Kamis, 31/1/2019 siang, saya mendatangi kantor Pos Sungguminasa Gowa. Kantor Pos ini cukup besar dan terkenal karena letaknya strategis berada di tengah tengah Ibu Kota Kabupaten Gowa.
Ketika berada di depan kantor, saya memarkir motor agak ke luar sebab pertama, saya merasa tidak mau lama di dalam Pos karena hanya mau kirim paket. Kedua, saya tak suka melihat tukang parkir meminta imbalan yang terlalu mahal sementara ia tak memberikan karcis parkir.
Sesampai di dalam, saya mengeluarkan paket buku. Buku ini berjumlah empat eksemplar. Masing masing ada dua eksemplar tiap judul. Buku ini akan dikirim ke alamat Perpustakaan Nasional (Perpusas) RI di Jakarta, sebab sebuah kewajiban bagi Penerbit untuk menyumbangkan dua eksemplar buku di bagian direktorat deposit bahan pustaka Perpusnas sebagai syarat ISBN (juga satu eksemplar wajib disetor ke Perpustakaan Daerah). Hal ini juga dalam rangka melaksanakan Undang-Undang No.4 Tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam.
Setelah buku ditimbang dan kurang dari 1 kg, seketika saya ditanya oleh petugas Pos. Dan terjadilah percakapan.
"Mau yang ekspres, buku sampai besok?"
"Memang berapa bedanya (harga)?"
"Beda tiga ribu, sampai besok dan yang sampai dalam tiga hari."
(Dalam hati saya berpikir, hanya beda tiga ribu jadi saya pilih yang paket satu hari sampai)
"Yang besok sampai aja, Kak," lanjut saya "memang berapa harga semuanya?"
"Empat puluh satu ribu rupiah."
Seketika saya kaget. Kukira cuma dua puluh ribu, eh ini malah dua kali lipatnya. Mana uang di kantong saya tak cukup pula. Yang saya bawa cuma tiga puluh lima ribu. Setelah dijelaskan katanya ada kenaikan per Januari 2019. Tapi ketika saya tanya berapa persen kenaikannya, ia tak menjawab. Segera saya pamit untuk mengambil uang.
"Oke Kak, boleh tunggu sebentar? Saya mau ke atm dulu."
"Oke, tapi ndak lama jiki toh?" katanya berlogat Makassar.
"Iye," balas saya segera meninggalkan kantor Pos.
Sesampai di atm, seorang perempuan di dekatku meminta tolong agar ditransferkan sejumlah sepuluh ribu ke rekeningnya. Dia cuma punya uang kes.
"Iya, saya mau transfer tapi saldo saya kurang sepuluh ribu," kata perempuan itu.
Tal lama kemudian, saya tiba kembali di Kantor Pos. Jaraknya hanya sekitar 15 meter. Saya kembali menaruh motor saya tak jauh dari kantor Pos, bukan di halaman parkir kantor Pos.
Sesampai di dalam ketika saya menyerahkan selembar uang lima puluh ribu, perempuan yang melayani saya sedikit berdiskusi dengan petugas lelaki di sampingnya. Saya sedikit mendengar apa yang mereka bicarakan.
👧: eh saya kira ada pengiriman (buku) Gratis hari ini?
👨: iya memang.
👧: tapi kayaknya tidak bisa kalau ini.
👨: iya kayaknya.
Seketika saya langsung ikut bicara.
"Maaf m, iya kak saya tahu hari ini ada pengiriman gratis dari Pos ke rumah belajar atau perpustakaan seluruh Indonesia yang terdaftar, tapi saya mau kirim ini ke Perpustakaan Nasional."
👨: iya tawwa, ka dia ini peretakan.
Mungkin maksud laki laki itu, penerbit.
👧: oh iya, memang ini juga tidak cukup. Minimal 2 kg.
Okelah. Daripada saya berlama lama, saya pikir juga hari ini saya mesti bayar tagihan pulsa, segera saya pamit dan mengatakan terima kasih kepada kedua petugas Pos yang telah membantu saya itu.
Oh iya, kepada pria di Pos, "Maaf Pak, apa saya mesti membayar biaya amplop yang Anda beri? Atau sudah masuk di hitungan yang saya kasih? Saya lupa Pak, hehe!"
Sumber Gambar: Arsip Penerbit