Skip to main content

Posts

Selamat Tinggal

Aku terlahir bukan sebagai manusia yang mudah putus asa. Itulah kalimat yang selalu kulontarkan untuk hati dan pada  jiwa di kala semangatnya redup. Bukan hal yang tak mungkin, seringkali diri kita mengalami "down." Yaitu perasaan berada pada titik terendah. Baik itu kaurasakan lewat pikiran maupun melalui hati. Tak ada yang dapat kulakukan kali ini selain mencoba menyatakannya lewat kata-kata. Karena aku tahu, di situlah letak kekuatanku sesungguhnya. Aku tidak habis pikir, hari-hari yang telah terlewati begitu saja. Cepat. Tanpa ada satu momen yang membuatku lebih berharga atau (mungkin bahasanya yang lebih halus:) dapat lebih berkualitas. Aku menyia-nyiakan waktu, dan kau tahu, menuliskan penyesalan itu tak ada baiknya kecuali kausegera menghapusnya.  Dan berusaha meninggalkan jauh, masa kelam yang dulu dulu. Dan mulai berpikir saat ini untuk bangkit. Karena yakinlah, masa depan adalah hal berharga yang paling pantas tuk diperjuangkan . Masa depan adalah kau,

Tikaman Airmata Langit

Hari ini langit meneteskan airmata Ia datang dengan tergesa-gesa Mengetuk pintu bumi seenaknya. * Seseorang berada di kerumunan hujan Perlahan lenyap ditinggal bayangan Ketika angin kencang mulai datang Payung diterbangkan hingga menghilang Seluruh tumpuan melewati siraman Airmata langit. Seseorang di balik hujan berupaya bangkit Setelah terjatuh di genangan luka masa silam Tak ada lagi yang abadi kini Setelah darah perawan dilumat habis drakula Berwajah manusia. Airmata langit masih menetes satu demi satu Menjatuhi manusia manusia yang bergelimang dosa Hujan di musim ini rupanya panggilan Tuhan Menghapus najis di tubuh perempuan malang Yang hampir bunuh diri di bawah tikaman Airmata langit. November, 2016 *Puisi ini pernah dimuat di Harian Fajar Makassar, 11/12/2016 Foto : Muh. Syakir Fadhli

Kampus Satu Warna

Saya tak habis pikir mengapa ada kelompok. Ada yang bila, kita mesti memilih kelompok tertentu, karena ada siang ada malam. Kita harus punya satu warna supaya kita bisa kenal mana diri kita dari sekian warna yang ada.  Warna dalam perpolitikan sungguh sangat mengenyampingkan persatuan. Meski pun ada bersatu, tetapi itu mempersatukan golongannya semata, menyatukan satu warna dan membunuh warna lain. Ironisnya, meski tak memiliki kapasitas, tapi karena warna yang sama, maka mereka yang telah punya jabatan politik atau kekuasaan, bisa dengan seenaknya mengambil pemain dari warnanya meski pemain itu masih terlalu muda, alias tak memiliki kredibilitas di bidangnya. Warna di lingkungan kita akan terlihat dengan jelas ketika akan melangsungkan  pemilihan menjadi pemimpin atau ketua. Di bidang apa saja. Termasuk yang akan saya bahas secara ringkas di sini, adalah pemilihan pimpinan atau ketua-ketua di dalam kampus. Saya mengambil contoh di kampus x. Di sana, perpolitikan terlihat

Politik itu Bugil

Media saat ini telah bugil. Memperlihatkan kepada publik ketelanjangan politik. Setiap orang sekarang bisa tahu tentang seni pemerintahan beserta senjata yang dipakai para aktornya. Dan setiap orang pun sampai saat ini baik dari golongan pengusaha sampai ke tukang becak bisa berkata: "Politik itu busuk, kotor, najis." Berbeda dengan beberapa tahun silam, ketika awal tahun 2000-an, saya melihat dan membaca politik tidak begitu diumbar ke publik. Mereka yang di atas aman-aman saja memainkan lakonnya. Entah mereka menyalahgunakan wewenangnya atau tidak, masyarakat tak ambil pikir. Namun, yang terjadi sekarang sebaliknya. Masyarakat kecil seperti penjual ikan dan sayur pun ikut-ikutan berdiskusi terkait pemimpin negara. Bukan cuma diskusi tentang sepakbola, bahkan politik pun dikiranya sudah merasuki pertandingan sepak bola, olahraga yang banyak diminati kalangan banyak itu. Itu tak dipungkiri, bahwa memang benar demikian. Seharusnya pendidikan politik yang bersih dan b

Kecerdasan adalah Kebiasaan

Yang menjadikan kita berevolusi secara cepat adalah apa yang seharusnya kita lakukan saat ini, itu kita lakukan sekarang juga.  Memang pernyataan "penyesalan selalu datang belakangan" terasa klise sekali di telinga kita. Apakah ada kalimat lain selain itu? Itulah kalimat satu satunya yang kita tahu, jika kita hanya berkutat pada bacaan itu itu saja. Tak ada yang berbeda dari sebelumnya. Saya merasakan bagaimana perubahan orang hebat dalam waktu satu tahun. 2015 sampai 2016. Kuamati. Dalam. Di situ saya melihat, bahwa karena orang ini memliki sebuah kebiasaan yang menjadikannya produktif. Apa saja, jika kau mampu melakukan hal yang kau sukai itu secara kontinyu, maka hal itu yang akan membawamu menuju kegemilangan masa yang akan datang. Source : http://www.wallquotes.com/

Dasar Kau

Entah. Saya mendengar, sebuah kisah pilu. Yang membuat perasaan terasa teriris badik. Tajam, tajam sekali. Kulihat darahnya seperti mengucur begitu deras. Deras sekali. Jikalau saja saat itu, aku tahu kau tak pernah suka, maka tak akan kuberikan. Itulah yang membuatku sekarang menjadi selektif dalam memilih. Termasuk dalam memberi. Memberi senyuman dan wajah yang pernah kau injak dan mengumpatnya dengan kata kata keji lagi biadab. Dasar kau! Source : http://cdn.warer.com/

Hal-hal yang kusyukuri selama setahun terakhir

APRESIASI, Harian FAJAR, 6/11/2016 OPINI, Harian FAJAR, 11/11/2016 PUISI, Harian Go Cakrawala, 19/11/2016 PUISI, Harian Amanah, 26/11/2016 SURAT PEMBACA, Harian KOMPAS, 27/11/2016

Mengulang Waktu

Saya menulis catatan ini di blog ketika jam digital di hape saya berganti dari 23:59 menjadi 00:00 yang seketika itu pula berganti tanggal 27 Nov menjadi 28 November. Hari ini adalah hari di mana diriku yang dua pulu satu tahun yang lalu dilahirkan di dunia. Saya sungguh berterima kasih kepada siapa pun yang telah berjasa memberikan sumbangsih baik secara langsung atau pun tidak langsung. Baik yang dulu, sekarang atau nanti.  Saya mengkhususkan terima kasih itu kepada orangtua, yang tak pernah lelah menelepon anaknya setiap hari. Kepada Ibu yang selalu kurindukan wajahnya di sana. Dan ayah yang selalu kurindukan komentar-komentar atau ceramahnya yang membangun diri saya untuk melangkah lebih maju. Kepada adik-adik saya, yang selalu baik dan kadangkala nakal. Terima kasih. Telah jadi keluarga utuh hingga saat ini.  Saya memohon maaf lewat tulisan ini, jika saya punya salah di waktu yang silam. Punya utang yang belum terlunaskan atau mungkin punya janji yang belum atau tak akan

Kejutan yang Tertunda

Saya pantang tidur sebelum menulis, sama seperti pantang ke kampus sebelum rampung membaca dan/atau (sambil) menulis. Hari ini, adalah momen penting bagi diri saya. Dan saya mesti mengabadikannya lewat tulisan. Jika orang-orang sering mengabadikan harinya dengan foto atau sekadar selfie-selfie, maka saya lebih baik menulis, menulis dan menulis (seperti yang saya lakukan saat ini). Dengan lincah, memainkan jemari di atas tuts keyboard laptop.  *** Setelah menyelesaikan pekerjaan pagi, saya kemudian membaca koran lalu tak lama kemudian berangkat ke kampus. Kuliah. Saya terlambat. Lagi dan lagi. Akibatnya matakuliah pertama dari dosen yang baik hati, namanya Pak Dr Salam Siku, harus saya tinggalkan. Lalu melangkah ke matakuliah selanjutnya. Setelah itu, di siang hari saya mengisi acara di sekolah menulis di masjid kampus. Yang menghabiskan waktu saya hingga pukup 4 sore lewat. Kemudian, kulanjutkan kembali perjalanan menuju tempat yang di sana saya menemukan kehampaan dan me

Impian Jadi Kenyataan

Saya sekarang percaya bahwa mimpi yang dituliskan, akan jadi kenyataan. Dulu saya menulis di akun  medium.com  saya, terkait apa yang ingin saya lakukan di hari ini, bulan November 2016. Saya menuliskan catatan itu pada September 2015 lalu. Dan akhirnya sekarang saya yakin, bahwa apa yang dituliskan akan jadi kenyataan. Dan itu nyata pada hari ini. Screenshoot dari medium.com/@mgalangpratama Saat itu saya menulis seperti ini: Aku yakin, tepat pada pertengahan November 2016 mendatang (sebelum usiaku mencapai 21 tahun pada 28 November), aku akan “mengeluarkan” isi otakku ke depan mata manusia lain. Aku berusaha untuk meyakinkannya. Aku akan berkata seolah olah apa yang saya katakan, terlebih dulu telah kubuktikan pada diriku, sebelumnya. Dan hal itu terbuktikan, saya akhirnya dipercayakan untuk membawakan materi berjudul Quantum Reading and Writing di hadapan puluhan peserta sekolah menulis yang diadakan di kampus. Hal itu yang membuat saya kemudian berpikir bahwa sesuatu ya

Titik Kata-H Kamaruddin, SP MM

Foto : Iswadi, SH (Seklur) dan H Kamaruddin, SP MM (Lurah) "Manusia yang berkarya adalah manusia yang berumur panjang. Jadi jangan berhenti berkarya. Karena kalau kau tidak berkarya, dan meski kau hidup lama, maka umurmu itu tidak ada artinya."  -H Kamaruddin, SP, MM.  Lurah Batangkaluku  Jumat (4/11/2016) di Kantor Lurah Batangkaluku, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog