Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Bakat

Passion (2)

 ... lanjutan dari postingan sebelumnya. kami mendirikan lembaga Pers Fakultas. Saat itu namanya LISH atau (Lembaga Informatika Syariah Hukum).  Di tahun pertama Saefullah yang jadi Pimrednya, sedangkan saya menjabat wakil. Di tahun kedua, saya lagi jadi Pimred sekaligus ketua.  Kami mengawali ini dengan perasaan senang. Karena hobi nulis dan jurnalistik. Kami juga sempat mengoperasikan portal web jurnalish.com. Tapi hanya aktif beberapa tahun. Alasannya pertama, tak ada pelanjut, kedua tak ada biaya hosting dan bayar domain.  Meski awalnya saat Lish terbentuk, dekan kami sangat mendukung terbentuknya ini. Beliau sampai sebelum wafat, seringkali menanyai kami tentang lembaga yang ia resmikan di saat masih menjabat dekan. Beliaulah (alm) Prof Ali Parman.  Bersama beberapa dosen dan kakak tingkat dan teman teman, kami hidupkan LISH.  Ada Pak Hadi Daeng Mapuna, ada Pak Kasjim Salenda, ada Pak Rahman Syamsuddin, dll. Ada Kak Rahmawati Idrus, Kak (saya lupa namanya, senior kami juga yang me

Passion (1)

Sumber: Pixabay SAYA baru sadar dan sekaligus baru tahu arti passion sebenarnya hanya dengan melihat terjemahannya dari google.  Silakan googling sendiri. Saya kira passion itu hanya berarti kegemaran yang menyangkut bakat dan hobi.  Melainkan, bukan. Passion lebih luas dan lebih jelas diartikan sebagai gairah. Semangat. Keinginan besar. Ia juga bisa berarti kemarahan. Kegemasan. Cinta birahi. Ya, kamu akan lebih tahu karena kamu sudah googling. Sa di sini cuma ingin bahas apa yang sejak awal saya pelajari.  Passion sebagai arti bakat atau kegemaran yang berujung pada skill/keterampilan. Ia akan sampai di tahap terampil sebab telah diuji dengan banyaknya latihan dan waktu. Tadi saya mau menulis kata kuantitas sebagai kata ganti banyaknya latihan. Tapi saya kembali menghapusnya, dan berusaha mencari kata ganti yang lebih mudah dimengerti banyak orang. Lantas, kenapa saya mesti menulis alasan terakhir ini?  awal 2012 Usia saya saat itu 16. Saya baru saja naik di kelas 2 SMA. Saya baru s

Ranking 1

KETIKA membaca pernyataan Bob Sadino, yang kira kira bilang begini: "Orang pintar itu banyak pikirannya, tapi orang goblok hanya satu. Jadi bisa fokus." Seketika saya teringat apa yang telah orang tua dan guru ajarkan tentang makna kepintaran. Mulai dari SD, SMP, SMA bahkan (ada juga) hingga ke perguruan tinggi, kita "dipaksa" untuk pintar (baca: mampu) menguasai seluruh mata pelajaran. Setiap guru menuntut agar siswanya "mendapat nilai tinggi" pada setiap mata pelajaran yang diampunya. Lalu sistem ranking/peringkat pun dimulai dari akumulasi nilai pada seluruh mata pelajaran. Sehingga siswa yang meraih peringkat tertinggi pasti akan mendapatkan cap sebagai siswa yang pintar, cerdas atau sebutan lain yang sejenis. Maka paradigma orang tua/keluarga -kemudian masyarakat- akan terbangun bahwa "siswa dengan peringkat 1 adalah siswa yang paling pintar di antara siswa yang lain." Lalu pada akhirnya, orang tua, keluarga, masyarakat akan

Sedikit hal di 2018 dan tahun sebelumnya [tentang menulis dan menjadi penyunting naskah buku]

Banyak hal yang sebetulnya belum saya lakukan di tahun 2018. Alasannya adalah karena tidak fokus. Saya suka mengerjakan banyak hal pada satu waktu. Namun pada akhirnya banyak hal pula yang lupa dilakukan dan tidak selesai. Mungkin ini yang perlu kubenahi di tahun 2019 ini. Semoga tahun 2019 menjadi lompatan terbesar bagi keluarga kecil saya. Doa adalah satu satunya harapan tersisa setelah usaha. Beberapa hal kalau perlu, kutuliskan tiap harinya di blog ini. Agar saya tidak banyak menyesali perbuatan kecil yang sering kusepelekan ini, yang membuat saya kehilangan ide dan gagasan yang jika saya menuliskannya saat itu, mungkin blog ini sudah berisi banyak postingan. Tapi, apalah daya. Lagi lagi saya menyesali hal itu. Dari beberapa hal yang kulakukan, setidaknya inilah beberapa naskah [buku] yang telah saya edit dan saya tulis tiga tahun terakhir. Meski pun rata rata dikerjakan di 2018. Dan saya merasa ini masih sangat kurang. Memakai nama "Muh. Gal

Berani bermimpi selagi ada modal

Mimpi yang jadi kenyataan Baiklah, saya ingin sedikit menuliskan tentang pengalaman saya yang bermula dari mimpi.  Mimpi tak bisa dilarang. Setiap orang berhak atas mimpinya.  Lima tahun lalu saat saya pertama kali masuk di S1, saya mulai mengakrabkan diri dengan tulisan. Mulai dari menulis artikel di media massa hingga menulis sajak singkat di buku catatan harian. Tahun itu menjadi amuk besar emosi saya. Pasalnya saya sangat pusing saat itu untuk mengetahui di bidang apa passion ku berada. Bakatku masih abu-abu kala itu. Dua tahun pun berlalu. Kepenulisan saya mulai berkembang. Hal itu ditandai dengan aktifnya saya menulis, termasuk mengirimkan tulisan ke media massa lokal -dan dimuat-, serta rampungnya buku pertamaku berjudul "The Poetic Critique." Di tahun yang sama saya juga menerbitkan buku "Senandung Rindu" kolaborasi bersama penulis Ainun Jariah, yang kini jadi istriku. Saya bersyukur sebab bisa ditunjukkan bakat ini. Ya, bakat menulis, termasuk mengedi

Melihat Seorang Pria Mengendarai Sepedanya dengan Cara Unik

KAMIS sore, sehari sebelum dirgahayu tahun 2018 RI, saya melihat langsung kejadian aneh sekaligus menegangkan. Pasalnya di tengah perjalanan saya menuju rumah istri. Tepatnya di Jalan Poros Pallangga, Gowa. Sekitar 1 km dari jembatan kembar Sungguminasa, saya melihat seorang pria (30) mengendarai sepedanya. Akan tetapi yang unik adalah gayanya. Badannya dibalik ke belakang. Dan sepeda tetap melaju ke depan. Pria yang memakai songkok dan masker hitam itu duduk di stir sepedanya sambil kakinya yang terus menggerakkan pedal. Foto: Arsip Pribadi Tangannya digoyang goyangkan di depannya. Sambil sesekali memerhatikan para pengendara yang lewat. Saya melajukan motor. Setelah melihat dan mengamati pria "aneh" itu, saya tiba tiba berpikir untuk mengabadikannya. Akhirnya saya ambil kiri. Kukoceh segera gawaiku dari tas. Saya kemudian kembali menyalakan mesin kendaraan. Tangan kiri memegang hp, tangan kanan memegang pedal gas. Namun, saya sudah sempat mengabadikan

Kecerdasan adalah Kebiasaan

Yang menjadikan kita berevolusi secara cepat adalah apa yang seharusnya kita lakukan saat ini, itu kita lakukan sekarang juga.  Memang pernyataan "penyesalan selalu datang belakangan" terasa klise sekali di telinga kita. Apakah ada kalimat lain selain itu? Itulah kalimat satu satunya yang kita tahu, jika kita hanya berkutat pada bacaan itu itu saja. Tak ada yang berbeda dari sebelumnya. Saya merasakan bagaimana perubahan orang hebat dalam waktu satu tahun. 2015 sampai 2016. Kuamati. Dalam. Di situ saya melihat, bahwa karena orang ini memliki sebuah kebiasaan yang menjadikannya produktif. Apa saja, jika kau mampu melakukan hal yang kau sukai itu secara kontinyu, maka hal itu yang akan membawamu menuju kegemilangan masa yang akan datang. Source : http://www.wallquotes.com/

Hal-hal yang kusyukuri selama setahun terakhir

APRESIASI, Harian FAJAR, 6/11/2016 OPINI, Harian FAJAR, 11/11/2016 PUISI, Harian Go Cakrawala, 19/11/2016 PUISI, Harian Amanah, 26/11/2016 SURAT PEMBACA, Harian KOMPAS, 27/11/2016

Impian Jadi Kenyataan

Saya sekarang percaya bahwa mimpi yang dituliskan, akan jadi kenyataan. Dulu saya menulis di akun  medium.com  saya, terkait apa yang ingin saya lakukan di hari ini, bulan November 2016. Saya menuliskan catatan itu pada September 2015 lalu. Dan akhirnya sekarang saya yakin, bahwa apa yang dituliskan akan jadi kenyataan. Dan itu nyata pada hari ini. Screenshoot dari medium.com/@mgalangpratama Saat itu saya menulis seperti ini: Aku yakin, tepat pada pertengahan November 2016 mendatang (sebelum usiaku mencapai 21 tahun pada 28 November), aku akan “mengeluarkan” isi otakku ke depan mata manusia lain. Aku berusaha untuk meyakinkannya. Aku akan berkata seolah olah apa yang saya katakan, terlebih dulu telah kubuktikan pada diriku, sebelumnya. Dan hal itu terbuktikan, saya akhirnya dipercayakan untuk membawakan materi berjudul Quantum Reading and Writing di hadapan puluhan peserta sekolah menulis yang diadakan di kampus. Hal itu yang membuat saya kemudian berpikir bahwa sesuatu ya

Sadjak Soempah Pemuda

Source: upload.wikimedia.org Soempah Pemuda Berisi pernjataan bahwa pemuda penggerak bangsa, agen pemersatoe, dan pewudjud cita-cita bangsa berisi sikap tuk rela berkorban rela menggali nilai loehoer rela mempertahankan bahasa jangan sampai anak muda masa kini; bikin negara baroe bikin bahasa persatuan baroe bikin budaya baroe jang tak pernah dicontohkan oleh leloehoer bangsa Indonesia! anak muda doeloe, berada di depan masjarakat bukan di depan laptop anak muda doeloe, berada di depan boekoe bukan di depan gadget anak muda doeloe banjak diskoesi, banjak pula berbuat aksi njata boekan banjak berkoar di depan media sosial. sedjak 1928, hingga kini 2016, anak muda bangsa harus bangkit semangat positif, disaloerkan pada ranah positif pula tulus berkorban demi bangsa Indonesia jang dikagumi, dihormati dan dihargai! karena Indonesia, Harga Mati. Soempah Pemuda: 1. Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia 2. Kami po

Kata Ayah

ada tempat di sana kita bisa mengambil hikmah menemukan kesadaran sejati sebagai insan berakal ada tempat yang seharusnya ramai,  kian hari memprihatinkan sekali manusia lebih suka ke pusat perbelanjaan, atau mengunjungi bioskop-bioskop ternama yang tak jelas amanatnya di sana sumber ilmu dibiarkan berkerut tubuhnya koyak dimakan senyap tiada lagi dijadikan cerminan ayahku berkata: jika ilmu tak lagi bertahta maka tunggu kehancuran suatu negara --lalu aku berceletuk jadi, jika anak mudanya jarang membaca maka tunggu saja kleptokrasi meraja lela. * ayahku tertawa dan kleptokrator mengikutinya. Gowa, Oktober 2016 *Cat: celetuk: menyela secara spontan kleptokrasi: kesenangan mengambil/menerima penghasilan tambahan dengan cara tak terhormat. Source: www.clipartkid.com

Sang Penulis Sejati

Menuliskan bumi untuk dipijak manusia dan alam Menuliskan langit sebagai pelindung bumi Menuliskan dunia dan akhirat sebagai konsekuensi Menulis mimpi nyata pada sebuah kalam Ada tanda-tanda yang diberi kata sandi Ada ungkapan-ungkapan menjelma suara Ada syair rahasia yang ditulis dengan pena Ilahi Tersurat dan tersirat di alam dunia Yang hanya mampu dinalar oleh manusia pemilik akal Yang hanya mampu ditelaah oleh manusia pemilik hati Yang hanya mampu diterjemahkan oleh jiwa-jiwa perindu ilahi Maka bacalah; IQRA' Semua saling terkait dalam bingkai harmonisasi Untuk mencipta keseimbangan atmosfer bumi Bumi untuk manusia Alam hanya menjadi unsur penyelaras dalam kesempurnaan mamusia Maka berpikirlah; "Sudahkah kita membaca tulisan dari Sang Penulis Sejati?" Tanyaku, dalam kehingan di sepertiga malam. source : www[dot]therealwriter[dot]com Gowa, 4 Juni 2015 *Puisi ini pernah dimuat di Rubrik KeKeR Harian Fajar, 13 Juni 2015

Benteng Ujung Pandang

Empat abad berdiri kokoh di tanah Gowa Megah dengan tembok batu padas raksasa Sebagai markas pertahanan daerah Menjaga mahkota ‘emas’ sang raja Agar tak beralih ke tangan penjajah. Benteng eksotis menyimpan bukti sejarah Perlawanan kerajaan Gowa-Tallo dahulu kala Benteng berbentuk penyu raksasa Kuat di darat juara di laut, filosofinya. Empat kaki mencengkeram tanah Dengan kepala menghadap muara Tampak jelas formulasi berganda Siaga melahap penjajah sumber daya. Benteng Penyu, benteng Ujung Pandang Masih kekar berdiri hingga sekarang Menjadi situs peninggalan para pahlawan Bagi generasi muda dan kaum pendatang. Lantangkan namamu, bahwa kau  benteng Ujung Pandang Bukan Fort Rotterdam.  Sebab Nederland, sudang lama berpulang. Makassar, 13 Juli 2015 Source abstract[dot]desktopnexus[dot]com

Tak Terdengar

Aku harus diam di balik tetesan hujan sore ini Meski dingin terus menyergap hati Saat rangkaian senyum tak pernah terurai Aku harus diam dan menyendiri dalam sepi Sambil menari nari bersama angin bahari Aku harus diam saat khayalku mulai terprovokasi Atas bisikan angin yang ingin membawaku pergi Aku harus diam meski kutahu semuanya palsu belaka Hanya retorika yang tak sampai logika Aku harus diam saat kusadar pilihanku ternyata salah Bahkan dalam kebisuanku, mereka berbahagia Nangkring jadi penjabat daerah! Kini aku bisu karena dibisukan. 2015 Source : noisetrade[dot]com

Film yang Belum Selesai

aku sedang membayangkan kau sedang berada di pemutaran film ini disaksikan oleh banyak pasang mata beradu dalam pergolakan darah yang tak berkesudahan. seketika kau tersenyum. tapi kau enggan berbalik ke arahku aku memanggilmu dari balik layar bioskop ini tapi kau tetap setia memainkan peranmu. aku pun masih setia dalam kesabaranku sesabar menanti selesainya tokoh yang kau wakilkan hingga ketika kau membuka tirai itu petanda selesainya film, lalu matamu memeluk seluruh kursi di hadapanmu. dan kau mendapatiku.  tidak lagi menemui saya. April, 2016 Source : beliefnet[dot]com

Diam dalam Dosa

Liang derita di batu nisan Tak bergerak; diam Penuh bisu dalam keheningan. Aku teringat akan dosa Saat tubuh tak bergerak; kaku Dalam lantunan suara adzan. Yang memanggil Begitu syahdu Begitu peka Tuk menolong diri dan jiwa Akankah aku berpindah Dari tempat duduk manisku saat ini? Atau terus berbuat Tanpa mengerti makna Dari sebuah pesan Yang baru saja terdengar Oleh indra dari Sang Pencipta? Sungguh aku berdosa!                               Mei 2015 Source :  www.deoluakinyemi.com

April di Ibu Kota Sulsel

ini bukan soal reklamasi Pantai Losari atau tentang "TPA Bintang 5" ini masalah kedaerahan yang tak pernah rampung atas pandangan yang tak pernah saling pandang. jika para wakil rakyat berkata; “kita tidak jadi meraih anggaran 10 persen maka apa pula yang bisa dibangun?" Pak JK hanya menjawab: "lupakan bangun-membangun mari perbaiki moral masyarakat yang lagi sakit dan hampir sekarat."                                         April, 2016 Sources: cdn.tmpo.co

Celana (Nya) Basah

Aku tak punya celana. Olehnya itu aku ingin memakai rok Agar mudah mengangkatnya Ketika ingin pipis di jamban. Tak seperti kau, Aku bagai mayat yang berjalan Di atas orang-orang saleh yang beriman Mengerjakan salat dan berceramah ke mana-mana Tapi lupa akan satu hal, ibadahku selalu gagal mengantarku pada ketenangan dan kerendahan hati. lalu kau membisikku satu kalimat; "Hei bung, percikan air kecilmu menyentuh celanaku."                                                                                April, 2016 Sources : http://static.independent.co.uk/

Perempuan Jeneponto

kita bersua lewat suar di dunia datar kita sering mengumbar kemesraan                  di depan mata para pengantin baru. kau hendak kupersunting bersama seluruh lemari berisi pakaianku. kau bukan dari golongan bawah maharmu lebih besar dari bukit yang kaumiliki lalu kesunyian kan mempertemukan kita pada hari indah itu,  di hadapan wali dan penghulu. kita menulis buku baru sambil berucap ikrar.                                                                  April, 2016

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog