HAL menarik terjadi tahun ini. Lebaran 2020 jatuh pada masa pandemi virus corona. Tanggal tanggal berlalu. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia yang kena dampak dari pandemi covid-19.
Apa itu Covid-19?
Entahlah, saya juga tidak tahu apa itu Covid-19? Asalnya dari mana, serta cara membasminya. Yang kudengar dari himbauan bahwa tiap orang disuruh bekerja, belajar, belanja dan beribadah dari rumah.
Serta tidak lupa rajin mencuci tangan, agar virus mati. Pakai masker jika mengharuskan keluar rumah, dan menjaga jarak bagi tiap orang yang ditemui di luar rumah.
Itu himbauan yang berhari hari saya dengar, tanpa mau melihat satu titik terang jika tujuan kita adalah membunuh virus itu.
Kan membunuh virus cukup cuci tangan pakai sabun," katanya, "terus kenapa mesti banyak larangan lain?
Akibat Tinggal di Rumah
Banyak akibat yang ditimbulkan ketika mengharuskan diri di rumah selama kurang lebih tiga bulan lamanya.
Pertama, rambut menjadi gondrong. Tentu saja, bagi laki laki salah satu anggota tubuh yang paling cepat tumbuh adalah rambut. Biasanya saya mengunjungi tukang cukur sekali sebulan. Sedangkan, saat ini semuanya berbeda. Ada kekhawatiran tersendiri ketika ingin pergi mencukur di luar rumah.
Kedua, kendaraan tidak terawat. Januari dan awal Februari saya bisa tiap hari keluar memakai motor saya. Dan tentu tiap bulan rutin mengganti oli motor. Bahan bakar bensin kuisi sekali dalam tiga hari. Namun sejak Maret hingga Mei bahkan Juni ini, hampir dalam seminggu motor cuma keluar sekali atau dua kali. Itu pun hanya ketika ingin membeli kebutuhan pokok dalam rumah.
Akibatnya, motorku hanya kuiisi bensin sekali dalam seminggu, dan hingga hari ini saya belum mengganti olinya. Oh.. betapa saya pelupa atau sengaja mengabaikan karena kekhawatiran. Sampai sampai motor yang satu lagi, hanya sekali atau dua kali kupakai dalam sebulan. Itu pun sering saya cuma panaskan saja mesinnya lalu menyimpannya kembali.
Ketiga, sosialisasi dengan tetangga menjadi berjarak lebar. Saya termasuk orang yang cukup tertutup dalam lingkungan masyarakat. Namun di sisi lain sangat terbuka bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan atau bantuan saya.
Berita Tak Tertahankan
Masa suram ini juga berakibat buruk bagi banyak orang, termasuk saya yang hobi berselancar di dunia internet dan media sosial.
Sebab keseringan di rumah demi menghabiskan waktu dan menghilangkan rasa bosan, justru semakin banyak yang sibuk dengan dunia maya.
Ini dimanfaatkan para pemerintah dan media serta pelaku digital untuk menyebarkan visi misi mereka. Akibatnya, orang orang kebanjiran informasi. Banyak kebingungan melanda berbanding lurus dengan banyak hal penting yang terabaikan.
Di masa ini pemerintah terlihat sebagai agen media. Bertugas melaporkan jumlah pasien yang meninggal atau yang sakit (positif) akibat virus.
Ya, hanya pemerintah, awalnya.
Lalu berlanjut ke para medis yang memiliki alat tes yang masih banyak keraguan di dalamnya. Oh.
Tapi orang orang sangat percaya itu. Orang orang butuh info itu untuk membikin perasaan cemas, takut, bahkan sekali lagi, membangkitkan kekhawatiran.
Sehingga orang orang di media sosial menjadi sibuk menghakimi orang orang yang masih (katanya) keluyuran di jalan.
Orang orang marah, benci bahkan dendam. Di sisi lain, tangisan pecah seketika, duka melara saat mendengar dan melihat dari layar kaca satu demi satu dikuburkan di pemakaman khusus. Bahkan di satu titik, terlihat bayi tak berdosa pun turut terenggut nyawa akibat virus dan mesti dikubur dengan protokol resmi covid-19. Salah satu petugas menulis kalimat menohok di bagian belakang baju APD yang dikenakannya:
"SURGA MENANTIMU DEK BAYI"
Kebijakan Pemerintah
Berbagai kebijakan pun ditetapkan. Mulai dari pemotongan anggaran berbagai kementerian dan lembaga negara, pembentukan tim satgas covid-19, karantina wilayah atau lockdown serta pembatasan sosial berskala besar (psbb) di beberapa wilayah di Indonesia.
Kembali ke paragraf awal. Di masa pandemi seperti ini bagi masyarakat beragama Islam, salat Jumat yang hukumnya Fardhu ain atau wajib atas tiap individu dan seharusnya dikerjakan di masjid dengan mendengarkan khutbah Jumat saja kini bisa diganti dengan salat Fardhu Dzuhur yang tentu dikerjakan di rumah dengan (boleh) sendiri sendiri.
Idulfitri 1441 H
Meski pemerintah dan ormas Islam menggelar sidang isbat menentukan kapan 1 Syawal. Akan tetapi mereka telah sepakat bahwa salat ied dapat dikerjakan di rumah. Ada juga yang mengatakan dapat dilakukan secara online.
Ini merupakan kejadian pertama dalam hidup saya. Jika tahun tahun sebelumnya salat ied digelar di lapangan luas dan berjamaah, kini salat ied yang hukumnya sunnah muakkad atau amat dianjurkan ini mengharuskan dikerjakan di rumah.
Ya, mau apa lagi. Ini adalah masa kelam 2020. Banyak kejadian yang terjadi di luar jangkauan manusia. Ini akan dicatat dalam sejarah. Paling tidak ini akan kuceritakan buat anakku kelak. Bahwa ada satu masa di tahun ia dilahirkan, hampir semua manusia di muka bumi saling menjauh. Akibat satu makhluk tak kasat mata bernama virus corona.
Saking kecilnya, mikroorganisme ini tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, tetapi hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron.
Setidaknya begitu kalimat yang kubaca dari kamus besar bahasa indonesia.
Selamat berlebaran di rumah, semoga masa kelam ini tidak loncat ke tahun 2021.
__
*Artikel ini sebelumnya kukirim untuk redaksi Mojok.co dua hari sebelum lebaran idulfitri. namun tidak dimuat. Tepat dua bulan kemudian, akhirnya saya muat ulang di blog ini. Kan, daripada tulisan ini dihapus begitu saja. Semoga ada manfaatnya. Saran dan kritik sila sampaikan di kolom komentar.
Gowa, 22 Mei 2020
Comments
Post a Comment