Mei dan hari ini mengingatkan banyak orang tentang sebuah kenangan dua dekade silam. Peristiwa apa gerangan?
Ya, 1998 menjadi tahun ini abadi di ingatan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebab saat itulah Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, turun dari takhtanya.
Apa yang menarik dengan ingatan itu di hari ini?
Secara sadar kita diingatkan tentang sebuah tuntutan yang saat itu disampaikan oleh beberapa Mahasiswa yang (masih) mewakili (suara) masyarakat.
Beberapa poin utama yang menjadi tuntutan terbesar saat itu ialah:
Ya, 1998 menjadi tahun ini abadi di ingatan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebab saat itulah Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, turun dari takhtanya.
Source: Postingan akun IG @potret_lawas |
Sampai-sampai Koran Nasional Amerika Serikat, The New York Times, edisi 21 Mei 1998, menjadikan berita itu sebagai headline. Koran itu juga menulis judul besar dengan huruf kapital:
"SUHARTO, BESIEGED, STEPS DOWN AFTER 32-YEAR RULE IN INDONESIA"
Apa yang menarik dengan ingatan itu di hari ini?
Secara sadar kita diingatkan tentang sebuah tuntutan yang saat itu disampaikan oleh beberapa Mahasiswa yang (masih) mewakili (suara) masyarakat.
Beberapa poin utama yang menjadi tuntutan terbesar saat itu ialah:
- Penegakan Supremasi Hukum
- Pemberantasan KKN
- Mengadili Soeharto dan para kroninya
- Amandemen Konstitusi
- Pencabutan Dwifungsi ABRI
- Pemberian Otonomi Daerah seluas-luasnya
Source: Materi Presentasi Dr. Bambang Widjojanto (Slideshare.com) |
Tapi pertanyaannya;
Pertanyaan sederhana itu, bisa jadi bahan renungan kita saat ini.
Apakah reformasi dan kehidupan masyarakat hari ini sudah lebih baik dibandingkan 20-an tahun silam?
Ataukah 20 tahun silam, 1998, adalah tahun di mana perang kembali dimulai? Perang pembodohan, perang SARA, perang media & hoaks hingga perang kebebasan?
Pertanyaan sederhana itu, bisa jadi bahan renungan kita saat ini.
Selamat merenung!
Comments
Post a Comment