Lihat apa yang mecolok? Warna biru itu adalah wadah dari pemikiran dari seorang yang kusebut sahabat. Karya yang di tanganku ini lahir dari pandangan dan kesadarannya akan suatu fenomena yang berteriak padanya: "tulis aku tulis aku!" Ia bukan seorang terkenal namun suatu saat akan dikenal. Karya ini adalah awal dari langkahnya untuk mengarungi riaknya air kehidupan yang arusnya semakin tak diketahui asalnya. Begitu pun terpaan yang suatu saat akan menerpanya. Namun saya yakin dengan modal nekat dan semangat serta konsistensinya, ia mampu melewati semua itu.
Sukses selalu buku The Poetic Critique. Jiwamu adalah ragamu yang siap untuk dibaca.
"Kekosongan kursi terdepan". Seketika kita sadar saat problematika kursi terdepan menjadi momok bagi mahasiswa yang akan dihadapkan pada ujian tengah maupun akhir semester. Di atas merupakan judul dari puisi yang saya baca di The Poetic Critique karya seorang teman. Ada pesan mendalam dari setiap kata yang disajikannya.
Kau mahasiswa? Bacalah. Maka seketika itu, kau sadar akan problematika kursi terdepan. Saya sudah membacanya, kamu kapan?"
-Riswan Amir
Wartawan di Jurnalish.com, Mahasiswa Hukum Pidana dan Ketatanegaraan UIN Alauddin Makassar.
Wartawan di Jurnalish.com, Mahasiswa Hukum Pidana dan Ketatanegaraan UIN Alauddin Makassar.
Comments
Post a Comment