Hari ini langit meneteskan airmata
Ia datang dengan tergesa-gesa
Mengetuk pintu bumi seenaknya.
*
Seseorang berada di kerumunan hujan
Perlahan lenyap ditinggal bayangan
Ketika angin kencang mulai datang
Payung diterbangkan hingga menghilang
Seluruh tumpuan melewati siraman
Airmata langit.
Seseorang di balik hujan berupaya bangkit
Setelah terjatuh di genangan luka masa silam
Tak ada lagi yang abadi kini
Setelah darah perawan dilumat habis drakula
Berwajah manusia.
Airmata langit masih menetes satu demi satu
Menjatuhi manusia manusia yang bergelimang dosa
Hujan di musim ini rupanya panggilan Tuhan
Menghapus najis di tubuh perempuan malang
Yang hampir bunuh diri di bawah tikaman
Airmata langit.
November, 2016
*Puisi ini pernah dimuat di Harian Fajar Makassar, 11/12/2016
Foto : Muh. Syakir Fadhli |
Comments
Post a Comment