Saya pikir begini...
mengapa ya, bukan guru besar/profesor saja yang duduk di bangku anggota dewan?
sebab, gaji dosen dengan jabatan fungsional Guru Besar punya pengasilan total duapuluhan juta perbulan (gaji pokok, tunjangan profesi, tunjangan kehormatan, tunjangan tugas tambahan dan tunjangan khusus). Nah penghasilan itu sama dengan yang dimiliki oleh anggota dewan kita saat ini (kalau tidak sama, minimal mendekati).
Maka yakin, seyakin yakinnya, apa benar, para dewan yang katanya wakil rakyat itu benar sebagai penyambung lidah masyarakat? Mereka berdiskusi demi kepentingan umum? Yakin? Sampai di mana perubahan yang anggota dewanmu sudah perbuat? Hanya sebatas bangun jembatan atau pasang lampu jalan?
Sedangkan, banyak para profesor di kampus, setelah mendapat jabatan guru besar, awalnya mereka bermimpi (saat sebelum SK Guru Besar turun), akan lebih banyak menulis, berbakti ke Tri Darma PT, melakukan penelitian dan menjadi pembicara di seminar seminar dan banyak membantu masalah masyarakat..
Namun yang terjadi hanyalah angan semata. Modal untuk jadi GB yang berjumlah puluhan hingga ratusan juta itu (mulai dari publikasi jurnal Q2 atau Scopus dan jurnal internasional bereputasi lainnya), kebanyakan setelah mendapat SK GB, akan mendapat jatah mengajar di kelas jadi lebih padat. Belum lagi tawaran menjadi pejabat struktural yang kebanyakan mengolah administrasi.
Kebebasan seorang GB pun semakin terenggut, ketika ingin membawakan materi, orang lain akan merasa sungkan untuk mengundangnya sebab seorang GB sudah punya standarisasi rate tersendiri. Belum lagi privilege lainnya.
Bagaimana seorang GB bisa bebas berekspresi, duduk santai di warkop atau yang bisa selalu pulang kampung sambil menanam padi atau sekadar menikmati makan di tengah sawah bersama keluarga? Ketika telepon, whatsApp tak berhenti bersahutan.
Belum lagi benturan politisasi. Ah, sudahlah. Jadi malas melanjutkan. Kenapa akhirnya terperangkap pada kata itu? Memang Profesilitik.
.
.
.
.
Tapi tenang dulu.. Yang di atas itu hanyalah 'oknum saja'.
Guru Besar kita masih baik baik saja. Anggota dewan kita pun demikian. Terutama yang sedang membaca catatan ini. Catatan yang ditulis setelah merenungi kenyataan yang ada. Catatan yang dirangkai pada malam yang sunyi pukul dua dini hari. Ah, saya sedang bercanda ji.
Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay |
Comments
Post a Comment