DI Indonesia umumnya sangat banyak yang ingin jadi pemimpin, terutama jadi kepala daerah. Tapi tak banyak yang sesabar pemimpin kita akhir akhir ini.
Mereka banyak dicemooh, dikritisi, dituduh, dll. Tapi apa sikap pemimpin besar itu? Ya, tetap tenang.
Betul kata Steve Jobs.
Begitu sulitnya jadi pemimpin atau memimpin sebuah masyarakat yang heterogen. Hal inilah yang dirasakan para pemimpin kita saat ini. Begitu mudah mrlemparkan kata makian ke media sosial yang menyudutkan bahkan kepada pribadi dan fisik seorang kepala negara.
Masyarakatnya yang sulit diatur, masyarakat yang lebih banyak bicaranya daripada tindakan nyatanya dan alih alih memberikan solusi, kalau ditanya kenapa unjuk rasa jawabannya karena tidak tahu (ikut ikutan).
Masyarakat yang lebih banyak menuntut haknya daripada mengerjakan kewajibannya.
Ya itulah warga negara kita, Indonesia.
Mereka banyak dicemooh, dikritisi, dituduh, dll. Tapi apa sikap pemimpin besar itu? Ya, tetap tenang.
Betul kata Steve Jobs.
Kalau kamu mau menyenangkan semua orang, jangan jadi pemimpin. Jadilah penjual es krim.
Begitu sulitnya jadi pemimpin atau memimpin sebuah masyarakat yang heterogen. Hal inilah yang dirasakan para pemimpin kita saat ini. Begitu mudah mrlemparkan kata makian ke media sosial yang menyudutkan bahkan kepada pribadi dan fisik seorang kepala negara.
Masyarakatnya yang sulit diatur, masyarakat yang lebih banyak bicaranya daripada tindakan nyatanya dan alih alih memberikan solusi, kalau ditanya kenapa unjuk rasa jawabannya karena tidak tahu (ikut ikutan).
Masyarakat yang lebih banyak menuntut haknya daripada mengerjakan kewajibannya.
Ya itulah warga negara kita, Indonesia.
Saat ini, bangsa Indonesia sedang masuk perhatian dunia. Bukan tanpa sebab.
Dan apabila negara yang masuk perhatian dunia, tentunya yang pertamakali disorot adalah pemimpinnya. Beberapa sorotan itu ada pada beberapa kasus.
Pertama, kasus Covid-19 di Indonesia
Jumlah kasus coronavirus Covid-19 di Indonesia tiap hari makin bertambah. Sekarang ini di Indonesia, sudah ada 790 kasus dan sudah ada 58 yang meninggal dunia. Akan tetapi yang tak kalah penting, sudah ada 31 jiwa yang sudah sembuh. Data diambil dari worldometers.info dan covid19.go.id.
Kedua, melemahnya nilai rupiah
Rupiah melemah. Ada yang menyebut kalau ini sebuah kemunduran terbesar pada masanya dalam ekonomi. Harga 1 US $ sama dengan 16.150 rupiah (data terkini, 25 Maret 2020, 14.08).
Akan tetapi, saya menilai ini dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya karena wabah virus corona dan pembatasan impor barang.
Ketiga, kecemasan masyarakat bertambah
Rasa cemas dan kepanikan masyarakat bertambah. Hal ini dikarenakan, seluruh media dipenuhi dengan pemberitaan virus corona. Belum lagi banyaknya tersebar hoaks melalui tautan berita yang tak bertanggungjawab.
Berita hoaks bahkan menjamur melalui whatsapp grup. Terutama grup wa keluarga.
Akan tetapi, beberapa jalan keluar sudah diterapkan. Pemerintah sudah membentuk web khusus untuk data valid tentang Covid-19 ditambah beberapa pihak sudah banyak yang turut membantu menenangkan. Beberapa influencer dan bahkan artis pun sudah turun tangan menyebarkan informasi baik di akun medsosnya.
Himbauan agar tetap tenang pun massif melalui media sosial tiap orang. Ini sebuah semangat yang mesti tetap dijaga. Kita harus bekerjasama membangun pertahanan dan melawan virus ini.
Keempat, ujian terberat Presiden
Ini yang paling menguji kesabaran seorang kepala negara Indonesia saat ini.
Hari ini, Ibunda Joko Widodo (Jokowi) tutup usia.
Sebelum menuliskan ini, saya membaca sebuah pesan dari Ibunda Jokowi, Hj. Sudjiatmi Notomihardjo sebelum beliau wafat.
Saya kutip dari status FB seorang jurnalis, Arbi Sumandoyo, yang kala itu mewawancarai secara langsung Ibunda Jokowi sesaat diumumkan bahwa Jokowi bakal jadi Gubernur DKI Jakarta.
"Saya doakan anak saya mendapat bimbingan dari Allah agar lancar dengan baik," kata Ibunda Jokowi. "Pesannya supaya bisa mengerjakan tugas dengan baik, jujur, ikhlas, mau bekerja keras, bisa menjalani tugas dengan baik, itu saja."
Sekarang, Ibunda Jokowi telah tiada, tidak ada lagi alasan utama seorang bapak presiden balik ke Solo menjenguk sang Ibu.
Sang Ibu, telah istirahat untuk selamanya.
Selamat jalan Ibu yang hebat. Terima kasih sudah menjadi jalan lahirnya seorang pemimpin negara yang membuat banyak torehan positif dan banyak memberikan apresiasi kepada masyarakat Indonesia.
Meski terkadang, ada kebijakan presiden yang tidak diterima oleh masyarakat karena terasa memberatkan. Bahkan saya pun, jujur saja, pernah mengeritik bapak melalui tulisan.
Namun, tetap sabar, Pak. Seperti Bapak bilang, negara ini adalah negara besar. Negara besar membutuhkan pemimpin yang berjiwa besar seperti bapak Jokowi.
Mohon maaf apabila ada yang salah.
Salam.
Comments
Post a Comment