Pukul tujuh pagi saya berangkat dari Sungguminasa Gowa ke Kecamatan Bontonompo butuh satu jam perjalanan pulang pergi mencapainya setelah itu perjalanan dilanjutkan ke jalan Cendrawasih tempat kantor berada dan singgah beberapa jam hingga ketika siang datang dengan teriknya yang menggelora perjalanan itu dilanjutkan menuju Balaikota Makassar dan melangkahkan kaki di beberapa ruang sepi lalu menemui orang orang yang hanya melempar harapan saya lalu keluar kemudian mengendarai motorku menuju jalan Jendral Sudirman melewati Monumen Mandala yang mengingatkanku tentang sebuah usaha pembebasan Irian Barat lalu kemudian melewati MTC Karebosi sebuah pusat perbelanjaan yang sekarang tampak sepi karena orang orang lebih suka belanja dari kamarnya hanya dengan satu klik sehingga orang orang malas lagi menemui penjual yang terus menawarkan barang dagangannya yang mulai tak laku saking banyaknya orang yang menawarkan dan kurangnya pembeli lalu perjalananku kulanjutkan ke tujuan berikutnya yaitu menuju pusat perkantoran kota Makassar di jalan Urip Sumoharjo lalu berhenti di salah satu dinas terkaya dengan tanda petik dua dan tak menemui apa apa selain jasa titip menitip akhirnya saya keluar dan melanjutkan perjalanan menuju jalan Perintis Kemerdekaan singgah di dinas pendidikan provinsi lalu ke dinas kesehatan sulawesi selatan dan berhenti sejenak untuk menulis ide dari cerita ini di masjid depan kantor dinas yang tidak ramai hingga setelah malam datang saya pulang lewat jalur Bumi Tamalanrea Permai yang biasa disingkat BTP sebuah daerah perumahan yang termasuk wilayah btn terluas di Makassar kemudian dari kota Makassar akhirnya saya menyeberang ke Moncongloe Kabupaten Maros lalu masuk ke Kabupaten Gowa terakhir tembus lagi di Antang Kota Makassar hingga akhirnya pukul delapan malam kosong kosong saya tiba di rumah di Sungguminasa Gowa dan seluruh perjalanan hari itu saya lewati tanpa makan dan minum hanya berbicara dengan banyak orang lebih dari dua belas manusia dari tempat berbeda tak ada lelah kecuali yang tertinggal hanya ingatan panjang tentang macet dan perasaan kurang dihargai itu masih berbekas saya baru ingat juga di perjalanan saya tak memiliki dana kecuali hanya pas buat beli ikan kering seharga lima ribu rupiah dan sebuah jeruk nipis kecil seharga seribu rupiah untuk kubawa pulang menghadap seorang istri yang sabar menungguku dan semua perjalanan singkat hari itu mengajarkanku hal kecil tentang makna menunggu dan sabar juga sebuah sederhana yang tak murah sekian saja
Lokasi Strategis Buat Istirahat Sejenak |
Comments
Post a Comment