Penantian |
yang memenuhi labirin-labirin hatiku
tidakkah kau lupa kalau aku menunggumu?
menanti setiap sayatan yang mengilu.
sebab sepi. akhirnya aku kembali memohon padamu
dengan sajak-sajak pilu;
tiada sisa, arang pun tak sempat jadi abu
tancapkan ujung pena itu tepat di dadaku
lalu kauteriakkan satu-per-satu untuk membunuhku.
jangan dalam sekali kau menusuknya,
nanti aku sulit mencabutnya
biarkan nafasku tetap mendesah
titipkan jeda pada setiap rima yang kaucipta.
Januari 2016
Comments
Post a Comment