, dibutuhkan kurang lebih waktu 9 jam perjalanan menggunakan roda empat (bus). Jaraknya sekitar 500 km. Tapi, hanya doa yang sampai buat orangtuaku. Di perjalanan, hal yang paling tampak adalah kera

Apa itu "Mark Up"? | Penjelasan, contoh dan cara menghitungnya

Dulu, ketika tulisan saya terbit di kolom "Surat Pembaca Kompas" berjudul Jangan Revisi  edisi 31 Maret 2017, sekilas saya membaca isi surat pembaca lain di samping tulisan itu, judulnya Mengungkap "Mark Up" . Saat itu saya sama sekali tidak tahu apa arti dari kata "Mark Up" , saya pun tak punya rasa penasaran berlebih untuk mencari tahu frasa itu di mesin pencari daring. Akhirnya saya menghiraukannya.  Satu tahun berlalu. Saya bekerja di sebuah media. Menghadapi orang-orang mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas seperti pemegang jabatan pemerintahan. Mulai kepala desa, kepala dinas, bupati hingga anggota dewan. Saya bukan wartawan, saya hanya bekerja sebagai tukang cari iklan daring (online). Menawarkan ke orang  orang agar dirinya bisa dimuat di portal media daring.   Dari sini, saya baru tahu (atas pengalaman kerja yang baru beberapa bulan), arti dan maksud dari "mark up" itu. Akhirnya pikiran saya kembali ke awal tulisan ini. T

Ramadan Kali Ini

Ramadan kali ini, saya tidak sendiri lagi. Momen bulan ramadan bagi masyarakat beragama Islam adalah agenda terpenting tiap tahunnya. Bulan inilah yang menjadi petanda akan hadirnya kekuatan spiritual yang melanda setiap jiwa jiwa yang beriman. Ada hal yang utama di bulan ini yang tidak boleh terlewatkan. Berkumpul bersama keluarga, merupakan hal yang paling dinantikan, baik di awal memasuki bulan puasa, maupun di akhir ramadan atau tepat di malam lebaran. Keluarga menjadi satu-satunya penanda bahwa setiap hati memiliki gejolak rindu yang mesti dipatuhi. Oleh karenanya, jika awal sahur dan berbuka (puasa), hanya dijalani seorang diri, kemudian hingga hari lebaran tiba, tetap masih sendiri, sungguh itu kecelakaan yang pasti. Tentu kesepian akan merenggut batinnya. Begitu pentingnya keluarga di bulan ini, kurang satu saja anggota keluarga, maka seisi rumah akan terasa seperti ada yang hilang. *** 1 Ramadan 1439 H, saya tidak sendiri lagi. Jika sebelumnya saya pernah mer

Sebuah Perjalanan

Aku belum memahami sebuah perjalanan, sebelum aku menikahimu. Kemarin-menjadi perjalanan panjang buatku dalam memahami hidup ini. Aku dibuat banyak berpikir dan termenung... Hingga akhirnya, aku memberanikan diri untuk menyampaikan hal itu. Kuungkapkan niatku pada orangtuaku dan orangtuamu. Hingga akhirnya semua terjadi, kita menikah. Perjalanan baru bermula. Rupanya ada banyak hal yang baru kelihatan saat ini. Entah kenapa, hal itu tak terlihat sejak dulu. Sekarang aku tahu, seberapa keras perjalananku hari ini tak sebanding usaha menghalalkanmu. Arsip Pribadi

Puisi, Perempuan, dan Cyberculture - Esai Mohd. Sabri AR

SEBUAH puisi lahir ketika semesta lambang, galaksi makna dan realitas bertaut. “ Les mots ne sont pos innocences ,”—tak ada kata-kata yang polos—begitu   pendakuan filsuf Prancis, Pierre Bourdieu. Selalu saja ada ruang yang tersisa pada kata: tafsir, hasrat, dan juga kuasa. Bahasa, bagi Bourdieu, bukan sekadar instrumen komunikasi dan modal kultural, tapi juga tindak-sosial. Itu sebab, kapasitas bahasa aktor sosial ditentukan oleh habitus linguistiknya. Dr. Mohd. Sabri AR**   (Source: Kabarselatan.com)          Bahasa selalu diproduksi di dalam habitus dan “pasar linguistik”: sebuah arena tempat dimana wacana tercipta. Mungkin itu sebabnya, Wittgenstein dalam Philosophical Investigations (1953), mengandaikan jika pasar linguistik memiliki language game dan form of life: bahwa setiap bahasa dalam kehidupan yang aneka punya aturan main dan arena yang khas. Senafas dengan Wittgenstein, Bourdieu meletakkan bahasa sebagai sebuah arena, kancah, dan juga pertarungan. Di setia

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog