Skip to main content

Posts

Kebencian Puisi Hari Ini

Hari ini Puisi bangun kesiangan Ia lalu mandi dengan terburu buru Puisi ingin ke sekolah. Sesampai di gerbang Puisi dilarang masuk Puisi sedih Lalu beranjak pulang dengan muka masam. Sesampai di rumah, Puisi tertidur Di dalam tidurnya, Puisi bermimpi: Puisi akhirnya menjadi bintang kelas Puisi mendapat penghargaan dari kepala sekolah Puisi dipanggil ke depan panggung Untuk membacakan dirinya. Puisi terbangun dari mimpi Seketika ia berkata: "Aku benci tidur, aku benci hidup di dunia yang semu." 2017  Source : https://s3.amazonaws.com/notegraphy-images

Heran

Aku heran pada perempuan Disimpannya dalam dalam perasaan Dilakukannya yang baik baik Perbuatan Aku heran pada perempuan Disembunyikannya kebaikan Diributkannya masalah Dengan kegosipan Pada jiwa jiwa yang telanjur ketuaan Sisi perempuan Adalah menyayangi hanya Satu pasangan Tulus mencintai satu insan Dan berharap mati lalu bertemu di surga dengan Pasangan yang dirindukan Di dunia Dan herannya, Lelaki tak demikian. 2016  source : http://marvel.wikia.com/wiki/File:Henry_(Earth-20017)

Telanjur Jatuh Hati

Kau telantarkan aku Di tengah kering kerontang jiwa Kau abaikan Kau buang cinta yang telah kutanam Padahal aku telanjur Telanjur jatuh hati padamu Kau marah Kau cemburu buta Kau hilangkan aku dari perasaanmu, katamu Padahal aku masih ingat Masih menginginkan kau berada di sini Source : http://31.media.tumblr.com

Berubah

Begitu banyak yang berubah Bukan hanya satu warna tapi warna dan warni Begitu banyak yang berubah setelah kepergian yang lama yang meninggalkan rindu dan juga luka Begitu banyak yang berubah bukan hanya kamu tapi juga aku. Source : upload.wikimedia.org

Ibu dan Malam

Saya menulis ini bukan karena baru-baru ini masyarakat Indonesia merayakan hari ibu lalu mengucap kalimat itu di depan ibunya sambil menciumi lalu jepret. Berselfie ria. Saya tak akan mungkin melupakan jasa-jasa seorang ibu. Apalagi yang telah ia lakukan baru-baru ini. Tanggal 13-15 Desember 2016 ini, ia datang menjengukku. Saya tidak menyangka, ibu sangat perhatian. Meski harus izin dari mengajarnya demi untuk memenuhi undangan hati anaknya.  Hal yang tidak mungkin saya lupakan kemudian adalah ketika saya menjadi anak yang manja di depannya. Di depan kalimatnya yang membuat mataku berkaca-kaca. Saat hari lahirku 28 November silam, ia mengirimiku pesan singkat:  Selamat ultah anaku tersayang. Sungguh ucapan yang sangat tulus sekali dari seorang Ibu kepada anaknya yang harus ditinggal jauh karena sedang menuntut ilmu. Pun tak dapat kuhabis pikir, ketika ia datang menjengukku, ia melihat pakaian kotorku. Dan malam hari ia mesti bangun. Demi untuk mencucinya hingga pag

Pasipu (Pancasila Puisi)

Lima Dasar Puisi: Nabi Muhammad adalah penulis Puisi Puisi adalah tentang keadilan bagi rakyat Puisi adalah pemersatu umat Puisi dipimpin oleh siapa pun, tak ada yang diwakili apa lagi diwakilkan oleh Puisi Puisi siap mengadili manusia pelanggar keadilan dalam suatu negara Source : s-media-cache-ak0.pinimg.com

Puisi Tidak Penting

Aku tak bisa membuat puisi tanganku karam, hatiku hilang rasa Aku tak mampu berpuisi Sebab tak ada lagi bukti Aku tak akan dapat menulis puisi apalagi mau membacanya Sebab aku bukanlah orang penting yang akan dicari-cari karena puisinya Pun orang orang tak mau peduli sekalipun yang kutulis adalah nama mereka. 2016 Puisi Tidak Penting

Selamat Tinggal

Aku terlahir bukan sebagai manusia yang mudah putus asa. Itulah kalimat yang selalu kulontarkan untuk hati dan pada  jiwa di kala semangatnya redup. Bukan hal yang tak mungkin, seringkali diri kita mengalami "down." Yaitu perasaan berada pada titik terendah. Baik itu kaurasakan lewat pikiran maupun melalui hati. Tak ada yang dapat kulakukan kali ini selain mencoba menyatakannya lewat kata-kata. Karena aku tahu, di situlah letak kekuatanku sesungguhnya. Aku tidak habis pikir, hari-hari yang telah terlewati begitu saja. Cepat. Tanpa ada satu momen yang membuatku lebih berharga atau (mungkin bahasanya yang lebih halus:) dapat lebih berkualitas. Aku menyia-nyiakan waktu, dan kau tahu, menuliskan penyesalan itu tak ada baiknya kecuali kausegera menghapusnya.  Dan berusaha meninggalkan jauh, masa kelam yang dulu dulu. Dan mulai berpikir saat ini untuk bangkit. Karena yakinlah, masa depan adalah hal berharga yang paling pantas tuk diperjuangkan . Masa depan adalah kau,

Tikaman Airmata Langit

Hari ini langit meneteskan airmata Ia datang dengan tergesa-gesa Mengetuk pintu bumi seenaknya. * Seseorang berada di kerumunan hujan Perlahan lenyap ditinggal bayangan Ketika angin kencang mulai datang Payung diterbangkan hingga menghilang Seluruh tumpuan melewati siraman Airmata langit. Seseorang di balik hujan berupaya bangkit Setelah terjatuh di genangan luka masa silam Tak ada lagi yang abadi kini Setelah darah perawan dilumat habis drakula Berwajah manusia. Airmata langit masih menetes satu demi satu Menjatuhi manusia manusia yang bergelimang dosa Hujan di musim ini rupanya panggilan Tuhan Menghapus najis di tubuh perempuan malang Yang hampir bunuh diri di bawah tikaman Airmata langit. November, 2016 *Puisi ini pernah dimuat di Harian Fajar Makassar, 11/12/2016 Foto : Muh. Syakir Fadhli

Kampus Satu Warna

Saya tak habis pikir mengapa ada kelompok. Ada yang bila, kita mesti memilih kelompok tertentu, karena ada siang ada malam. Kita harus punya satu warna supaya kita bisa kenal mana diri kita dari sekian warna yang ada.  Warna dalam perpolitikan sungguh sangat mengenyampingkan persatuan. Meski pun ada bersatu, tetapi itu mempersatukan golongannya semata, menyatukan satu warna dan membunuh warna lain. Ironisnya, meski tak memiliki kapasitas, tapi karena warna yang sama, maka mereka yang telah punya jabatan politik atau kekuasaan, bisa dengan seenaknya mengambil pemain dari warnanya meski pemain itu masih terlalu muda, alias tak memiliki kredibilitas di bidangnya. Warna di lingkungan kita akan terlihat dengan jelas ketika akan melangsungkan  pemilihan menjadi pemimpin atau ketua. Di bidang apa saja. Termasuk yang akan saya bahas secara ringkas di sini, adalah pemilihan pimpinan atau ketua-ketua di dalam kampus. Saya mengambil contoh di kampus x. Di sana, perpolitikan terlihat

Politik itu Bugil

Media saat ini telah bugil. Memperlihatkan kepada publik ketelanjangan politik. Setiap orang sekarang bisa tahu tentang seni pemerintahan beserta senjata yang dipakai para aktornya. Dan setiap orang pun sampai saat ini baik dari golongan pengusaha sampai ke tukang becak bisa berkata: "Politik itu busuk, kotor, najis." Berbeda dengan beberapa tahun silam, ketika awal tahun 2000-an, saya melihat dan membaca politik tidak begitu diumbar ke publik. Mereka yang di atas aman-aman saja memainkan lakonnya. Entah mereka menyalahgunakan wewenangnya atau tidak, masyarakat tak ambil pikir. Namun, yang terjadi sekarang sebaliknya. Masyarakat kecil seperti penjual ikan dan sayur pun ikut-ikutan berdiskusi terkait pemimpin negara. Bukan cuma diskusi tentang sepakbola, bahkan politik pun dikiranya sudah merasuki pertandingan sepak bola, olahraga yang banyak diminati kalangan banyak itu. Itu tak dipungkiri, bahwa memang benar demikian. Seharusnya pendidikan politik yang bersih dan b

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog