... lanjutan dari postingan sebelumnya.
kami mendirikan lembaga Pers Fakultas. Saat itu namanya LISH atau (Lembaga Informatika Syariah Hukum).
Di tahun pertama Saefullah yang jadi Pimrednya, sedangkan saya menjabat wakil. Di tahun kedua, saya lagi jadi Pimred sekaligus ketua.
Kami mengawali ini dengan perasaan senang. Karena hobi nulis dan jurnalistik. Kami juga sempat mengoperasikan portal web jurnalish.com. Tapi hanya aktif beberapa tahun. Alasannya pertama, tak ada pelanjut, kedua tak ada biaya hosting dan bayar domain.
Meski awalnya saat Lish terbentuk, dekan kami sangat mendukung terbentuknya ini. Beliau sampai sebelum wafat, seringkali menanyai kami tentang lembaga yang ia resmikan di saat masih menjabat dekan. Beliaulah (alm) Prof Ali Parman.
Bersama beberapa dosen dan kakak tingkat dan teman teman, kami hidupkan LISH.
Ada Pak Hadi Daeng Mapuna, ada Pak Kasjim Salenda, ada Pak Rahman Syamsuddin, dll. Ada Kak Rahmawati Idrus, Kak (saya lupa namanya, senior kami juga yang membantu mendirikan lembaga inu, punya andil besar karena ikut membuat logo lembaga).
Kakak kakak kami ini punya pikiran yang di luar tempurung. Berpikir out of the box.
Akan tetapi, karena lembaga kami terikat dengan fakultas, kemudian kampus, karena kami tidak independen. Akhirnya kami kesulitan karena mesti disibukkan dengan banyak administrasi dan laporan pertanggungjawaban sebelum dana kegiatan cair.
Nah di lembaga inilah saya kembali belajar. Dan saya berpikir inilah yang mengawali karier saya sampai sekarang.
Akhirnya saya terbiasa mengedit berita, terbiasa membuka aplikasi edit gambar seperti CorelDraw, dll.
Dan di tahun tahun akhir sebelum lulus S1, saya sempat bekerja sebagai pengurus jurnal di jurusan. Sempat mengelola input jurnal al-daulah, dan sempat membikinkan website perkumpulan milik ketua jurusan saya saat itu.
Beberapa cerita tentang masa masa saya kuliah mungkin tersaji di blog ini. Silakan cari di menu arsip atau lewat kolom pencarian.
Saya kemudian lebih yakin dan terus menekuni apa yang saya senangi itu. Berada di dunia kepenulisan, editing dan pengoperasian internet.
Sampai saya meninggalkan kampus, san diswisuda, saya meninggalkan dua buku.
Setelah semua itu, saya dan Ainun punya mimpi besar: mendirikan penerbitan buku.
Ainun juga punya bakat di kepenulisan. Saya juga senang dengan dunia itu, lantas kenapa tidak disatukan saja?
Dengan sederhana, kami akhirnya menikah di usia muda. Enam bulan setelah wisuda. 7 April 2018.
Setelah menikah, saya yang sejak sebulan lulus kuliah langsung bekerja di Tribun Timur, lantas masih merasa gelisah. Ada yang belum kami tunaikan.
Beberapa minggu kemudian, setelah mendapat dukungan dari Bapak di Mamuju, akhirnya kami pun berani mengurus segala keperluan mendirikan penerbit.
Sepulang dari resepsi nikah (yang ketiga kalinya) di Mamuju, saat tiba di Gowa, saya langsung mencari tempat pembuatan CV (perusahaan).
Tak lama kemudian, beberapa bulan mengurus akhirnya segala persyaratan terpenuhi.
Kami resmi punya penerbit dengan nama yang saya ambil dari nama belakang Ainun.
Jariah Publishing Intermedia.
Tepat tanggal 24/25 Agustus 2018, kami mendapat email pertama nomor ISBN buku pertama kami keluar dari institusi/lembaga resmi yang mengeluarkannya. Perpustakaan Nasional.
Alhamdulillah, kini dua tahun penerbit kami hadir. Membantu orang orang menerbitkan dan mencetak karyanya jadi buku.
Kami menawarkan solusi cetak buku murah, terjangkau dan memberikan hasil kualitas yang baik. Kami ingin jadi wadah hadirnya penulis penulis baru. Membukukan karya. Kami ingin ada di antara mereka.
Awal 2019
Saya resign dari Perusahaan Koran Terbesar di Makassar itu lalu serius menjalankan Penerbit ini.
Sehingga boleh dikatakan saya bekerja dari rumah terhitung sejak Januari 2019 hingga hari ini.
Bekerja dengan hati senang, dibayar pula.
kami tidak menyangka orang orang membayar kami dari apa yang kami senang kerjakan.
Sumber Gambar: Pixabay |
Comments
Post a Comment