Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Curhat

1 Syawal 1442 H

1 Syawal 1442 Hijriah tahun ini jatuh pada hari Kamis, 13 Mei 2021. Lebaran idulfitri tahun ini saya, istri dan Iqra berlebaran di kampung mertua, di Anassappu Bontonompo.  Untungnya, Bontonompo masuk wilayah Kabupaten Gowa, sehingga tak ada larangan untuk masuk ke kampung ini.  Berbeda halnya ketika ingin keluar kota lainnya seperti Jeneponto, atau Pangkep. Apalagi tempat orang tua saya berada di Mamuju, Sulawesi Barat. Perbatasan menuju ke daerah tersebut sudah tutup sejak 6 Mei hingga 17 Mei 2021. Hal ini sesuai edaran pemerintah tentang pelarangan mudik Larangan Mudik Pemerintah melakukan pelarangan mudik yang berlangsung 6-17 Mei ini guna menekan laju penyebaran Covid-19 dan memaksimalkan pelaksanaan vaksinasi, sebagaimana yang saya kutip dari Surat Edaran (SE) Satgas No. 13/2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idulfitri 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Covid-19. serta SE No. 34/2021 yang merupakan perubahan dari SE sebelumnya No. 26/2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjala

Riwayat pohon kelor pemberian tetangga

6 November 2020.  Masih pagi sekali, saya diminta sama istri untuk cari daun kelor untuk dibikin sayur. Lalu saya pun berjalan sekitar rumah.  Kebiasaan tiap pagi, saat anak baru bangun (sekitar jam 6), saya mengajaknya jalan jalan keluar rumah. Saya lalu berhenti di rumah tetangga. Melihat seseorang sedang membersihkan pohon di halaman rumahnya. Saya menyapanya. Ia juga menemani saya bercerita. Saya masih teringat pesan istri di rumah: "Cari kelor." Ahha. Melihat seseorang itu punya pohon kelor, saya lalu bertanya padanya. "Kakek, boleh minta kelor ta'?" "Oh iye', Nak. Ambil miki'." Dia dengan senang hati menyuruhku masuk ke pekarangan rumahnya yang dipenuhi banyak pohon. Salah satunya, pohon kelor. "Saya baru saja pangkas itu pohon, sudah banyak tadi diambil sama tetangga juga," katanya sambil memberikan saya tangga untuk naik ke pohon kelornya. "Akhirnya saya telah memenuhi satu tugas," kataku dalam hati. Sebelum pamit

Daeng Salim

Setiap hari, bapak membawa pulang uang Rp 120.000,- yang senilai dengan sekarung beras 30 kg. Tiap musim jeruk tiba, teras terlihat penuh dengan buah manis-kecut ini.  Daeng Beta, teman Bapak, sering datang ke rumah. Ia merupakan teman seperjuangan bapak menjual di pasar Minasamaupa.  Ibu sering memberikan masakan terenaknya saat tamu datang ke rumah. Tak jarang sampai teman bapak membawa pulang kantongan ke rumahnya.  Kalau buah sudah habis, bapak dan kawannya segera memesan pasokan terbaru. Saat itu usiaku 8 tahun pada 2002. Sekarang bapak sudah tidak berjualan lagi di pasar . Bapak beralih jadi penjual bunga . Hobi   bapak adalah   berkebun . Setiap hari main tanah dan tanaman .  Tapi bapak juga sering main hape. Karena bapak menjual bunganya lewat itu. Saya biasa nonton bapak di youtube.  Ternyata bapak juga adalah youtuber sama seperti Atta Halilintar.   Nama Channel bapak adalah 'Daeng Salim'.

Menulis di Blog...

Menulis di Blog | Ilustrasi Jess Watters - Pixabay Sebenarnya saya tidak suka menulis , tapi karena tidak tahu mau bikin apa, saya juga tak pandai pandai amat bicara, makanya saya menulis. Mungkin tak seperti Anda, yang punya semangat menulis kadang naik, kadang turun, saya malah lebih sering turun . Saya kadang butuh teman diskusi mengenai dunia ke penulisan , dunia blogging , dunia internet , dan ya saya kurang suka dunia politik praktis. Meski 2019 disebut juga tahun politik, tapi saya kira tahun tak pernah mengatakan dirinya seperti itu. Tiap orang punya pandangan sendiri sendiri menanggapi tahun apa sekarang. Kita semua punya cara pandang dan penamaan sendiri, dan karena perbedaan itu, kita terlihat kreatif, bukan? Baiklah. Semoga Anda senang dengan blog sederhana ini. Blog yang berisi apa saja yang ada di hati saya. Isinya banyak curhatan? Bisa jadi. Silakan dilirik lirik ya. Jika ingin melihat daftar isi blog ini, silakan kunjungi Sitemap. Salam kangen.

Tentang WhatsApp Group

WAG atau WhatsApp Group begitu banyak memberikan informasi berlebihan. Sangat banyak pesan tak sesuai dengan judul yang masuk ke dalam satu grup WhatsApp. Hal ini dipengaruhi oleh tangan tangan gatal orang orang yang tak berhenti untuk menyebar info yang menurutnya sangat wajib disebarkan itu. Padahal, meski pun itu tak disebarkan, maka akan baik baik saja. Saya sendiri, sampai sekarang sejak menggunakan aplikasi WhatsApp, belum pernah membaca tuntas tulisan panjang yang dikirimkan ke dalam satu grup, apalagi jika tulisan itu saat baru dilihat di baris pertama bertuliskan "Diteruskan". Seketika saya keluar dari grup itu dan sedikit menyesal telah membuka grup hanya untuk melihat (tidak membaca) pesan seperti itu. Oleh karena kejadian dan kegelisahan atas kasus tersebut, seketika saya menulis di status WA-ku seperti ini: Ttg WAG Lebih baik grup itu jarang terisi daripada banyak isinya tapi cuma pesan yang 👉 * Diteruskan. * Status WA Sekian. 

Pekerjaan saya

Ketika ketemu dengan teman lama atau keluarga, hal paling pertama yang ia tanyakan adalah tentang pekerjaan. Ya, tentu datang dan ditujukan kepada Sarjana seperti saya. Kalau belum Sarjana tentu pertanyaannya beda lagi. Misal? "Kapan Sarjana?" Itu adalah pertanyaan mainstream . Sejak dulu sudah ditanyakan. Orang seperti itu biasanya memang kurang berkembang. Masa, sejak dulu terus menanyakan itu kepada orang orang yang belum Sarjana. Mungkin pertanyaannya bisa diganti menjadi: "Apa yang saya bisa bantukan?" atau "Ada masalah apa, coba ceritakan." Nah, kalau teman seperti ini patut dipertahankan, karena ia meminta agar dirinya bisa berkontribusi dalam membantu masalah yang kita hadapi. Lain lagi pertanyaan orang orang ketika sudah Sarjana. Apa saja? Seperti ini. "Sudah kerja? Di mana?" Ya itu pertanyaan wajib bagi banyak orang. Dan pertanyaan itu tidak akan pernah selesai, mengalir seperti air, bagai pertanyaan "Kapan Nikah." Yang terak

Kata Baku

Ketika saya menyunting naskah, ada beberapa kesalahan yang kerap saya temukan. Paling banyak berputar pada masalah pemakaian "kata baku" dan "kesalahan ketik". Berikut beberapa kata baku yang sering penulis buku abaikan. pikir . bukan . fikir empas . bukan . hempas embus . bukan . hembus napas . bukan . nafas antre . bukan . antri nasihat . bukan . nasehat silakan . bukan . silahkan Menurutmu, apa lagi ya? Kata Baku 

Kantor Pos Sungguminasa

Kamis, 31/1/2019 siang, saya mendatangi kantor Pos Sungguminasa Gowa. Kantor Pos ini cukup besar dan terkenal karena letaknya strategis berada di tengah tengah Ibu Kota Kabupaten Gowa. Ketika berada di depan kantor, saya memarkir motor agak ke luar sebab pertama, saya merasa tidak mau lama di dalam Pos karena hanya mau kirim paket. Kedua, saya tak suka melihat tukang parkir meminta imbalan yang terlalu mahal sementara ia tak memberikan karcis parkir. Sesampai di dalam, saya mengeluarkan paket buku. Buku ini berjumlah empat eksemplar. Masing masing ada dua eksemplar tiap judul. Buku ini akan dikirim ke alamat Perpustakaan Nasional (Perpusas) RI di Jakarta, sebab sebuah kewajiban bagi Penerbit untuk menyumbangkan dua eksemplar buku di bagian direktorat deposit bahan pustaka Perpusnas sebagai syarat ISBN (juga satu eksemplar wajib disetor ke Perpustakaan Daerah). Hal ini juga dalam rangka melaksanakan Undang-Undang No.4 Tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam

Tiga Perkara

Setelah menyelesaikan kuliah, tidak sedikit dari temanku yang langsung memilih bekerja. Rasanya itu adalah hal wajib. Ada yang mencoba cari peluang di kota ada juga yang langsung balik ke kampungnya. Waktu mahasiswa dulu saya memiliki kelompok bernama 'Anak Sholeh'. Entah kenapa namanya demikian. Mungkin karena salah satu kegiatannya adalah mengajar anak anak untuk memahami BTQ. Tapi selebihnya cuma kumpul kumpul biasa, membicarakan banyak hal. Saya perkenalkan masing masing dari mereka beserta asal daerahnya, Aqil (Kendari), Riswan (Bone), Ikhsan (Palopo), Rani (Pangkep) dan Ainun (Gowa). Kami disatukan dalam satu rumah sederhana yang sekarang saya tempati. Di wilayah Batangkaluku Kecamatan Somba Opu Sungguminasa, Gowa. Di situ kami sering bertemu, bikin acara atau menghabiskan waktu setelah "lelah" dari perkuliahan yang membosankan. Awalnya saya, Aqil, Riswan (selanjutnya saya panggil Ciwang; supaya terkesan lebih akrab), Ikhsan dan Rani adalah teman sekelas di

Pernah Bermimpi

Krrish Movie Saya pernah bermimpi jika manusia bisa terbang. Kupikir, mimpi itu hanya jadi bunga tidur. Tapi tidak, saudara saudara. Hari ini saya menonton satu film berjudul "Krrish" di stasiun tv swasta. Lalu saya teringat dengan mimpiku dan saya pun berkata (dalam hati). Rupanya semua hal yang kita pikirkan itu, sebaiknya ditulis saja. Memang sebelumnya banyak kita kira itu tidak mungkin, itu mustahil, tidak bisa, dll. Tapi rupanya orang di luar sana tetap memakainya. Karena ada nilai + di situ. Ya, apa pun mimpi kita, jangan pernah berkecil hati apa yang ada padanya (seperti rasa takut karena tak bisa menyelesaikan pekerjaan yang direncanakan. Coba mimpi itu ditulis lalu dibuatkan skenarionya. Sumber Gambar: expresselevatortohell.com

Ranking 1

KETIKA membaca pernyataan Bob Sadino, yang kira kira bilang begini: "Orang pintar itu banyak pikirannya, tapi orang goblok hanya satu. Jadi bisa fokus." Seketika saya teringat apa yang telah orang tua dan guru ajarkan tentang makna kepintaran. Mulai dari SD, SMP, SMA bahkan (ada juga) hingga ke perguruan tinggi, kita "dipaksa" untuk pintar (baca: mampu) menguasai seluruh mata pelajaran. Setiap guru menuntut agar siswanya "mendapat nilai tinggi" pada setiap mata pelajaran yang diampunya. Lalu sistem ranking/peringkat pun dimulai dari akumulasi nilai pada seluruh mata pelajaran. Sehingga siswa yang meraih peringkat tertinggi pasti akan mendapatkan cap sebagai siswa yang pintar, cerdas atau sebutan lain yang sejenis. Maka paradigma orang tua/keluarga -kemudian masyarakat- akan terbangun bahwa "siswa dengan peringkat 1 adalah siswa yang paling pintar di antara siswa yang lain." Lalu pada akhirnya, orang tua, keluarga, masyarakat akan

Tukang Parkir

Tadi sepulang kegiatan flash design yang diadakan Kemenkominfo di Hotel Aryaduta Makassar, tiba tiba datang tukang parkir. Padahal waktu saya datang pagi tadi, tukang parkirnya belum ada. Apalagi motor dijaga sama satpam hotel. Satpam hotel juga, awalnya tidak mau kalau motor yang saya tumpangi masuk ke dalam area parkir hotel. Jadi saya parkir di luar saja. Pas sore ketika pulang, tukang parkir langsung lari ke motor saya, membantu mengeluarkan motor saya yang terjepit di antara motor yang ada di belakangnya. Lalu setelah keluar, saya mengecek kantong celana. Dan hanya ada lembaran 5 ribu dan 10 ribu. Saya sudah cari lembaran 2 ribu tapi tak dapat. Akhirnya dengan merasa sedikit berharap ketika saya memberi lembaran lima ribu itu ke tukang parkir maka ia akan mengembalikan sisanya. Tapi, anda tahu apa yang terjadi? Seketika ia mengucap kalimat "terima kasih" dan setelah itu saya balik belakang, rupanya ia sudah pergi meninggalkan saya. Saya mencoba belajar ikhlas hingga tul

Menjadi Dewasa

Ada banyak anak (muda) yang segera ingin jadi dewasa. Ada pula dewasa tapi kekanak kanakan. Bacalah banyak buku, pelajari matematika, logika, dan filsafat. Kelak kau mengerti bagaimana cara dewasa. Cara pandang dewasa tentu beda dengan cara pandang para remaja. Sama seperti cara pandang orang yang sudah menikah dan yang belum.

Seni Menunggu

Saya paling senang menunggu. Jika yang kutunggu adalah hal pasti. Saya sudah dilatih menunggu sejak kecil. Menunggu antrean minyak tanah yang langka sampai menunggu ibu yang sedang bersalin ketika ingin melahirkan adikku. Sebab saya yakin, dalam hal menunggu ada manfaat yang membuat diri kita menjadi lebih tahan. Di situ kita diajar tentang kesabaran dan menerima apa yang seharusnya terjadi. Kini saya kembali merasakan itu. Ada kesenangan tersendiri saat saya menunggu. Menunggu kekasih pulang kuliah. Hingga menunggu istriku selesai belajar. Dulu, kekasihku kutunggu di sebuah masjid kampus. Saya memanfaatkan menunggu itu dengan menulis. Akhirnya hampir tiap hari menunggu, begitu juga tulisanku yang jadi di microsoft office one note. Sekarang di tempat belajar Istriku, ada banyak buku. Di situlah seninya. Banyak hal bermanfaat yang bisa "jadi". Karena di waktu menunggu, ada peluang untuk berpikir jernih. Memikirkan hal yang sebelumnya kita abaikan dan tak mampu kerjakan. Nah s

Alamat Kursus

Hari ini sedang hujan. Ya sebetulnya saya tak pandai memulai cerita. Tapi karena saya mesti bercerita tiap hari di sini, maka gaya apa pun akan saya coba gunakan supaya terkesan saya sedang bercerita. Padahal saya cuma nulis biasa doang. Hhe. Hujan memang kadang menghambat. Tapi tidak untuk hari ini. Dengan mantel kantongan plastik seharga 10 ribu, saya bersama Ainun mengunjungi salah satu tempat kursus yang sebelumnya belum pernah kami datangi. Alamatnya di jalan Hertasning V nomor 25. Kata pengelolanya pas di belakang KFC Pettarani. Sebenarnya saya agak bingung awalnya. Di belakang KFC Pettarani, bukannya jalan AP Pettarani? Rupanya bukan. Jadi kalau dari arah Hertasning menuju jl. AP Pettarani, sebelum lampu merah, ada belokan kiri. Naah, dekat dari Hotel Gahara Makassar. Di situlah jalan Hertasning "kecil" tersusun. Mulai dari Hertasning I sampai Hertasning VII (setahu saya sampai H.VII). Lanjut di tengah hujan yang tentu membasahi, kadang saya ketawa kecil, karena melih

Hal Penting

Ada banyak yang bisa kita tulis setiap harinya. Kita tak pernah terlepas dengan hal hal baru, baik yang kita dengar dari sumber di luar diri kita, atau pun dari suara suara kecil dari dalam diri kita. Namun, sesuatu yang penting terkadang terdengar seperti hal biasa saja, sehingga seringkali kita meremehkannya. Alhasil, sesuatu yang bernilai itu seketika hilang. Saya imgin mencontohkan satu hal. Kadang ketika di dalam salat, ada hal yang kau pikirkan. Dan itu timbul secara tiba tiba. Seusai salat, kadang kita melupakan hal itu. Kita sebetulnya sedang menyianyiakan sebuah petunjuk penting saat itu. Lain lagi ketika berada di kamar kecil. Entah sedang BAB, atau yang lain. Kita disuguhkan ide brilian. Sebab dalam posisi sedamai itu, otak merasa rileks dan bebas terbang menembus tembok raksasa di sekitar kita. Mungkin suatu nanti, perlu disediakan note dan bolpoin di kamar kecil, agar lebih banyak hal hal "aneh" yang bisa diaplikasikan. Begitu pun, seperti pengalamanku berikut

Di SPBU

Di SPBU. Saya paling merasa tidak betah di SPBU. Tapi saya menjalani ketidakbetahan itu setiap hari. Akhirnya waktu mengubah jadi tidak betah menjadi betah. Ketika sedang antre di SPBU, biasanya sebagai pengendara tentu kita melihat dulu jenis BBM apa yang digunakan. Ada Pertalite dengan nilai Oktan atau RON sebesar 90, Pertamax sebesar 92 dan Premium hanya memiliki Oktan 88. Tapi bukan bagian ini yang ingin saya cerita. Yang menjadi kegelisahan saya saat antre itu yang ingin saya tuangkan di sini. Saat antre, kendaraan motor yang begitu rapi. Tapi banyak orang yang selalu terburu buru ketika ingin mengisi bahan bakar. Entah karena sudah terlambat ke sekolah atau terlambat ke kantor bagi pekerja kantoran. Nah kadangkala saya juga merasakan hal itu. Ada hal genting yang ingin segera kutunaikan tapi kadang orang yang antre di bagian depan itu rese sekali. Sudah tahu ada banyak antrean di belakang, ia masih belum menyiapkan hal penting, seperti: turun dari motor, membuka kunci bagasi bah

Mencoba peruntukan baru di tahun baru

Sore tadi karena kelaparan di tengah hujan rintih rintih yang tak kunjung berhenti, saya dan istri akhirnya berani keluar rumah. Mau apa lagi, tinggal di dalam rumah saat kelaparan juga tak akan berguna. Akhirnya kami pergi keliling-keliling. Kebetulan saat itu kami ingin mengunjungi salah satu Pabrik Roti yang tak jauh dari rumah (kurang lebih 1 KM). Akhirnya, mungkin ini sudah diatur, setelah kami datang, ada banyak pembeli yang mengerumuni penjual roti itu. Beruntung, karena kami masih kebagian roti kering alias garenteng.  Orang-orang setelah kami tentu saja harus mengambil jenis roti lain, karena di antara roti yang dijual, garenteng -lah yang paling murah, tetapi juga enak dimakan bersama minuman hangat di pagi atau sore hari. Kami membelinya seharga Rp 8.000,- per bungkusnya. Di dalam satu bungkus besar itu, terdapat 10 bungkus kecil kecil. Serta di dalam tiap bungkusan kecil itu, terdapat lima roti kering gurih campur manis yang siap disantap itu. Alhamdulillah. Sepu

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog