Skip to main content

Posts

Aku Ingin

Barangkali akulah orang paling tidak normal di dunia ini Bakatku tak didukung orang tua Keinginanku melebihi apa yang kukhayalkan Aku bukan siapa siapa. Terlalu banyak luka dan sakit yang kubuat Menunggu bagi orang orang di sekitarku adalah sebuah perasaan sia sia. Tak ada arti. Barangkali bukan cuma aku yang selain malas fokus mengerjakan satu hal dalam keadaan itu juga Aku adalah manuska tanpa pegangan apa pun selain pena. Aku ingin. Tapi hanya tahu merusak. Kumohon sebelumnya... Aku hanya mau supaya orang dari daerah atau desa, tetap bahagia melihat mereka bangga lalu tersenyum tulus. Source : chrishewitt1987.files.wordpress.com

Maaf, Aku Lupa

Ada kata kata yang tak sempat kukatakan Dan aku yakin, itu membuatku lemah akhir akhir ini Aku lupa Iya, Dan maafkan saja. Sekian Source : https://static1.squarespace.com

Sebuah ....

Aku melihatnya sekali lagi Bendera itu. Seperti daun maple Dengan warna kemerahan. Di permukaannya ada dua warna Merah dan putih Mirip dengan warna bendera negaraku. Aku ingin Terbang ke sana Membawa senyum bangga orang tua dan Dan Ibu, Yang sedang sakit Semoga diberikan kesehatan. * Aku ingin Naik pesawat Bertemu langit, Lalu menyapa awan. Aku ingin mengantongi awan Untuk kuperlihatkan kepada Ibu di rumah. Agar Ibu bisa siuman Dan kembali mengajari anak anak Di pedalaman Yang sungguh haus akan Pendidikan. 2017 Source: wikimedia.org

Kita Adalah Harapan

Kita adalah harapan harapan yang mencemaskan ketidakpastian. Berupaya terlihat sedih padahal  memang demikian. Kita banyak berpura pura dalam kehidupan Sengaja memakai topeng kemunafikan Memperlihatkan segala kekayaan Namun ketika sepi bertandang di kerongkongan  kita tetap merasakan kesunyian. Kita mudah melabeli kata 'cemburu' pada orang orang. Lalu melempari mereka dengan kata  kata mematikan Barangkali kita lupa sebagai insan Bahwa  sejatinya kita merupakan pilihan Tuhan Yang ditunjuk bersama membangun  rasa aman, dan ketenteraman. 2017 Source : fggam.org

Membaca Mahasiswa Indonesia Timur Masa Kini

Marilah kita pahami potensi anak muda, mahasiswa di Sulawesi, Makassar dan sekitarnya. Jika Mei '98, mahasiswa berorasi demi menegakkan reformasi Maka tahun 2017 ini, mahasiswa tidak lagi berjuang dengan demonstrasi Batu dan kayu telah berubah jadi buku Atau barangkali gawai Pelantang telah berganti jadi mik seminar literasi budaya Atau barangkali mik karaokean Dahulu pergerakan di awal, baru ada suara pemimpin,  Saat ini pemimpin bersuara dulu (di media) baru kemudian rakyat bergerak.  Kalimat Bung Hatta sepertinya sudah kebalik. *** AWAL tahun 2000-an hingga medio 2014, mahasiswa Makassar dikenal karena demonstrasinya yang sedikit banyak berakhir dengan anarkis. Namun belakangan ini, semuanya sudah berbeda. Kuulangi sekali lagi. Semuanya sudah berbeda. Mahasiswa Makassar tidak seperti yang dulu lagi. Hari ini, akhir tahun 2016 hingga awal 2017, banyak anak anak muda Makassar yang membuktikan kelebihannya. Bahkan Wali Kota Makassar, Bap

Batas Waktu

AKU paling benci dengan tanda tanya! Sebuah pengharapan, sebuah keniscayaan akan ketidakpastian. Aku benci menaruhnya di dalam kesimpulan ini. Hari hari yang terlalu sibuk akan dirinya sendiri. Hingga larut dalam kesepian batin Mata kelam. Hati tak kunjung jadi sebebas bebasnya angin. Kemana pun saja pikiran melayang, hingga dini hari muncul tak ditemukannya apa apa Layar hanyalah rangkaian kata kata yang kosong, putih dan bersih tanpa arsiran. Sampai waktu menunjukkan pukul satu pagi Kau memiliki dua pilihan yang sulit diputuskan :                                ingin tidur di ranjang atau                                bangun dari tidur panjang. Source : http://hardtimesskateshop.com/ 

Awalnya Ditolak, Selanjutnya Dimuat

"SETIAP tulisan yang dimuat di media bebas bertamu ke rumah siapapun, ke hati manapun tanpa harus bertatap langsung dengan pemiliknya." -Rachmat Faisal Syamsu. *** Jangan lupa, jika Anda atau keluarga Anda punya Koran Fajar, atau siapapun yang barangkali Anda kenal sedang berlangganan Koran Fajar, carilah edisi Minggu 2 April 2017. Buka halaman 14. Di Kolom Puisi Anda dapat dengan bebas membaca, menghayati atau bahkan mengkritiknya. Silakan! Jika berkenan membacanya, sungguh saya berterima kasih pada Anda semua. * Awalnya saya mengirim beberapa Puisi ke Harian Fajar. Lalu redakturnya (Muh Nursam) bilang (percakapan ini melalui Facebook Chat) : "Ndak ada puisi bagusmu yang lain?" Seketika saya terbelalak dan balik bertanya, "Puisi bagus yang kakak maksud itu dalam arti bagaimana?" Ia lalu menjawabnya, "Puisi itu indah. Kalau pun mengkritik, disampaikan dengan cara indah. Jangan suka pakai bahasa bahasa kebencian." Demikian

Kehilangan Harapan

Dengan hilangnya lebih dari dua ratusan tulisan tulisan di Ms. Office OneNote-ku pada pekan ke-tiga bulan tiga, memberi satu pelajaran penting. Setidaknya setelah itu, aku berhasil dengan cara otodidak, memperbaiki gawaiku dan membuat blog ini menjadi lebih sederhana, daripada sebelumnya. Terima kasih atas cita cita menghasilkan buku. Kau telah pupus sekarang atau barangkali tidak! Maret Menangis,  2017 Pict : By MgP (Credit : The Lost File)

Harapan Tuhan

kita adalah harapan harapan yang mencemaskan ketidakpastian berupaya terlihat sedih padahal memang demikian. kita banyak berpura pura dalam kehidupan sengaja memakai topeng kemunafikan demi menutup wajah yang memalukan kita ingin memperlihatkan segala kekayaan namun tak sadar, ketika sepi bertandang kita masih tetap merasakan kesunyian. kita mudah memberi label "cemburu" pada orang orang lalu melempari mereka dengan kata kata mematikan barangkali, kita lupa sesuatu, kawan sebagai insan, sejatinya kita semua merupakan titipan tuhan yang dipilih bersama tuk membangun rasa aman dan menyebarkan pesan pesan ketenteraman. 2017 Source : Dilla & MgP Drawing on Paint App

Secangkir Kesepian

kadangkala ketika kauberbicara, aku hanya ingin mengantongi kata katamu. lalu kusimpan untuk kubaca di rumah. dengan segelas sunyi dan secangkir kesepian. 2016 Source : Private Archive (Fajar Daily Newspaper, 2nd April 2017)

Rumah Kertas: Kritik Sastra dan Takdir Sebuah Buku

Foto : Internet AKU membaca buku ini, berkali-kali. Sama persis dengan ungkapan dari Critiques Libres pada sampul belakang buku ini: “Kisah tak terlupakan tentang dunia sastra, perpustakaan, dan kecintaan akan buku. Sebuah novel untuk dibaca ulang berkali-kali.” “Buku mengubah takdir hidup orang-orang.” (hlm. 1) Novel Rumah Kertas ini terbilang sedikit buku yang mempercakapkan tentang buku-buku yang ada di dunia. Tak banyak novel-novel yang di dalamnya terkandung ironi tentang buku: mati akibat buku dan buku mengubah takdir pembacanya. Saya membaca buku ini bukan hanya sekali. Ya, berkali-kali. Meski seberapa sering kuulangi bacaanku, maka saya tetap menemui kegeraman dalam membaca setiap tokoh yang ditulis di dalam buku setipis 76 halaman ini. Buku ini memulai kisahnya dengan cerita seorang dosen bernama Bluma Lennon yang harus mati karena membaca buku puisi karya Emily Dickinson atau murni mati ditabrak mobil. Sebuah ironi yang mempertemukan real

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog