Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Yang Terabaikan

Hilang

Source: Antinomi.org Heru Joni Putra, menulis di status Facebooknya . Di statusnya itu saya tangkap bahwa orang orang di zaman ini dengan mudah menjadi pintar karena akses untuk menempuh bahan bacaan seperti tak ada sekat lagi. Menurut penulis buku Badrul Mustafa, Badrul Mustafa, Badrul Mustafa itu, kecerdasan hari ini bukanlah menjadi barang mewah yang mesti dicari.  Akan tetapi (saya melihat) sebagai bangsa yang mulai berkembang (dan kebanyakan penduduknya buta sejarah; termasuk saya, sehingga sangat mudah diadu domba oleh isu dan berita yang menyesatkan) sudah seharusnya menggalakkan edukasi tentang pentingnya "moral" dalam keterbukaan di dunia saat ini, maya terlebih lagi di dunia nyata. Sepertinya kita memang belum siap dengan perkembangan teknologi yang dengan segala kepraktisannya mampu memberikan informasi mentah untuk segera dikonsumsi.  Ada beberapa hal saya kira, yang mesti kita perbaiki dan renungkan bersama. Saat ini rasa saling memercayai itu p

Semangat Kerja

Kakek Penjual Koran dan Anak Penjual Tisu Lihat Tweet @kampuspuisi :  Dokumentasi Pribadi

Pelik

Saya melihat suatu hari kondisi kita semakin runyam dan sulit. Tekanan penuh tekanan mencabik cabik jiwa setiap manusia. Stress melanda hingga seakan tiap kelompok saling mencakar cakar sesama. Berteriak bagai orang gila. Dan tak ada tempat yang membuat tenang selain apa yang disebut hari akhir. *** Ketika jalan raya sudah dipenuhi kendaraan. Ruang ruang kosong di sekitar jalan tak lagi menampung manusia dan tumbuhan. Debu dan kotoran terbang ke sana ke mari tanpa permisi hanya menjadi pemandangan tiap hari. Bunyi klason tak pernah berhenti bersahutan, bagai suara terompet sangkakala pelan namun pasti menghancurkan gendang telinga. Kelahi dan tengkar menjadi sesuatu yang tak bisa ditolerir ketika kelakuan abai tak sengaja terjadi. Bahkan karena lupa atau saking tak adanya pilihan lain menjadi alasan yang pasti. Hingga emosi menyulut dan berakhir kebencian atau penyesalan satu dan lainnya. Lecet, saling melukai, robek, hancur, terselip, tabrak, meledak, air mata. Kita menjadi

Lapangan Bola Hari ini

Baru-baru ini saya mengedit video berdurasi tiga menit. Video yang menampilkan kemenakan sedang bermain bola di salah satu lapangan futsal yang ada di kota ini. Setelah videonya jadi, saya kemudian meng- upload nya ke Youtube. Judulnya Aimar & Naufal Futsal. Barangkali ada yang ingin membukanya, silakan.  Pada proses meng- upload itu, saya tak lupa memberikan catatan mengenai video itu yang isinya sedikit tentang kritikan saya pada lingkungan yang sudah banyak berubah. Untuk lebih jelasnya silakan buka Channel Youtube saya, dengan cara klik di sini.  Pilih video berjudul Aimar & Naufal Futsal. Sekian! Source :  jefrirendikaputra20.blogspot.com

Saya Suka Kata-Kata Ini

Kumpulan kata kata ini saya sudah posting di Facebook secara acak. Namun tak ada salahnya jika saya rangkum di sini. Kata kata ini adalah renungan terhadap peristiwa di sekitar yang seringkali terasa menyesakkan jika tak dituliskan. Selamat menelannya. Saya menuliskannya sebab saya suka kata kata ini! Source: https://conflictresearchgroupintl.com Tak mungkin ada cobaan kecuali untuk menguatkan. Semakin kuat iman, semakin ia banyak diam. Saya tak ingin jadi pendakwah. Saya lebih suka jdi pengarang. Krn pendakwah banyak, yang suka bicara, sedangkan pengarang tetap berbicara meskipun ia diam. Salah satu bentuk apresiasi kepada pengarang/penulis adalah dengan membeli bukunya. Banyak sekali gagasan yg datang seketika, tapi sia sia karena lupa dituliskan pada saat itu. Diamnya seseorang di dunia nyata belum tentu sama diamnya di dunia maya. Bekerja sebagai PNS sebenarnya cara terbaik menjadi pengikut pemerintah. Cara terbaik untuk merasakan sakit hati adalah dengan menjatuhka

Keluarga Kata

Source: Pinterest Aku mau kata kata lahir dengan sendirinya, di rahim yang pekat lagi sunyi Bermandikan perih dan kecamuk jiwa sang ibu kata. Aku tahu, meski bapak kata tak akan menaruh dendam lama pada mantan, Sang ibu kata tak akan cemburu karena hadirnya anak kata membuktikan Kesyukuran paling luar biasa pada keluarga kata. Kelak, meski ada rahasia di antara bapak dan ibu kata yang tak diketahui anak kata, Anak kata akan selalu melahirkan kata kata dengan sendirinya walau tanpa diketahui Ayah dan ibunya. 2017

SKRIPSI : Sudah Kukira, Ini Bukan Puisi

Baiklah, saya akan menulis (fiksi) setelah tugas akhir kuliahku selesai. Source : http://www.lspr.edu

"Ranjang Burung"

Foto : Arsip Pribadi SAYA sengaja memberi judul di atas dengan dua kata yang dapat menimbulkan konotasi ganda. Jika saya menuliskan kata "ranjang" dan "burung", apa yang langsung tergambarkan di pikiran Anda? *** Nah, itulah realitas media kita dewasa ini. Banyak media yang bertebaran sekarang ini terutama media sosial, demi mengejar rating pengunjung portalnya, memasang judul berita yang dianggap "wow" atau yang berbau SARA. Itulah mengapa berita hoaks mudah sekali tersebar di alat komunikasi kita. Sebab kita dihadapkan pada kondisi miskin proses penyaringan berita. Kita dengan mudahnya percaya pada satu berita yang kebenarannya belum diuji. Kembali pada peristiwa akhir-akhir ini. Berita di jagad maya, sedang heboh-hebohnya memuat konten berbau SARA. Apa sih itu SARA? SARA adalah kependekan dari Suku, Agama, Ras dan Antargolongan.  Singkatnya, untuk menjauhkan masyarakat pada nilai-nilai Pancasila, kita dibenturkan pada hal-hal ber

Mengikatkan Budaya Pada Anak anak

Hampir saja saya lupa menulis. Sesuatu di dalam kepala jika tak dituliskan akan berefek jadi susah tidur. Bukan susah move on ya. Kamu sih, dikit dikit, baper. Simpan dulu perasaannya gaes, jangan dibawa terus! Oke untunglah, meski saya harus aktif di beberapa dunia, dunia fesbuk, dunia instagram, dunia twitter, dunia linkedIn, dunia blog dan dunia nyata yang tak berkesudahan memberi masalah, saya masih ingin meluangkan waktu untuk menulis. Meski sedikit saja. Ide yang ingin saya tuliskan malam ini terinspirasi dari ceramah yang dibawakan oleh Camat Somba Opu, di masjid dekat rumahku, pada malam ke sebelas ramadan, 6 Juni 2017. Ya, tepat, kemarin. Namanya Pak Subair, Camat baru di Somba Opu Kabupaten Gowa. Ia berpesan kepada masyarakat bahwa, saat ini yang penting adalah memperkenalkan kembali budaya yang kita miliki kepada anak anak. Ya, tentu ini adalah hal penting. Mengapa ini penting? Sebab, budaya daerah kita mulai hilang, perlahan demi perlahan. Kira kira begitu maksud uc

TANPAMU,

Malam makin gelap Kau belum juga pulang Hidupku tanpamu gagap Aku ingin kau di sini, sayang Kepergianmu adalah luka Yang harus kututupi dengan puisi Aku hanya tinggal begini meski sia sia jadinya Kutunggu kau meski sulit sekali. Malam, 7/05/2017 Source : https://sdl-stickershop.line.naver.jp

Dikecewakan

"Di kecewakan," katamu. "Sudah sering," lanjutmu kau bilang, "Tapi, satu-satunya alasan aku untuk tetap berteman baik denganya adalah dengan mengingat kebaikannya." "Terlalu banyak kebaikan yang telah ia sumbangkan dalam perjalanku, " tulismu "Meski tak bisa ku pungkiri. Semua kebaikan itu perlahan-lahan terkikis dan ia mulai menjelma menjadi sosok yang menyebalkan." Seketika aku tersenyum membaca satu kata terakhir di atas. Engkau memang berpikir demikian terhadapku. Sebab belum menemui alasan terbesarku berubah. Nantikan sajalah, akhirnya. Sekian. Aku ingin mengangkat teleponmu dulu.  Tapi, sudah mati. Meneleponlah kembali! :) Source : https://cliparts.zone/img/897246.png

Bahkan Saya Lebih Banyak Diam

Sejak kecil, saya orangnya suka diam. Suka hening. Senyap. Dan bisu. Hentakan yang bertubi tubi datang, membuat saya menjadi seseorang yang pendiam. Ya, itulah yang membuat saya hingga kini sesungguhnya lebih senang menyendiri. Terutama pada malam malam hari, di saat semuanya sedang terlelap. Saya berusaha sebaik mungkin untuk menuliskan apa yang saya pikirkan di setiap malam. Namun, selalu saja saya gagal merealisasikan hal itu. Saya memang pemalas! Hari semakin menua. Usiaku pun demikian. Menginjak usia 21 tahun menuju angka genap 22 tahun ini, menjadi batu loncatan tersendiri buatku untuk dapat meraih apa yang selama empat tahun ini saya perjuangkan (hah, saya perjuangkan? :)). Ya, akademik. Tentu itulah satu satunya harapan dari orangtuaku saat ini. Aku selalu sedih, jika harus sibuk mengerjakan sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu penting selain menulis. Waktuku sungguh habis terutama dalam hal seperti berada lama di atas kendaraan (motor) atau menerima telepon dari oran

WaktuNya

kalau sampai waktuNya dia mau tak seorang pun menunggu tidak juga Aku apalagi kamu. Source : http://www.pngall.com

Aku Ingin

Barangkali akulah orang paling tidak normal di dunia ini Bakatku tak didukung orang tua Keinginanku melebihi apa yang kukhayalkan Aku bukan siapa siapa. Terlalu banyak luka dan sakit yang kubuat Menunggu bagi orang orang di sekitarku adalah sebuah perasaan sia sia. Tak ada arti. Barangkali bukan cuma aku yang selain malas fokus mengerjakan satu hal dalam keadaan itu juga Aku adalah manuska tanpa pegangan apa pun selain pena. Aku ingin. Tapi hanya tahu merusak. Kumohon sebelumnya... Aku hanya mau supaya orang dari daerah atau desa, tetap bahagia melihat mereka bangga lalu tersenyum tulus. Source : chrishewitt1987.files.wordpress.com

Maaf, Aku Lupa

Ada kata kata yang tak sempat kukatakan Dan aku yakin, itu membuatku lemah akhir akhir ini Aku lupa Iya, Dan maafkan saja. Sekian Source : https://static1.squarespace.com

Kehilangan Harapan

Dengan hilangnya lebih dari dua ratusan tulisan tulisan di Ms. Office OneNote-ku pada pekan ke-tiga bulan tiga, memberi satu pelajaran penting. Setidaknya setelah itu, aku berhasil dengan cara otodidak, memperbaiki gawaiku dan membuat blog ini menjadi lebih sederhana, daripada sebelumnya. Terima kasih atas cita cita menghasilkan buku. Kau telah pupus sekarang atau barangkali tidak! Maret Menangis,  2017 Pict : By MgP (Credit : The Lost File)

Kampus Satu Warna

Saya tak habis pikir mengapa ada kelompok. Ada yang bila, kita mesti memilih kelompok tertentu, karena ada siang ada malam. Kita harus punya satu warna supaya kita bisa kenal mana diri kita dari sekian warna yang ada.  Warna dalam perpolitikan sungguh sangat mengenyampingkan persatuan. Meski pun ada bersatu, tetapi itu mempersatukan golongannya semata, menyatukan satu warna dan membunuh warna lain. Ironisnya, meski tak memiliki kapasitas, tapi karena warna yang sama, maka mereka yang telah punya jabatan politik atau kekuasaan, bisa dengan seenaknya mengambil pemain dari warnanya meski pemain itu masih terlalu muda, alias tak memiliki kredibilitas di bidangnya. Warna di lingkungan kita akan terlihat dengan jelas ketika akan melangsungkan  pemilihan menjadi pemimpin atau ketua. Di bidang apa saja. Termasuk yang akan saya bahas secara ringkas di sini, adalah pemilihan pimpinan atau ketua-ketua di dalam kampus. Saya mengambil contoh di kampus x. Di sana, perpolitikan terlihat

Dasar Kau

Entah. Saya mendengar, sebuah kisah pilu. Yang membuat perasaan terasa teriris badik. Tajam, tajam sekali. Kulihat darahnya seperti mengucur begitu deras. Deras sekali. Jikalau saja saat itu, aku tahu kau tak pernah suka, maka tak akan kuberikan. Itulah yang membuatku sekarang menjadi selektif dalam memilih. Termasuk dalam memberi. Memberi senyuman dan wajah yang pernah kau injak dan mengumpatnya dengan kata kata keji lagi biadab. Dasar kau! Source : http://cdn.warer.com/

Mengulang Waktu

Saya menulis catatan ini di blog ketika jam digital di hape saya berganti dari 23:59 menjadi 00:00 yang seketika itu pula berganti tanggal 27 Nov menjadi 28 November. Hari ini adalah hari di mana diriku yang dua pulu satu tahun yang lalu dilahirkan di dunia. Saya sungguh berterima kasih kepada siapa pun yang telah berjasa memberikan sumbangsih baik secara langsung atau pun tidak langsung. Baik yang dulu, sekarang atau nanti.  Saya mengkhususkan terima kasih itu kepada orangtua, yang tak pernah lelah menelepon anaknya setiap hari. Kepada Ibu yang selalu kurindukan wajahnya di sana. Dan ayah yang selalu kurindukan komentar-komentar atau ceramahnya yang membangun diri saya untuk melangkah lebih maju. Kepada adik-adik saya, yang selalu baik dan kadangkala nakal. Terima kasih. Telah jadi keluarga utuh hingga saat ini.  Saya memohon maaf lewat tulisan ini, jika saya punya salah di waktu yang silam. Punya utang yang belum terlunaskan atau mungkin punya janji yang belum atau tak akan

Cerita dari Kampung Seberang

TANPA sengaja, orang tuanya telah mencabut nyawa anaknya sendiri. Awalnya ia mencabut harapannya, lalu terhapuslah semua cita cita anak itu. Termasuk cita cita orang tuanya yang seandainya itu tidak terjadi, orang tuanya mungkin akan bangga melihat anaknya tumbuh dewasa dengan toga terletak di kepala sang anak.

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog