Skip to main content

Posts

Pasutri Muda Warga Gowa Alumni UIN Alauddin Ini Terbitkan Buku Literasi Hoaks

BAGI Muh Galang Pratama dan Ainun Jariah menulis adalah sebuah kegemaran. Pasangan suami istri (pasutri) muda ini aktif menulis esai-esai hingga menerbitkankannya menjadi sebuah buku. Judulnya Literasi, Hoaks  dan sejumlah esai lainnya. Buku tersebut merupakan hasil karya keduanya terhadap fenomena sosial yang berkembang di masyarakat. Kumpulan tulisan tersebut pernah diterbitkan di kolom opini surat kabar lalu disatukan hingga diterbitkan menjadi buku. "Buku ini merupakan kumpulan tulisan kami berdua yang digabung menjadi buku," kata Galang kepada Tribun Timur, Jumat (30/8/2019). Uniknya, buku tersebut diterbitkan di percetakan yang mereka rintis sendiri. Buku  itu akhirnya resmi terbit sejak 22 Agustus 2019 lalu. Kegemaran membaca dan menulis pulalah yang mempertemukan mereka di sebuah perpustakaan kampus. Keduanya kemudian menjadi teman akrab yang saling diskusi soal tulisan. Hingga akhirnya keduanya sepakat membina rumah tanggak sejak April 2018.

#dariteman

Sebenarnya saya ingin unggah status ini di akun twitter saya, tapi karena kelebihan kata, makanya saya tarik ke sini. Meski status ini tak penting amat buat Anda, tapi saya merasa ingin saja menuliskan ini. Walaupun keterbatasan wadah dan saya menulis ini dengan satu jari lewat layar gawai. #bookstory Cerita ini datang dari seorang teman sesama mahasiswa, siang tadi saya baru ketemu di rumahnya di Antang, Makassar.  Saat saya baru datang, dia langsung sibuk ingin menjamu saya sebagai tamunya. Padahal saya tidak mengharap apa apa selain agar buku yang kubawa bisa dibacanya. Ternyata... Tidak sampai di situ, setelah salat zuhur, dia membawa saya mencoba masakan pallubasa di warung dekat rumahnya. Dia bahkan menambahkan satu telur asin dan sepiring nasi di dekat pesanan semangkuk pallubasa yang isinya daging semua. Bahkan dia juga meneraktir saya dengan jus jeruk peras yang sedang banyak dijual di pinggir jalan. Sesampai di rumahnya, di jalan Arsitektur Raya, Perum

Hari Anak Nasional di Makassar

Sumber Foto: Dokpri  @kampuspuisi/Twitter SAYA tiba di panggung Karebosi Makassar ketika jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Saya hendak menghadiri Hari Anak Nasional yang dipusatkan di Makassar. Saya masuk melewati tiga tenda kerucut. Pandangan saya dipenuhi banyak sekali anak sekolah. Ada yang berlari juga ada yang berjalan. Mereka sepertinya berkelompok kelompok, berdasarkan nama sekolahnya. Saya lalu berjalan lagi. Lebih dekat dengan sumber suara di panggung. Telingaku menangkap lagu "Lukisan Indonesia" dinyanyikan dari atas panggung. MC memandu acara dengan baik. Para peserta yang hadir di panggung utama, sengaja hanya diisi oleh anak anak. Saya berdiri sekitar 500 meter dari panggung utama. Di depan saya ada dua orang Polwan. Namanya Andi Afra dan Fitri. Saya baca di lengannya sebuah tanda kalau para Polwan itu berasal dari Polrestabes Makassar.  Selanjutnya, di panggung utama sedang ada teatrikal drama dari Siswa SMA se Kota Makassar.  A

Anak Muda Palsu

Minggu, 14 Juli 2019 lalu, saya mendapat kesempatan menonton film lokal Makassar. Alhamdulillah lagi karena studionya sudah di- booking sama satu orang. Film layar lebar produksi Finisia Production ini sangat recommended . Filmnya bukan hanya mengandung unsur komedi yang akan membikin perut bergetar, tapi juga film ini akan memberikan kesan tersendiri. Review Film Anak Muda Palsu Tak banyak film komedi yang juga bisa membikin air mata penontonnya sampai tumpah. Tapi sutradara Ihdar Nur adalah pengecualian. Sutradara film Halo Makassar ini juga lagi lagi berhasil menggarap film Anak Muda Palsu. Saat baru di awal menonton, kita langsung dibuat tertawa atas tingah lucu pemerannya. Bagi masyarakat Sulawesi, nama Tumming dan Abu sudah sangat tak asing lagi. Dua anak muda ini begitu pakakkala' (lucu).  Sampai sampai dalam pengakuannya sendiri sebagaimana yang kita bisa cek dalam video di balik layar, Tumming mengungkapkan kalau dirinya sudah terbiasa main film a

Hoaks

Ada seorang anak, yang bukan anak anak lagi. Ia hidup di zaman yang serba cepat. Internet ia telah kuasai. Seluruh media sosial ia mainkan. Sehari hari, ketika baru bangun di pagi hari, ia seketika membaca berita lewat dunia maya. Dan kembali tidur di malam hari dengan gawai yang masih menyala di tangannya. Sebelum tidur ia tak lupa menyebarkan berita berita #viral yang ia temui di linimasa media sosialnya. Karena merasa berita itu sedang hangat, maka dari itu ia berpikir dengan ikut menyebarkannya, dan ia merasa telah berkontribusi sekaligus memberikan apresiasi untuk dirinya yang begitu amat peduli. Tapi, apakah itu benar? Haruskah setiap yang kita baca, dengar dan juga disebarkan oleh banyak orang, seketika kita mesti ikut menyebarkannya? Tak perlukah kita memahami literasi digital? Literasi media? Jangan jangan yang kita sebar, sebetulnya hanya berita palsu? Nah! Maka berhati hatilah menyebarkan berita yang belum kita tahu kebenaran mutlaknya. Apalagi kita hanya ikut i

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog