Skip to main content

Hari Buku Nasional? Turunkan Harga Buku!

Tulisan sederhana dan singkat ini dibuat dalam rangka menanggapi opini berjudul Andaikan Buku Sepotong Roti yang ditulis oleh Bachtiar Adnan Kusuma, Harian Fajar 17 Mei 2018.
***
Source: int


Kamis (17/5/2018) pagi menjelang siang, saya mengunjungi sebuah gerai center salah satu perusahaan operator telelomunikasi seluler di Indonesia. Sembari menunggu nomor antrian, saya melihat sebuah koran yang terparkir begitu saja. Karena merasa kasihan, akhirnya saya mengambil koran itu. Lalu membakarnya.

Maksud saya, membacanya. :) (serius sekali ki bela membaca, he he).

Saya membuka halaman opini. Dan ya, saya menemukan tulisan terkait buku. Ditulis oleh seorang yang tidak asing lagi di dunia kepenulisan. Saya pernah dengar dari tetangga jika beliau ini sudah menulis ribuan buku (atau ratusan buku, entahlah. Maaf saya bukan pengingat yang baik).

Oke lanjut ke opininya.

Namanya Bachtiar Adnan Kusuma. Ia mengawali tulisannya dengan memakai sebuah kalimat yang mengandai andai:
"Andaikan buku sepotong roti, maka tak lengkaplah sebuah kehidupan baru bagi masyarakat jika belum menempatkan membaca sebagai bagian penting dalam hidupnya."
Selanjutnya ia membahas tentang kota dunia. Ia mempertanyakan sejak di awal tulisannya, apakah Makassar benar dapat menjadi kota dunia jika masyarakatnya belum menjadikan membaca dan menulis sebagai tradisi.

Lalu ia memberikan contoh bagaimana Bung Hatta, Tan Malaka, dan Bung Karno yang punya kepedulian besar terhadap buku. Seperti perkataan Bung Hatta yang kerap kali kita dengar atau baca, mengatakan: "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas."

Di paragraf berikutnya, sang penulis mulai masuk ke dalam ranah minat baca di skala nasional. Ia menulis dengan jelas bahwa Indonesia adalah bangsa yang belum memiliki kegemaran membaca.
"...masih saja tetap di nomor urut sepatu jika kita sandingkan minat baca negara-negara Asean."
Anda tahu kan angka berapa di bawah sepatu anda? Apakah memang benar demikian rendahnya minat baca masyarakat kita? Mari kita ulas.

Di momen peringatan hari buku nasional 17 Mei, seharusnya masyarakat kita sudah memahami potensi dan peranannya masing-masing. Terutama dalam perkembangan di dunia literasi Indonesia.

Mari menengok ke belakang.

Indonesia adalah salah satu negara yang masih termasuk sebagai negara berkembang. Negara ini masih terlalu muda jika terus dibanding-bandingkan dengan negara-negara di benua Eropa. Kita terlalu sering memberikan perbandingan yang tidak logis dan akhirnya membuat nama negara kita sendiri menjadi jelek dalam persepsi kita. Kita terlalu sering menyalahkan bangsa besar ini. Seringkali mengumpatnya.

Indonesia banyak korupsi, indonesia banyak teroris, indonesia banyak narkoba, indonesia negara yang malas membaca, malas menulis, berada di urutan kesekian dan ungkapan lain yang gunanya hanya memberikan stereotip negatif untuk bangsa ini. Bolehkah kita sejenak mencari kelebihan apa yang bisa dikembangkan dari dalam bangsa ini? 

Mengapa kita sebagai orang asli, yang lahir dan besar dan akan mati di Indonesia, yang jelas-jelas sudah mengikrarkan bahwa Indonesia telah menjadi tanah air kita, tapi toh masih pesimis? Jangan-jangan karena pikiran kita, ucapan-ucapan yang pernah kita lontarkan sudah jadi doa, sehingga membuat negara ini sulit maju? Semoga saja bukan karena itu.

Saya selalu senang, jika ada media atau seseorang/kelompok yang menulis tentang kelebihan negara Indonesia dan hal hal tersembunyi yang pantas dikembangkan dari dalam bangsa ini. Satu hal yang patut disyukuri, sekarang kita tinggal di Indonesia, di sebuah negara yang memiliki suku, agama, rasa dan bahasa masyarakat yang begitu beragam. Bukankah ini hal sederhana yang patut disyukuri?

Kejadian baru-baru ini yang mencederai hati, jangan dijadikan sebagai patokan kita sebagai negara yang masyarakatnya saling membenci. Sungguh bukan itu. Sebagai contoh, saya saat ini tinggal dan bekerja setiap hari menghadapi orang-orang dengan keyakinan, pemahaman, suku, dan warna kulit yang berbeda, tapi kami baik baik saja. Saya bertemu dengan belasan hingga puluhan orang tiap harinya. Berdiskusi atau hanya sekadar basa basi. Kami tetap menjalin hubungan silaturahim yang baik. Bahkan seorang teman yang berasal dari Papua yang bisa saja kami berbeda ideologi tapi kami disatukan atas nama literasi, melalui pesan Whatsapp ia mengirimkan gambar yang bertuliskan "Marhaban ya Ramadan".

Kami baik-baik saja. Kami disatukan dengan satu kata "Indonesia". Nah bayangkan saja jika Indonesia tidak ada? Apa yang akan menyatukan saya, Anda dan mereka?

Sebaik-baik pemersatu adalah negara. Menyebut Indonesia, menanamkan cinta terhadap bangsa ini sangat penting. Sebab kita bangga tinggal dan besar di tanah air kita sendiri.

Kita memang memiliki masa silam kelam. Kita pernah dijajah, tapi jangan jadikan itu sebagai hal yang memperlambat. Ayo bangkit. Lihatlah bagaimana anak-anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia. Baik di bidang musik, sastra, olahraga, seni, hingga olimpiade sains. Bukankah mereka juga menggunakan satu nama ketika mereka ke luar negeri? Mereka bangga pada Indonesia dan telah memberi sumbangsi nyata pada negara.

Orang orang yang masih suka nyinyir menyalahkan Indonesia, menyalahkan orang lain padahal dirinya sendiri belum berbuat apa-apa untuk negara ini, belum membuat karya nyata, maka jangan terlalu pedulikan ia. Sebab golongan seperti ini masih kurang membaca, kurang menyelami mutiara dari dalam negaranya sendiri dan dari lingkungan terdekatnya.

Lanjut ke bagian opini. 

Jika Bachtiar Adnan merilis data dalam tulisannya, dan menganggap itu sebagai ironi maka wajar wajar saja. Ia menulis: 

"..jumlah penduduk terbesar 240 juta jiwa hanya mampu menerbitkan sekitar 24.000 judul buku baru pertahun dengan rata-rata cetak perjudul sekitar 3000 eks. Artinya buku baru pertahun beredar hanya 72 juta."

Lalu Ia mengambil standar dari UNESCO dengan menulis,

"Padahal UNESCO menetapkan bahwa 1 orang minimal membaca 7 judul buku pertahun (di Indonesia 1 judul buku baru dibaca 4 orang). Jelaslah, Indonesia berada di urutan ke-60 sebagai salah satu negara paling terendah budaya membacanya dari 65 negara!"

Bagaimana perasaan para penggiat literasi ketika membaca tulisan di atas? Tulisan itu sudah dipublikasikan di media cetak! Rasanya sangat mengiris, bukan?

Tentu saja jika kita mengambil standar Unesco untuk melihat jumlah baca buku masyarakat Indonesia (ingat masyarakat, bukan Indonesia sebagai negara). Tentu saja, negara kita belum begitu sempurna secara keseluruhan, jika harus membaca 7 judul buku baru tiap tahunnya. 

Pertanyaan sederhananya, dari mana tiap orang mau mendapat 7 buku?

Sumber Bacaan
Kita harus mengenyampingkan dulu bahwa buku sangat banyak dan mudah didapatkan di perpustakaan-perpustakaan.

Sebelum itu, mari kita selidiki. Apa yang menjadi tingkat kebutuhan masyarakat dalam mengakses buku dan buku seperti apa yang disukai.

Pengamatan terbaru saya, yang melihat kecenderungan remaja saat ini yang sangat suka membaca buku/tulisan dari media daring. Seperti dari wattpad. Jutaan remaja hari ini, menghabiskan waktunya membaca buku daring yang dianggapnya menarik. Selanjutnya, beberapa dari pembaca itu membeli buku yang ingin dibacanya. Lewat mana? Tentu lewat online. Lewat toko buku online (daring). Sekarang banyak toko buku/penerbit indie dan mayor yang menjual bukunya secara daring. Sangat bisa dibandingkan hari ini, begitu toko toko buku konvensional mengalami kemunduran tingkat pengunjung. Ya, tentu ini juga masuk dalam hal disrupsi di dunia perbukuan.

Tetapi apa yang ingin saya katakan? Saya hanya mau bilang, dari merebaknya toko buku daring itu, hanya masyarakat dari golongan menengah dan atas yang mampu membelinya. Sedangkan jika dilihat data kemiskinan di negara kita yang sungguh masih tinggi. Sehingga, tentu yang bisa mengakses buku bacaan yang diminati, hanya golongan-golongan tertentu. Begitu banyak pembaca yang ingin memiliki satu judul buku tertentu yang menarik baginya, tapi buku itu memiliki harga yang tinggi. Dompet kosong sehingga dengan pikiran rasional, banyak pembaca yang kadang lebih memilih membeli makanan daripada buku, ketika uangnya tidak sampai untuk membeli sebuah buku. Atau bahkan, banyak pembaca, yang rela kelaparan, tidak makan, hanya untuk membeli sebuah buku. Bukankah begitu realitas yg terjadi hari ini?

Kesimpulan singkat: Harga buku mahal.

Sehingga, yang mesti diperbaiki adalah regulasi harga buku. Buku yang dicetak oleh penerbit, lalu dijual dengan harga tinggi. Alasan utama karena harga kertas, dan bahan baku lain yang tinggi. Tidak bisakah jika pemerintah dalam hal ini pemilik kebijakan, atau pengusaha yang punya banyak modal, mendirikan sebuah percetakan buku murah. Atau ada pihak yang mampu menyuplai bahan baku buku dengan harga yang relatif lebih terjangkau? Atau pemerintah bertindak memberikan subsidi agar harga bahan baku kertas, kayu dan segala jenisnya? Pemerintah diharapkan dapat mengucurkan dana besar untuk hal ini. Karena saya meyakini, jika harga buku murah, harga cetak buku yang terjangkau, maka orang-orang akan lebih banyak lagi membeli, dan akhirnya membaca buku. Setuju?

Buku di perpustakaan gratis
Iya, tapi bagaimana kondisi perpustakaan saat ini? Banyak gedung perpustakaan yang bagus dan mewah tapi orang yang membaca di dalamnya sangat kurang. Gedung perpustakaan hanya diisi oleh pegawai-pegawai perpustakaan saja yang kadang lebih banyak bergosip daripada memberi contoh dengan membaca. Kondisi perpustakaan yang kadang memperibet masalah administrasi, tentang buku yang dipinjam dan larangan-larangan lain yang membikin pembaca jadi malas lagi mengunjungi perpustakaan.

Selanjutnya, mengapa kita mau mengambil penelitian dari unesco yang tidak merata itu lalu menempelkannya ke dalam tulisan lalu mengatakan minat baca bangsa Indonesia yang rendah? Apakah unesco sudah meneliti tahun 2017-2018 ini?

Beberapa tahun terakhir, Nirwan Ahmad Arsuka, M Ridwan Alimuddin, Andhika Mappasomba dan ratusan bahkan ribuan penggiat literasi di seluruh pelosok tanah air  (maaf karena tidak bisa menyebut nama teman-teman yang bergerak di dunia suci ini) masih semangat menyebar buku untuk daerah-daerah terpencil yang tak sanggup membeli buku.

Para penggiat literasi ini mendirikan Perpustakaan bergerak. Yang berarti penggiat literasinya yang membawa buku dan menemui pembacanya. Sungguh perjuangan panjang, hingga akhirnya presiden Indonesia, Ir Joko Widodo dengan kerjasama pihak PT Pos Indonesia, akhirnya menggratiskan pengiriman buku ke seluruh tanah air yang terdaftar di pustaka bergerak Indonesia, setiap tanggal 17 tiap bulannya. Jika anda ingin mencoba, silakan buka data pustaka bergerak Indonesia di mesin pencari semisal google, lalu pilih satu atau beberapa dan siap-siap membawa paket buku ke kantor pos terdekat, lalu jangan lupa cantumkan kata #bergerak di paket. Maka anda akan digratiskan.

Tentu ini sebuah gerakan yang sudah cukup baik. Saya pikir, setelah berjalannya beberapa tahun, dan buku sudah masif disebarkan. Beberapa penerbit, perusahaan negeri dan swasta serta pihak pribadi telah menybarkan buku ke ratusan lingkar pustaka bergerak Indonesia, dan Taman Bacaan masyarakat, saya kira sudah mebgubah data angka minat baca negara ini. Hanya saja sampai sekarang belum kita temukan. Coba turunkan tim yang mendata itu.

Selanjutnya adalah ketika di beberapa daerah dan juga melihat masa lalu bangsa ini, Sesungguhnya bangsa kita bukanlah bangsa yang malas dalam membaca. Saya setuju dengan perkataan seorang penggiat literasi asal sulsel bernama Andhika Mappasomba yang sudah belasan tahun mengabdi di pedalaman tanah air, berkeliling Indonesia hanya untuk menyebarkan buku. Namanya tidak ingin dikenal oleh orang-orang Jakarta atau ingin disebut sebagai sastrawan lalu terkenal se Indonesia karena masuk media. Bukan itu yang diinginkan.

Ia mau masyarakat di pedalaman merasakan kehadiran sosok sejati penulis buku. Sosok sejati penggiat literasi. Yang namanya dikenal oleh masyarakat terkecil di pedalaman kampung, yang tak pernah tahu keberadaan TB seperti gramedia atau toko buku lainnya. Mereka hanya mengharap uluran tangan dari para pegiat literasi dengan kesadaran dirinya memberikan bahan bacaan yang berkualitas.

Meskipun, pada dasarnya pemerintah sudah ikut campur tangan dengan ini. Melalui komite buku nasional dan lewat kementerian pendidikan dan kebudayaan yang mengirim sastrawan atau penggiat seni masuk kampung lalu dibiayai full. Tapi jika dilihat dari kuantitasnya? Ada berapa orang/pegiat literasi yang turun tangan? Sedangkan indonesia ini adalah negara yang begitu luas? Terbentang dengan ribuan pulau?

Saya pikir jumlah penduduk saat ini sudah lebih 240 juta jiwa. Namun ada begitu banyak masyarakat yang belum dideteksi, misal yang tinggal di pedalaman hutan, pulau terpencil, dll.

Hal yang paling penting adalah, kita sebaiknya menyadari bahwa meskipun minat baca buku yang kurang, sebetulnya masyarakat kita memiliki minat membaca yang begitu besar. Anak anak yang dibiasakan membaca akan sampai besar terus membaca. Tapi, jangan jadikan buku sebagai patokan. Bisa sumber lain. Ketika harga buku sudah terjangkau oleh semua masyarakat, (tidak seperti sekarang harga buku 35.000-100.000), atau rata-rata buku bagus seharga 50-70 ribu/ buku, dan itupun ketika dikirim lewat jasa pengiriman tentu memakan harga, sehingga harga buku jadi semakin tinggi. Apakah dengan seperti ini orang-orang akan mudah membaca buku? Jika memang apa dasarnya masyarakat kita sejak dulu memiliki kebiasaan suka berbicara dari pada menulis?

Ya, masyarakat kita sejak dulu kala memperkenalkan sastra lisan. Bayangkan saja kitab I la galigo sebelum dibukukan, naskah itu dibicarakan, dan tersebar. Sehingga kita mengenal banyak dongeng atau cerita masyarkat tempo dulu dari mulut ayah, ibu atau kakek dan nenek kita. Mereka meneruskan sastra lisan. Dan kita menerimanya dengan mendengar, bukan dengan visual, membaca. Jadi jangan sekali lagi, menilai sekarang ini tinngkat membaca buku masyarakat indonesia rendah. Karena ada sumber pembelajaran literasi lewat medium lain.

Saya yakin, jika kekurangan-kekurangan ini bisa kita perbaiki, dan banyak pihak yang memberi teladan, sekitar 30-40 tahun mendatang, atau pada tahun 2040-2050 atau ketika usia bangsa indonesia merdeka 95 tahun. Tentu saat itulah kita baru bisa membandingkan dengan negara Amerika, Inggris, Prancis, dan negara-negara lain yang kita sering jadikan perbandingan dengan menggunakan frasa "negara luar" atau "luar negeri" atau "negara barat". Sebab negara semisal Amerika tentu sangat berbeda usianya dengan Indonesia. Amerika saat ini sudah berusia ratusan tahun sedangkan Indonesia kita baru berusia 70-an tahun.

Kelak kita benar-benar akan mendengar adanya Peradaban Indonesia. Negara yang paling berkuasa dan besar di dunia.

Jangan mudah banyak bicara dengan menyebut perbandingan-perbandingan saat ini. Banyak bicara bahwa Indonesia rendah itunya, ininya, dll. Lalu menyebut Amerika, inggris dan negara lain dengan kebanggaan yang begitu besar.

Kita harus menumbuhkan sikap nasionalis, yaitu semangat kita bagaimana mulai mencintai negara ini dengan apa adanya. Menghiraukan segala bentuk hal negatif, fokus pada apa yang bisa dikembangkan. Dengan ini saya menulis. Saya menikah dengan penulis, saya ingin membentuk keluarga yang paham akan literasi, ikut membuat gebrakan yang baik buat bangsa, setidaknya baik dulu buat keluarga saya dan bermanfaat bagi tetangga samping rumah saya.

Sekian.

Selamat hari buku nasional. Selamat merenung, selamat membaca, selamat merasai.

MgP

Comments

Paling banyak dibaca

Om saya dan amplop easy shopping

SORE yang dingin, om saya dengan buru buru turun dari motornya. Ia membuka amplop yang bertuliskan namanya. Om mendapat amplop itu di kantornya. "Hanya ada satu nama Muhtar di kantor, itu saya," ujarnya Senin (31/08/2020). Lalu ia membuka paket yang di luarnya dibungkus dari kantongan berwarna hitam itu.  Ia mendapat kupon hadiah senilai 1 miliar. Tertera di amplop itu. Easy Shopping P.O. Box 6688, Slipi Jakarta Barat 11410 Di bawahnya ada tulisan warna merah tertulis:  NOMOR KEMENANGAN DISETUJUI Dengan font huruf kapital semua dan berwarna merah. Di bawahnya lagi tertulis  "Pengiriman bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia" ANEHNYA Di belakang amplop, ada alamat website. www.easyshopping.id. Yang kalau Anda ketik di pencarian, tidak akan ketemu. Website rusak! Tak dapat ditemukan.  (Kok perusahaan tidak punya website?) pikir saya dalam hati.  Apalagi, merk Easy Shopping ini tertuju pada satu nama PT yang tertera di lembaran lain di dalam amplop. PT Karisma Bahana G

Empat Cara Agar Nama dan Foto Kamu Bisa Muncul di Mesin Pencari Google

BANYAK yang ingin melihat ketika namanya diketik di mesin pencari, maka yang muncul adalah foto dan tulisan tentang dirinya. Nah, bagaimana caranya agar foto dan tulisan tentang dirimu bisa muncul di halaman mesin pencari sekelas Google ? Coba perhatikan, mengapa artis dan penulis terkenal namanya bisa dengan mudah tampil di mesin pencari Google? Ya, jawabannya mudah, karena dia sudah dikenal, bukan? Namun bagaimana caranya buat kita yang belum terkenal? Caranya mudah sekali, coba klik nama "Muh. Galang Pratama" dan saksikan apa yang muncul. ( He he , daripada ambil contoh nama lain, mending pakai nama sendiri 😆😁). Beberepa cara yang sudah saya praktikkan dan kurang berhasil (#eh, maksudnya lumayan berhasil 😛), yaitu: Buat Blog dan Tulis tentang Keseharianmu Source: Diolah dari jpompey.com Kalian boleh saja membuat blog gratis dengan waktu lima menit. Ya, serius, hanya lima menit. Silakan klik  blogger.com  atau  wordpress.com.  (Tapi, saran jika mau cepat

Cara Melapor SPT Tahunan (Pengalaman Pribadi)

JAM MASIH  menunjukkan pukul 08.00 pagi. Jalan di kotaku masih terlihat sepi. Tapi saya sudah berada di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Sungguminasa Kabupaten Gowa. Kantor ini terletak di Jalan Mesjid Raya No. 24, Sungguminasa. Pas baru tiba di kantor pajak ini, saya sudah melihat ada banyak yang antre. Puluhan. Ini kali pertama saya mengurus SPT Tahunan. Ya, sebab saya baru memiliki  NPWP kurang dari setahun. Saya punya dua NPWP. NPWP pribadi dan NPWP perusahaan. Saya lalu bertanya kepada petugas pelayanan pelaporan SPT. Pertama kali, saya ditanya apa sudah punya efin atau belum. Karena baru pertama kali melapor, otomatis saya belum punya. Akhirnya saya pun mengisi kertas kosong yang diberikan petugas untuk permohonan efin. Di dalam kertas itu ditulis nama wajib pajak, nomor npwp, nomor KTP, email dan nomor HP. Ini semua wajib ada. Saat di lokasi, kulihat seorang pria dewasa yang tak punya email, ia pun diminta oleh petugas untuk membuat

Apa itu "Mark Up"? | Penjelasan, contoh dan cara menghitungnya

Dulu, ketika tulisan saya terbit di kolom "Surat Pembaca Kompas" berjudul Jangan Revisi  edisi 31 Maret 2017, sekilas saya membaca isi surat pembaca lain di samping tulisan itu, judulnya Mengungkap "Mark Up" . Saat itu saya sama sekali tidak tahu apa arti dari kata "Mark Up" , saya pun tak punya rasa penasaran berlebih untuk mencari tahu frasa itu di mesin pencari daring. Akhirnya saya menghiraukannya.  Satu tahun berlalu. Saya bekerja di sebuah media. Menghadapi orang-orang mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas seperti pemegang jabatan pemerintahan. Mulai kepala desa, kepala dinas, bupati hingga anggota dewan. Saya bukan wartawan, saya hanya bekerja sebagai tukang cari iklan daring (online). Menawarkan ke orang  orang agar dirinya bisa dimuat di portal media daring.   Dari sini, saya baru tahu (atas pengalaman kerja yang baru beberapa bulan), arti dan maksud dari "mark up" itu. Akhirnya pikiran saya kembali ke awal tulisan ini. T

6 ajaran Jepang untuk menghancurkan rasa malas

INILAH 6 ajaran Jepang untuk menghancurkan rasa malas orang Indonesia: 1. ikigai, 2. kaizen, 3. hara hachi bu, 4. shohin, 5. ganbaru, 6. wabi-sabi Sumber : japan.com 1. Ikigai ( 生き甲斐): Konsep ini menggabungkan kata ‘iki’, yang berarti “hidup” atau “kehidupan,” dan ‘gai’, yang berarti “manfaat” atau “nilai.” Ikigai adalah apa yang memberikan nilai, makna, atau tujuan dalam hidup Anda 1 . Ini serupa dengan istilah Prancis “raison d’être” atau “alasan untuk hidup.” 2. Kaizen (改善): Kaizen adalah filosofi yang berfokus pada peningkatan berkelanjutan dalam semua fungsi dan melibatkan semua karyawan, dari CEO hingga pekerja lini produksi 2 . Ini juga berlaku untuk proses seperti pembelian dan logistik yang melintasi batas organisasi ke rantai pasokan. 3. Hara Hachi Bu (腹八分目): Ini adalah ajaran Konfusianisme yang menginstruksikan orang untuk makan sampai mereka 80 persen kenyang 3 . Frasa Jepangnya berarti “makan sampai Anda delapan bagian (dari sepuluh) kenyang” atau “perut 80 persen penuh

Cara Buat Website Komunitas

Cara Buat Website Komunitas sangat mudah sekali. Anda cukup menyiapkan profil, kontak dan nama website Anda. Lalu hubungi Admin kami. Saya menyarankan untuk buat website komunitas di PT Iqra Aksara Media. Selain layanan maksimal, bisa konsultasi 24 jam, juga punya harga yang relatif terjangkau.  Nah. Apa saja, keuntungan membuat website komunitas/organisasi. Berikut manfaatnya. Website resmi membantu legitimasi komunitas / organisasi  Website resmi meningkatkan kesadaran publik Website sebagai sarana memperkenalkan produk/layanan Website sebagai sarana komunikasi Website sebagai sarana publikasi resmi komunitas / organisasi  Membangun jaringan / partner Nah, itu beberapa manfaat memiliki website. PT Iqra Aksara media, sebuah perusahaan di bidang media dan penerbitan siap mengerjakan website komunitas Anda. Dapatkan diskon khusus 35% hingga akhir tahun 2023 dan diskon 50% hingga 1 November 2023. Segera kunjungi laman ini . Atau hubungi admin via WhatsApp.  

Al Nassr vs Abha : Gol Free Kick Cristiano Ronaldo Antarkan Al Nassr Menang 2-1

Cristiano Ronaldo Pemain Al Nassr (Foto/Instagram/@alnassr_fc) Dalam lanjutan Liga Arab Saudi , Al Nassr mengalahkan Abha dengan tipis 2-1.Ronaldo pun menyumbang gol di laga ini. Minggu, 19 Maret 2023 pukul 00:15 WIB di Marsool Park menjadi tempat duel antara Al Nassr dan Abha. Striker Portugal Cristiano Ronaldo dipercaya menjadi starter Al Nasir kali ini. Lewat formasi 4-1-4-1, ia menjadi andalan dan sumber gol klub. Pada laga ini, Al Nassr mencoba tampil agresif namun pada menit ke-26 tim besutan Abha harus kebobolan terlebih dahulu. Tuan rumah baru bisa memecah kebuntuan di babak kedua dengan sisa waktu kurang dari 20 menit. Pada menit ke-78, pemain bintang Cristiano Ronaldo mencetak gol dari jarak jauh. Berawal dari peluang melakukan tendangan bebas, bola diambil oleh Ronaldo. Cristiano Ronaldo mencetak gol tendangan bebas dan akhirnya mengikat skor menjadi 1-1. Tak lama berselang, tim tamu sial di menit 80. Pasalnya, pemain mereka mendapat kartu merah, yakni Zakaria Alsudani yang

Company Profile Penerbit Kami

  PubHTML5 LightBox Embed Demo

3 Cara Menghilangkan Tulisan Powered by Blogger di Tema Blog Gratisan

Cara Menghilangkan Tulisan Blogger di Tema Blog -  Untuk blogger blogspot baru tentunya mengolah dan memahami tampilan pada blog cukup sulit dpahami. Perlu diketahui jika anda memang memutuskan untuk terjun ke dunia blogger maka mau tidak mau anda harus memahami hal yang berkaitan dengan blogger, contohnya memahami template seperti html, css, dan javascript. Banyak kendala blogger baru maupun yang lama yakni salah satunya tidak bisa mengedit tampilan template blog karena memang sangat membingungkan. Untuk belajar mengedit template , kalian bisa menggunakan inspect elemen . Kadang ada tampilan template yang tidak sesuai dengan kemauan teman-teman, contohnya yakni tulisan powered by blogger/diberdayakan oleh blogger. Jika ada tulisan seperti itu, rasanya blog kita terlihat tidak professional, maka dari itu sebagian blogger lama maupun pemula menghapus kode tersebut agar terlihat lebih professional. Nah, bagi kalian yang ingin menghapusnya namun belum bisa, berikut tipsnya. 3 Cara Menghil

Himpunan Mahasiswa Jurusan Fisika UIN Gelar Pelatihan Jurnalistik

  WARNASULSEL.com  – HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Fisika UIN Alauddin Makassar mengadakan kegiatan Pelatihan Jurnalistik yang bertema “Membangun Jiwa Penulis dengan Mengembangkan Kemampuan Bermedia Mahasiswa Fisika di Era Digital” di ruang LT Fakultas Sains dan Teknologi, Jumat (14/4/2023). Kegiatan ini dalam rangka untuk menambah wawasan para peserta tentang kepenulisan sastra maupun kepenulisan artikel, berita, dan lainnya. Mengundang pemateri Muh Galang Pratama,  editor in chief   Penerbit Jariah Publishing  dan Astiti Nuryanti, Mahasiswa yang juga pengurus Himpunan Bidang Kaderisasi dan Pengembangan SDM. Selengkapnya baca di sini.

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog