Skip to main content

Posts

Kejutan yang Tertunda

Saya pantang tidur sebelum menulis, sama seperti pantang ke kampus sebelum rampung membaca dan/atau (sambil) menulis. Hari ini, adalah momen penting bagi diri saya. Dan saya mesti mengabadikannya lewat tulisan. Jika orang-orang sering mengabadikan harinya dengan foto atau sekadar selfie-selfie, maka saya lebih baik menulis, menulis dan menulis (seperti yang saya lakukan saat ini). Dengan lincah, memainkan jemari di atas tuts keyboard laptop.  *** Setelah menyelesaikan pekerjaan pagi, saya kemudian membaca koran lalu tak lama kemudian berangkat ke kampus. Kuliah. Saya terlambat. Lagi dan lagi. Akibatnya matakuliah pertama dari dosen yang baik hati, namanya Pak Dr Salam Siku, harus saya tinggalkan. Lalu melangkah ke matakuliah selanjutnya. Setelah itu, di siang hari saya mengisi acara di sekolah menulis di masjid kampus. Yang menghabiskan waktu saya hingga pukup 4 sore lewat. Kemudian, kulanjutkan kembali perjalanan menuju tempat yang di sana saya menemukan kehampaan dan me

Impian Jadi Kenyataan

Saya sekarang percaya bahwa mimpi yang dituliskan, akan jadi kenyataan. Dulu saya menulis di akun  medium.com  saya, terkait apa yang ingin saya lakukan di hari ini, bulan November 2016. Saya menuliskan catatan itu pada September 2015 lalu. Dan akhirnya sekarang saya yakin, bahwa apa yang dituliskan akan jadi kenyataan. Dan itu nyata pada hari ini. Screenshoot dari medium.com/@mgalangpratama Saat itu saya menulis seperti ini: Aku yakin, tepat pada pertengahan November 2016 mendatang (sebelum usiaku mencapai 21 tahun pada 28 November), aku akan “mengeluarkan” isi otakku ke depan mata manusia lain. Aku berusaha untuk meyakinkannya. Aku akan berkata seolah olah apa yang saya katakan, terlebih dulu telah kubuktikan pada diriku, sebelumnya. Dan hal itu terbuktikan, saya akhirnya dipercayakan untuk membawakan materi berjudul Quantum Reading and Writing di hadapan puluhan peserta sekolah menulis yang diadakan di kampus. Hal itu yang membuat saya kemudian berpikir bahwa sesuatu ya

Titik Kata-H Kamaruddin, SP MM

Foto : Iswadi, SH (Seklur) dan H Kamaruddin, SP MM (Lurah) "Manusia yang berkarya adalah manusia yang berumur panjang. Jadi jangan berhenti berkarya. Karena kalau kau tidak berkarya, dan meski kau hidup lama, maka umurmu itu tidak ada artinya."  -H Kamaruddin, SP, MM.  Lurah Batangkaluku  Jumat (4/11/2016) di Kantor Lurah Batangkaluku, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

Jarak Kematian

Terlalu dekat memang, jarak antara kelahiran dan kematian. Kebanyakan orang, hari wafatnya, tidak akan jauh dari hari kelahirannya. Itu yang saya baca beberapa hari ini. Di satu sisi, ada yang lahir, di sisi lain ada yang wafat. Depan rumah lahir manusia baru, tetangga sebelah kiri rumah, wafat hari ini. Source : http://previews.123rf.com/

Pikirkan

Apa pun yang kau mau pikirkan, tak lebih baik selain kau menulis. Source : http://www.clker.com/

Cerita dari Kampung Seberang

TANPA sengaja, orang tuanya telah mencabut nyawa anaknya sendiri. Awalnya ia mencabut harapannya, lalu terhapuslah semua cita cita anak itu. Termasuk cita cita orang tuanya yang seandainya itu tidak terjadi, orang tuanya mungkin akan bangga melihat anaknya tumbuh dewasa dengan toga terletak di kepala sang anak.

Titik Kata-Arief Balla

Sebuah Catatan  untuk Galang Pratama Muhammad dan Puisinya Tak sulit menemui pemuda yang berkoar-koar meneriakkan suaranya, melontarkan kritik tak berkontrol, hingga kata-katanya tak lagi menunjukkan identitas sebagai mahasiswa. Kata-katanya kasar dan melukai. Seolah mereka tak tahu pilihan kata yang lain, kata-kata yang tenang tapi meluluhkan, menampar-nampar hingga ke ubun-ubun. M. Galang Pratama, mahasiswa yang saya kenal sejak masuk sebagai kader FLP UINAM, adalah perkecualian, satu keganjilan di antara mahasiswa pada umumnya. Ia senang, takjub, terharu, juga marah dan murka, sama seperti mahasiswa yang suka teriak kesurupan itu, tapi dengan cara yang lain. Ia menulis puisi. Ia melembutkan kata-katanya, tapi tidak melembutkan dayanya. The Poetic Critique , bagi saya adalah sebuah tamparan bagi mahasiswa yang tahunya hanya menggerundel dalam hati atau hanya berani ketika berombongan. Keberanian menulis kritik dalam tulisan adalah satu bentuk keberanian yang melampaui keb

Titik Kata-Riswan Amir

Lihat apa yang mecolok? Warna biru itu adalah wadah dari pemikiran dari seorang yang kusebut sahabat. Karya yang di tanganku ini lahir dari pandangan dan kesadarannya akan suatu fenomena yang berteriak padanya: "tulis aku tulis aku!" Ia bukan seorang terkenal namun suatu saat akan dikenal. Karya ini adalah awal dari langkahnya untuk mengarungi riaknya air kehidupan yang arusnya semakin tak diketahui asalnya. Begitu pun terpaan yang suatu saat akan menerpanya. Namun saya yakin dengan modal nekat dan semangat serta konsistensinya, ia mampu melewati semua itu.  Sukses selalu buku The Poetic Critique . Jiwamu adalah ragamu yang siap untuk dibaca. "Kekosongan kursi terdepan". Seketika kita sadar saat problematika kursi terdepan menjadi momok bagi mahasiswa yang akan dihadapkan pada ujian tengah maupun akhir semester. Di atas merupakan judul dari puisi yang saya baca di The Poetic Critique karya seorang teman. Ada pesan mendalam dari setiap kata yang disajikanny

Titik Kata-M Syakir Fadhli

Apa yang harus kita lakukan? Tidak ada cara lain. Kita harus terjun sesegera mungkin. Menyelam di antara kata demi kata yang ada. Agar kita tahu bahwa ia (kata itu) tidak sedang diam, melainkan ia sedang berbicara kepada kita. Ia ingin menyampaikan pesan yang mendalam bagi siapapun yang datang menemuinya. “The Poetic Critique” berhasil dihadirkan, dan Galang telah sukses menjadi “Biang Keroknya.”  -  Muh. Syakir Fadhli Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar (UINAM), Ketua FLP Ranting UINAM 2016

Kesederhanaan

Lubang Kata-- Banyak sekali hal sederhana yang semestinya harus ditulis. Seperti tidak sedikitnya kesederhanaan yang diucapkan dan dipermasalahkan akhir akhir ini. Hal sederhana menjadi perbincangan hangat di tengah tengah kita. Kita seolah menjadi jauh, merasa benar. Hingga sampai pada tahap menilai seseorang itu buruk dan tak bermoral. Padahal kesederhanaan-lah yang rupanya ditinggalkan. Ia serupa jabang bayi yang rela dibunuh oleh ibunya sendiri, bagi perempuan yang melakukan abortus. Hingga pada suatu saat, ketika simpulan simpulan telah terurai, dan masing masing manusia bertanya. Dan pertanyaannya itu membentur kepalanya sendiri. Pertanyaan silih berganti dari satu kepala ke kepala lain. Keluar dan masuk seolah tak menemukan rumah tuk pulang. Orang orang menjadikan dirinya asing. Cerminnya berada pada diri manusia lainnya. Kepercayaan diri sendiri seolah punah. Sehingga hal hal menjadi sulit dipercaya, semuanya seolah menjadi realitas palsu. Dan hal ini akan membuatnya

Terima Kasih

Saya ucapkan banyak terima kasih, padamu yang telah mengizinkan aku tuk merawat tulisanmu Saya ucapkan banyak terima kasih, untukmu yang telah rela menghabiskan separuh waktu menemaniku Saya ucapkan banyak terima kasih, for you yang telah berupaya menghubungiku di waktu sulit kau mengajarkan, bahwa manusia sejati ialah mereka yang tak hanya hadir di saat bahagia tapi ia yang juga bisa datang dan dekat ketika sedih Saya ingin ucapkan terima kasih, meski hanya lewat kata karena tiada kata kata indah, bagiku melainkan mengabadikanmu, lewat puisi. 2016 Source : http://www.wallquotes.com/

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog