HARI pertama bulan Ramadan merupakan momen spesial bagi seluruh masyarakat yang menjalankannya. Termasuk saya. Hari pertama ini, saya pulang menuju Bontonompo, kampung orangtua istri. Jaraknya kurang lebih 17 km atau 40 menit perjalanan.
Dalam perjalanan, saya bersama istri yang melaju di sore hari menyaksikan pemandangan masyarakat yang ikut arus balik ramadan. Sungguh bulan suci umat muslim ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang ingin menjalin silaturahim bersama keluarga tercinta.
Ya, sayangnya ramadan tahun ini berbeda 180 derajat. Jika tahun ini saya sudah bersama istri, tahun lalu saya masih sempat berpuasa pertama bersama orang tua dan adik, di Kabupaten Mamuju. Sungguh Mamuju pun bukan jarak yang dekat dari Sungguminasa, tempat tinggal saya. Untuk mencapai Mamuju, dibutuhkan kurang lebih waktu 9 jam perjalanan menggunakan roda empat (bus). Jaraknya sekitar 500 km. Tapi, hanya doa yang sampai buat orangtuaku.
Di perjalanan, hal yang paling tampak adalah keramaian. Kepadatan penduduk yang balik kampung membikin jalan semakin macet. Tapi semua kami jalani dengan riang gembira.
Hingga tiba di lokasi, menyaksikan masyarakat depan rumah membeli ayam potong buat dipakai makan sahur bersama keluarga. Malam hari, melaksanakan tarawih. Tapi ada yang beda di tarawih kali ini.
Di Bontonompo, tepatnya di masjid Anassappu, terdapat sebuah masjid yang mana rakaat salat tarawihnya berjumlah empat empat. Empat rakat di tiap tasyahud akhirnya. Biasanya, seperti di beberapa daerah, tiap tasyahud akhir ada dua rakaat.
Sepulang dari tarawih, kami dijamu makan malam yang super lezat. Bersama mertua, ini kali pertama pengalaman berbuka di kampung orang.
Di pagi hari saya kembali. Menuju kantor lalu melanjutkan perjalanan.
Di perjalanan pulang, tepat di sore hari, saya melihat ada begitu banyak yang menjajakan pa'buka (istilah Makassar untuk menyebut orang yang menjual paket berbuka puasa). Setiap jalan, entah jalan raya atau jalan gang kecil, dipenuhi penjual mulai dari es buah, es pisang ijo, es dadar, es kelapa muda, makanan/minum segar lainnya.
Inilah pengalaman pertama puasa saya. Yang akan kukenang selamanya. Biarkan ini abadi dalam tulisan, sehingga meskipun ketika suatu saat saya lupa akan kisah ini, maka aku akan membuka blog ini lalu menceritakan kepada generasiku selanjutnya.
Sekian.
Dalam perjalanan, saya bersama istri yang melaju di sore hari menyaksikan pemandangan masyarakat yang ikut arus balik ramadan. Sungguh bulan suci umat muslim ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang ingin menjalin silaturahim bersama keluarga tercinta.
Ya, sayangnya ramadan tahun ini berbeda 180 derajat. Jika tahun ini saya sudah bersama istri, tahun lalu saya masih sempat berpuasa pertama bersama orang tua dan adik, di Kabupaten Mamuju. Sungguh Mamuju pun bukan jarak yang dekat dari Sungguminasa, tempat tinggal saya. Untuk mencapai Mamuju, dibutuhkan kurang lebih waktu 9 jam perjalanan menggunakan roda empat (bus). Jaraknya sekitar 500 km. Tapi, hanya doa yang sampai buat orangtuaku.
Di perjalanan, hal yang paling tampak adalah keramaian. Kepadatan penduduk yang balik kampung membikin jalan semakin macet. Tapi semua kami jalani dengan riang gembira.
Hingga tiba di lokasi, menyaksikan masyarakat depan rumah membeli ayam potong buat dipakai makan sahur bersama keluarga. Malam hari, melaksanakan tarawih. Tapi ada yang beda di tarawih kali ini.
Di Bontonompo, tepatnya di masjid Anassappu, terdapat sebuah masjid yang mana rakaat salat tarawihnya berjumlah empat empat. Empat rakat di tiap tasyahud akhirnya. Biasanya, seperti di beberapa daerah, tiap tasyahud akhir ada dua rakaat.
Sepulang dari tarawih, kami dijamu makan malam yang super lezat. Bersama mertua, ini kali pertama pengalaman berbuka di kampung orang.
Di pagi hari saya kembali. Menuju kantor lalu melanjutkan perjalanan.
Di perjalanan pulang, tepat di sore hari, saya melihat ada begitu banyak yang menjajakan pa'buka (istilah Makassar untuk menyebut orang yang menjual paket berbuka puasa). Setiap jalan, entah jalan raya atau jalan gang kecil, dipenuhi penjual mulai dari es buah, es pisang ijo, es dadar, es kelapa muda, makanan/minum segar lainnya.
Inilah pengalaman pertama puasa saya. Yang akan kukenang selamanya. Biarkan ini abadi dalam tulisan, sehingga meskipun ketika suatu saat saya lupa akan kisah ini, maka aku akan membuka blog ini lalu menceritakan kepada generasiku selanjutnya.
Sekian.
Aku dan istriku |
Pemandangan di depan rumah istri (tampak orangorang mendatangi penjual ayam, buat sahur pertama) |
Kediaman Mertua |
Macet di jalan raya |
Tarawih di Masjid Anassappu, Bontonompo |
good. ceritanya bagus.
ReplyDeleteTerima kasih, Kak sudah membaca ceritanya..
Delete