Manusia, ialah sautu makhluk yang diciptakan oleh sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa.
Kita kadang berpikir, apa makna penciptaan kita sebagai manusia, bukankah kita telah diciptakan dari tanah. Nah, kita mesti mengambil suatu hikmah bahwasanya seluruh manusia dibuat dari tanah. Tidak ada manusia yang diciptakan dari api ataupun dari cahaya.
Dimata sang pencipta, Manusia itu sama. Namun, di pikiran manusia, sesamanya itu tidak ada yang persis sama. Terkadang para pemilik kebijakan lebih memprioritaskan para sanak familinya, kerabatnya, tetangganya, kemudian orang-orang yang dikenalnya, bahkan orang-orang yang baru-baru telah membantunya dalam suatu urusan, walaupun bantuan yang ia berikan be;um tentu ikhlas dari hati. Mungkin ada modus tersendiri. Yah, kataku "Mungkin".
Kita diciptakan dalam satu lingkup atap yakni DUNIA. Disanalah kita hidup bersama dengan makhluk Tuhan yang lain. Ada Binatang, ada Tumbuhan dan ada Makhluk lain yang tak kasat mata.
Sebagai manusia, kita mestinya banyak menggunakan potensi kita dalam memaknai "hadirnya manusia lain di sekeliling kita". Sebenarnya, semua memiliki keterikatan tersendiri yang sulit untuk dilepas. Bukan hanya sebatas aliran darah, namun ada ikatan yang lebih spesial yakni ikatan Batin, dari satu Pencipta.
Banyak informasi-informasi yang dapat kita peroleh antar sesama manusia. Kita tak dapat menyangka bahwa faktor terbesar kesuksesan seseorang ialah berkat hadirnya orang-orang disekitarnya. Namun, ketika fakta berbicara, ada sangat banyak para manusia yang seakan-akan membabi buta dalam merampas hak sesamanya. Banyak menuduh yang salah, banyak membenci dan banyak menggunakan ego yang berlebih, sehingga yang terjadi dapat memutuskan tali kekerabatan antar manusia itu sendiri, walau hubungan batin masih terikat dalam alam biasnya.
Kita juga perlu banyak mengingat sebab ada yang terlupa dari diri kita. Kita kadang tidak memahami satu sama lain, padahal Hati kita sesama manusia sudah saling terkoneksi. Kita telah mampu berbicara sesama walau lidah tak bersua mengeluarkan rentetan-rentetan alfabet. Mengapa ? Karena Alam telah menghubungkan pikiran dan Hati setiap manusia untuk bisa saling memahami.
dalam diri manusia, terdapat berbagai macam bentuk yang mampu membuat manusia itu sendiri menjadi "besar" atau menjadi "kecil", dirinya.
Sebenarnya, 'kecil' ataupun 'besar'nya diri kita, yang menentukan itu ialah diri kita sendiri. Dalam diri seseorang terdapat banyak komponen. Ada komponen Kecakapan, ada komponen perwajahan, ada komponen material/harta, ada keturunan/kebangsawanan, ada usia, ada keerdasan, ada alat indra, serta ada aspek informasi keriligiousan.
Itu semua yang membuat kadang manusia itu menjadi 'besar' ataupun 'kecil' bagi manusia lain disekitarnya.
Padahal, setiap manusia, belum tentu memiliki segala hal komponen diatas. Mungkin ada yang diberikan kecakapan dan komponen perwajahan yang menarik dan hebat serta memenuhi standarisasi penerimaan jadi Bintara Polisi namun disisi lain bisa saja ia sangat rendah dalam aspek religious. Ada yang hebat dan mapan dalam hal materi namun disisi lain ia kurang dalam hal kecerdasan inteligensi. Dan ada pun yang usianya masih rendah, namun ia sudah mampu menangkap banyak hikah dalam hidupnya, bahkan mampu mengalahkan para kaum dewasa yang bobrok akan makna hidup, sehingga kadang-kadang memang seharusnya aspek keteladanan akan dimulai dari usia yang dini ke usia yang lebih dewasa.
Namun, ini semua hanya sebatas renunganku sebagai pemikir dan penulus. Biarkan Aku mambaca banyak hal lagi, sehingga paradigma yang terstruktur akan mampu Aku patri dalam lembah hidupku ini.
Terima kasih.
Salam,
Muh. Galang Pratama
Samata, 20 Januari 2015 at 23.50 Wita.
Kita kadang berpikir, apa makna penciptaan kita sebagai manusia, bukankah kita telah diciptakan dari tanah. Nah, kita mesti mengambil suatu hikmah bahwasanya seluruh manusia dibuat dari tanah. Tidak ada manusia yang diciptakan dari api ataupun dari cahaya.
Dimata sang pencipta, Manusia itu sama. Namun, di pikiran manusia, sesamanya itu tidak ada yang persis sama. Terkadang para pemilik kebijakan lebih memprioritaskan para sanak familinya, kerabatnya, tetangganya, kemudian orang-orang yang dikenalnya, bahkan orang-orang yang baru-baru telah membantunya dalam suatu urusan, walaupun bantuan yang ia berikan be;um tentu ikhlas dari hati. Mungkin ada modus tersendiri. Yah, kataku "Mungkin".
Kita diciptakan dalam satu lingkup atap yakni DUNIA. Disanalah kita hidup bersama dengan makhluk Tuhan yang lain. Ada Binatang, ada Tumbuhan dan ada Makhluk lain yang tak kasat mata.
Sebagai manusia, kita mestinya banyak menggunakan potensi kita dalam memaknai "hadirnya manusia lain di sekeliling kita". Sebenarnya, semua memiliki keterikatan tersendiri yang sulit untuk dilepas. Bukan hanya sebatas aliran darah, namun ada ikatan yang lebih spesial yakni ikatan Batin, dari satu Pencipta.
Banyak informasi-informasi yang dapat kita peroleh antar sesama manusia. Kita tak dapat menyangka bahwa faktor terbesar kesuksesan seseorang ialah berkat hadirnya orang-orang disekitarnya. Namun, ketika fakta berbicara, ada sangat banyak para manusia yang seakan-akan membabi buta dalam merampas hak sesamanya. Banyak menuduh yang salah, banyak membenci dan banyak menggunakan ego yang berlebih, sehingga yang terjadi dapat memutuskan tali kekerabatan antar manusia itu sendiri, walau hubungan batin masih terikat dalam alam biasnya.
Kita juga perlu banyak mengingat sebab ada yang terlupa dari diri kita. Kita kadang tidak memahami satu sama lain, padahal Hati kita sesama manusia sudah saling terkoneksi. Kita telah mampu berbicara sesama walau lidah tak bersua mengeluarkan rentetan-rentetan alfabet. Mengapa ? Karena Alam telah menghubungkan pikiran dan Hati setiap manusia untuk bisa saling memahami.
dalam diri manusia, terdapat berbagai macam bentuk yang mampu membuat manusia itu sendiri menjadi "besar" atau menjadi "kecil", dirinya.
Sebenarnya, 'kecil' ataupun 'besar'nya diri kita, yang menentukan itu ialah diri kita sendiri. Dalam diri seseorang terdapat banyak komponen. Ada komponen Kecakapan, ada komponen perwajahan, ada komponen material/harta, ada keturunan/kebangsawanan, ada usia, ada keerdasan, ada alat indra, serta ada aspek informasi keriligiousan.
Itu semua yang membuat kadang manusia itu menjadi 'besar' ataupun 'kecil' bagi manusia lain disekitarnya.
Padahal, setiap manusia, belum tentu memiliki segala hal komponen diatas. Mungkin ada yang diberikan kecakapan dan komponen perwajahan yang menarik dan hebat serta memenuhi standarisasi penerimaan jadi Bintara Polisi namun disisi lain bisa saja ia sangat rendah dalam aspek religious. Ada yang hebat dan mapan dalam hal materi namun disisi lain ia kurang dalam hal kecerdasan inteligensi. Dan ada pun yang usianya masih rendah, namun ia sudah mampu menangkap banyak hikah dalam hidupnya, bahkan mampu mengalahkan para kaum dewasa yang bobrok akan makna hidup, sehingga kadang-kadang memang seharusnya aspek keteladanan akan dimulai dari usia yang dini ke usia yang lebih dewasa.
Namun, ini semua hanya sebatas renunganku sebagai pemikir dan penulus. Biarkan Aku mambaca banyak hal lagi, sehingga paradigma yang terstruktur akan mampu Aku patri dalam lembah hidupku ini.
Terima kasih.
Salam,
Muh. Galang Pratama
Samata, 20 Januari 2015 at 23.50 Wita.
Comments
Post a Comment