Seperti berita tentang perubahan iklim yang tak menentu, perputaran arah mata angin dan fenomena fenomena geografi yang hari demi hari kian memberi banyak tanya
Demikian pula hadirnya engkau, yang selalu menjadi perbincangan di hati akhir akhir ini
Aku yang terbiasa sendiri sejak mengarungi lautan, kini harus merasa ramai akan celotehanmu yang tak pernah jera
Telingamu selalu hangat menampung kabarku yang terbiasa bergejolak seperti deru ombak
Aku membayangkan hidupku seumpama makhluk yang hidup di tengah tengah pulau yang sepi, namun aku masih bisa bertahan dengan segala hal yang datang. Makan, minum dan kebiasaan sehari hari lainnya bebas kujalani tanpa tekanan berlebih.
Sebab, satu hal kuyakini hingga kini..
Tuhan pasti telah menyimpan rapat satu rahasia perihal dia yang kelak memenuhi dahagaku.
Namun, perihal engkau yang kini hadir
Mendengar kisah kasih kita di masa silam kadang membuatmu berekspektasi lebih lalu memunculkan rasa pada labirin hatimu
Aku belum jua dapat memberi jawaban
Perihal engkau yang membuatku bingung
Kutanamkan padamu satu hal:
Sudah kuikrarkan sejak lautan menjadi rumahku dan ombak jadi tantanganku, bahwa Tuhan pemilik segala Yang Maha, yang kelak menjadi pemutus akan kemana hatiku berlabuh.
2018
Pixabay.com |
*Catatan
Puisi ini tercipta atas perasaan gundah yang dialami teman saya, MAP. Saya mencoba mendefinisikan apa yang ia rasakan ke dalam puisi ini. Kepada MAP seorang Kapten di teluk Tanjung Priuk, Jakarta yang sedang berkelana melawan ombak, dari luar diri dan dari dalam.
Comments
Post a Comment