Skip to main content

Posts

yang terempas

aku teringat masa kecil ketika pas bangun dini hari, ada tangan ibu yang membelai saban pagi atau barangkali sore hari, aku sedikit lupa waktu persisnya yang mana,  tersedia air beras untuk kucicipi, ibuku pernah mengatakan itu.  dan tetanggaku juga bilang begitu sesuatu -yang mengalir dari bibirku hingga merasuk ke dalam hati. aku mengingat masa kecilku setiap nasihat yang diucap ibu dan ayahku,  ibuku selalu bilang jadilah anak soleh yang  berbakti pada ke dua orang tua. ayahku juga menambahkan, nak, jadilah "orang". ayah  selalu bangga pada anaknya yang selalu meraih prestasi. baru kusadari -yang membuatku tumbuh hingga kini adalah karena usaha dari kerja keras mereka yang tulus dalam mencari rezeki halal buat keluarga kecil kami. kini kutemukan album foto keluarga kecil kami di rumah nenek,  waktu kecil dulu, aku tinggal di rumah orang tua ibuku yang kini sudah tiada. kulihat kembali album yang sedikit berdebu, kukibas dengan tangan kananku sambil meniup d

TANPAMU,

Malam makin gelap Kau belum juga pulang Hidupku tanpamu gagap Aku ingin kau di sini, sayang Kepergianmu adalah luka Yang harus kututupi dengan puisi Aku hanya tinggal begini meski sia sia jadinya Kutunggu kau meski sulit sekali. Malam, 7/05/2017 Source : https://sdl-stickershop.line.naver.jp

Dikecewakan

"Di kecewakan," katamu. "Sudah sering," lanjutmu kau bilang, "Tapi, satu-satunya alasan aku untuk tetap berteman baik denganya adalah dengan mengingat kebaikannya." "Terlalu banyak kebaikan yang telah ia sumbangkan dalam perjalanku, " tulismu "Meski tak bisa ku pungkiri. Semua kebaikan itu perlahan-lahan terkikis dan ia mulai menjelma menjadi sosok yang menyebalkan." Seketika aku tersenyum membaca satu kata terakhir di atas. Engkau memang berpikir demikian terhadapku. Sebab belum menemui alasan terbesarku berubah. Nantikan sajalah, akhirnya. Sekian. Aku ingin mengangkat teleponmu dulu.  Tapi, sudah mati. Meneleponlah kembali! :) Source : https://cliparts.zone/img/897246.png

Ban Bocor dan Hari yang Mahal

PUKUL tiga sore pada Senin 15 Mei 2017, aku menyelesaikan tugas wajib kuliah yang tidak kelar kelar sejak 12 April silam. Aku memang demikian, malas mengerjakan tulisan ilmiah seperti skripsi. Draf yang sudah empat minggu lebih, akhirnya di-Acc oleh pembimbing satu, hari ini, tanpa melalui proses penyuntingan panjang. Barangkali kamu menyebutnya dengan istilah "pantul." (Entah dari mana istilah itu berasal; pantul bermakna corat coret yang diberikan oleh pembimbing). Bukan hal mudah untuk hari ini. Awalnya aku merasa pesimis. Bagaimana tidak, sudah pukul sebelas siang, di hari yang sama, aku baru memulai memperbaiki draf itu. Lalu selesai pukul dua siang. Kemudian aku memperbaiki printer, selama kurang lebih dua jam (maklum nggak punya duit buat nge -print tugas di warnet atau tempat fotokopi, jadi printer yang sedang rusak mau tidak mau harus diperbaiki). Setelah berusaha, dan akhirnya bisa, meski harus di -high printer- nya. Selanjutnya saat seda

Bahkan Saya Lebih Banyak Diam

Sejak kecil, saya orangnya suka diam. Suka hening. Senyap. Dan bisu. Hentakan yang bertubi tubi datang, membuat saya menjadi seseorang yang pendiam. Ya, itulah yang membuat saya hingga kini sesungguhnya lebih senang menyendiri. Terutama pada malam malam hari, di saat semuanya sedang terlelap. Saya berusaha sebaik mungkin untuk menuliskan apa yang saya pikirkan di setiap malam. Namun, selalu saja saya gagal merealisasikan hal itu. Saya memang pemalas! Hari semakin menua. Usiaku pun demikian. Menginjak usia 21 tahun menuju angka genap 22 tahun ini, menjadi batu loncatan tersendiri buatku untuk dapat meraih apa yang selama empat tahun ini saya perjuangkan (hah, saya perjuangkan? :)). Ya, akademik. Tentu itulah satu satunya harapan dari orangtuaku saat ini. Aku selalu sedih, jika harus sibuk mengerjakan sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu penting selain menulis. Waktuku sungguh habis terutama dalam hal seperti berada lama di atas kendaraan (motor) atau menerima telepon dari oran

Terjepit di Negeri Sendiri

Saya terlalu sedih jika harus percaya apa yang diberitakan media hari ini. Hanya membaca dari layar kaca dan dari secarik kertas koran, pikiran tiba tiba melambung jauh. Memikirkan negara yang sedang kacau. Karena telah dijadikan arena balap kuda. Mengukur kehebatan joki dalam menunggangi kuda. Negara adalah kuda. Dan negara lain adalah penonton yang menyaksikan langsung pertandingan pacu kuda ini. Saya tidak takut menulis jika itu adalah benar. Benar jika memang seorang Dahlan Iskan divonis penjara dua tahun. Sedang Gubernur (DKI) Jakarta, BTP, divonis satu tahun penjara dengan dua tahun masa percobaan. Itu artinya BTP baru dihukum selama satu tahun kurungan jika dalam tempo dua tahun ini dia mengulangi kesalahannya (atau kembali melakukan kesalahan yang meresahkan masyarakat). Nah kalau dalam waktu dua tahun dia berbuat baik saja, tentu hukuman tak dapat dikenakan padanya.  Dalam hal ini sepertinya kita dapat membaca, ada oknum yang sengaja membumikan kasus kasus ya

WaktuNya

kalau sampai waktuNya dia mau tak seorang pun menunggu tidak juga Aku apalagi kamu. Source : http://www.pngall.com

Aku Ingin

Barangkali akulah orang paling tidak normal di dunia ini Bakatku tak didukung orang tua Keinginanku melebihi apa yang kukhayalkan Aku bukan siapa siapa. Terlalu banyak luka dan sakit yang kubuat Menunggu bagi orang orang di sekitarku adalah sebuah perasaan sia sia. Tak ada arti. Barangkali bukan cuma aku yang selain malas fokus mengerjakan satu hal dalam keadaan itu juga Aku adalah manuska tanpa pegangan apa pun selain pena. Aku ingin. Tapi hanya tahu merusak. Kumohon sebelumnya... Aku hanya mau supaya orang dari daerah atau desa, tetap bahagia melihat mereka bangga lalu tersenyum tulus. Source : chrishewitt1987.files.wordpress.com

Maaf, Aku Lupa

Ada kata kata yang tak sempat kukatakan Dan aku yakin, itu membuatku lemah akhir akhir ini Aku lupa Iya, Dan maafkan saja. Sekian Source : https://static1.squarespace.com

Sebuah ....

Aku melihatnya sekali lagi Bendera itu. Seperti daun maple Dengan warna kemerahan. Di permukaannya ada dua warna Merah dan putih Mirip dengan warna bendera negaraku. Aku ingin Terbang ke sana Membawa senyum bangga orang tua dan Dan Ibu, Yang sedang sakit Semoga diberikan kesehatan. * Aku ingin Naik pesawat Bertemu langit, Lalu menyapa awan. Aku ingin mengantongi awan Untuk kuperlihatkan kepada Ibu di rumah. Agar Ibu bisa siuman Dan kembali mengajari anak anak Di pedalaman Yang sungguh haus akan Pendidikan. 2017 Source: wikimedia.org

Kita Adalah Harapan

Kita adalah harapan harapan yang mencemaskan ketidakpastian. Berupaya terlihat sedih padahal  memang demikian. Kita banyak berpura pura dalam kehidupan Sengaja memakai topeng kemunafikan Memperlihatkan segala kekayaan Namun ketika sepi bertandang di kerongkongan  kita tetap merasakan kesunyian. Kita mudah melabeli kata 'cemburu' pada orang orang. Lalu melempari mereka dengan kata  kata mematikan Barangkali kita lupa sebagai insan Bahwa  sejatinya kita merupakan pilihan Tuhan Yang ditunjuk bersama membangun  rasa aman, dan ketenteraman. 2017 Source : fggam.org

Membaca Mahasiswa Indonesia Timur Masa Kini

Marilah kita pahami potensi anak muda, mahasiswa di Sulawesi, Makassar dan sekitarnya. Jika Mei '98, mahasiswa berorasi demi menegakkan reformasi Maka tahun 2017 ini, mahasiswa tidak lagi berjuang dengan demonstrasi Batu dan kayu telah berubah jadi buku Atau barangkali gawai Pelantang telah berganti jadi mik seminar literasi budaya Atau barangkali mik karaokean Dahulu pergerakan di awal, baru ada suara pemimpin,  Saat ini pemimpin bersuara dulu (di media) baru kemudian rakyat bergerak.  Kalimat Bung Hatta sepertinya sudah kebalik. *** AWAL tahun 2000-an hingga medio 2014, mahasiswa Makassar dikenal karena demonstrasinya yang sedikit banyak berakhir dengan anarkis. Namun belakangan ini, semuanya sudah berbeda. Kuulangi sekali lagi. Semuanya sudah berbeda. Mahasiswa Makassar tidak seperti yang dulu lagi. Hari ini, akhir tahun 2016 hingga awal 2017, banyak anak anak muda Makassar yang membuktikan kelebihannya. Bahkan Wali Kota Makassar, Bap

Batas Waktu

AKU paling benci dengan tanda tanya! Sebuah pengharapan, sebuah keniscayaan akan ketidakpastian. Aku benci menaruhnya di dalam kesimpulan ini. Hari hari yang terlalu sibuk akan dirinya sendiri. Hingga larut dalam kesepian batin Mata kelam. Hati tak kunjung jadi sebebas bebasnya angin. Kemana pun saja pikiran melayang, hingga dini hari muncul tak ditemukannya apa apa Layar hanyalah rangkaian kata kata yang kosong, putih dan bersih tanpa arsiran. Sampai waktu menunjukkan pukul satu pagi Kau memiliki dua pilihan yang sulit diputuskan :                                ingin tidur di ranjang atau                                bangun dari tidur panjang. Source : http://hardtimesskateshop.com/ 

Awalnya Ditolak, Selanjutnya Dimuat

"SETIAP tulisan yang dimuat di media bebas bertamu ke rumah siapapun, ke hati manapun tanpa harus bertatap langsung dengan pemiliknya." -Rachmat Faisal Syamsu. *** Jangan lupa, jika Anda atau keluarga Anda punya Koran Fajar, atau siapapun yang barangkali Anda kenal sedang berlangganan Koran Fajar, carilah edisi Minggu 2 April 2017. Buka halaman 14. Di Kolom Puisi Anda dapat dengan bebas membaca, menghayati atau bahkan mengkritiknya. Silakan! Jika berkenan membacanya, sungguh saya berterima kasih pada Anda semua. * Awalnya saya mengirim beberapa Puisi ke Harian Fajar. Lalu redakturnya (Muh Nursam) bilang (percakapan ini melalui Facebook Chat) : "Ndak ada puisi bagusmu yang lain?" Seketika saya terbelalak dan balik bertanya, "Puisi bagus yang kakak maksud itu dalam arti bagaimana?" Ia lalu menjawabnya, "Puisi itu indah. Kalau pun mengkritik, disampaikan dengan cara indah. Jangan suka pakai bahasa bahasa kebencian." Demikian

Kehilangan Harapan

Dengan hilangnya lebih dari dua ratusan tulisan tulisan di Ms. Office OneNote-ku pada pekan ke-tiga bulan tiga, memberi satu pelajaran penting. Setidaknya setelah itu, aku berhasil dengan cara otodidak, memperbaiki gawaiku dan membuat blog ini menjadi lebih sederhana, daripada sebelumnya. Terima kasih atas cita cita menghasilkan buku. Kau telah pupus sekarang atau barangkali tidak! Maret Menangis,  2017 Pict : By MgP (Credit : The Lost File)

Harapan Tuhan

kita adalah harapan harapan yang mencemaskan ketidakpastian berupaya terlihat sedih padahal memang demikian. kita banyak berpura pura dalam kehidupan sengaja memakai topeng kemunafikan demi menutup wajah yang memalukan kita ingin memperlihatkan segala kekayaan namun tak sadar, ketika sepi bertandang kita masih tetap merasakan kesunyian. kita mudah memberi label "cemburu" pada orang orang lalu melempari mereka dengan kata kata mematikan barangkali, kita lupa sesuatu, kawan sebagai insan, sejatinya kita semua merupakan titipan tuhan yang dipilih bersama tuk membangun rasa aman dan menyebarkan pesan pesan ketenteraman. 2017 Source : Dilla & MgP Drawing on Paint App

Secangkir Kesepian

kadangkala ketika kauberbicara, aku hanya ingin mengantongi kata katamu. lalu kusimpan untuk kubaca di rumah. dengan segelas sunyi dan secangkir kesepian. 2016 Source : Private Archive (Fajar Daily Newspaper, 2nd April 2017)

Rumah Kertas: Kritik Sastra dan Takdir Sebuah Buku

Foto : Internet AKU membaca buku ini, berkali-kali. Sama persis dengan ungkapan dari Critiques Libres pada sampul belakang buku ini: “Kisah tak terlupakan tentang dunia sastra, perpustakaan, dan kecintaan akan buku. Sebuah novel untuk dibaca ulang berkali-kali.” “Buku mengubah takdir hidup orang-orang.” (hlm. 1) Novel Rumah Kertas ini terbilang sedikit buku yang mempercakapkan tentang buku-buku yang ada di dunia. Tak banyak novel-novel yang di dalamnya terkandung ironi tentang buku: mati akibat buku dan buku mengubah takdir pembacanya. Saya membaca buku ini bukan hanya sekali. Ya, berkali-kali. Meski seberapa sering kuulangi bacaanku, maka saya tetap menemui kegeraman dalam membaca setiap tokoh yang ditulis di dalam buku setipis 76 halaman ini. Buku ini memulai kisahnya dengan cerita seorang dosen bernama Bluma Lennon yang harus mati karena membaca buku puisi karya Emily Dickinson atau murni mati ditabrak mobil. Sebuah ironi yang mempertemukan real

Kebencian Puisi Hari Ini

Hari ini Puisi bangun kesiangan Ia lalu mandi dengan terburu buru Puisi ingin ke sekolah. Sesampai di gerbang Puisi dilarang masuk Puisi sedih Lalu beranjak pulang dengan muka masam. Sesampai di rumah, Puisi tertidur Di dalam tidurnya, Puisi bermimpi: Puisi akhirnya menjadi bintang kelas Puisi mendapat penghargaan dari kepala sekolah Puisi dipanggil ke depan panggung Untuk membacakan dirinya. Puisi terbangun dari mimpi Seketika ia berkata: "Aku benci tidur, aku benci hidup di dunia yang semu." 2017  Source : https://s3.amazonaws.com/notegraphy-images

Heran

Aku heran pada perempuan Disimpannya dalam dalam perasaan Dilakukannya yang baik baik Perbuatan Aku heran pada perempuan Disembunyikannya kebaikan Diributkannya masalah Dengan kegosipan Pada jiwa jiwa yang telanjur ketuaan Sisi perempuan Adalah menyayangi hanya Satu pasangan Tulus mencintai satu insan Dan berharap mati lalu bertemu di surga dengan Pasangan yang dirindukan Di dunia Dan herannya, Lelaki tak demikian. 2016  source : http://marvel.wikia.com/wiki/File:Henry_(Earth-20017)

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog