Saya paling senang menunggu. Jika yang kutunggu adalah hal pasti. Saya sudah dilatih menunggu sejak kecil. Menunggu antrean minyak tanah yang langka sampai menunggu ibu yang sedang bersalin ketika ingin melahirkan adikku. Sebab saya yakin, dalam hal menunggu ada manfaat yang membuat diri kita menjadi lebih tahan. Di situ kita diajar tentang kesabaran dan menerima apa yang seharusnya terjadi. Kini saya kembali merasakan itu. Ada kesenangan tersendiri saat saya menunggu. Menunggu kekasih pulang kuliah. Hingga menunggu istriku selesai belajar. Dulu, kekasihku kutunggu di sebuah masjid kampus. Saya memanfaatkan menunggu itu dengan menulis. Akhirnya hampir tiap hari menunggu, begitu juga tulisanku yang jadi di microsoft office one note. Sekarang di tempat belajar Istriku, ada banyak buku. Di situlah seninya. Banyak hal bermanfaat yang bisa "jadi". Karena di waktu menunggu, ada peluang untuk berpikir jernih. Memikirkan hal yang sebelumnya kita abaikan dan tak mampu kerjakan. Nah sejak saya menyadari seni itu, saya tak pernah lagi menyesal untuk menunggu. Karena kesadaranku penuh, saya akan menunggu hal pasti terjadi. Ya, tak ada yang tidak pasti dalam menunggu.
Dulu, ketika tulisan saya terbit di kolom "Surat Pembaca Kompas" berjudul Jangan Revisi edisi 31 Maret 2017, sekilas saya membaca isi surat pembaca lain di samping tulisan itu, judulnya Mengungkap "Mark Up" . Saat itu saya sama sekali tidak tahu apa arti dari kata "Mark Up" , saya pun tak punya rasa penasaran berlebih untuk mencari tahu frasa itu di mesin pencari daring. Akhirnya saya menghiraukannya. Satu tahun berlalu. Saya bekerja di sebuah media. Menghadapi orang-orang mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas seperti pemegang jabatan pemerintahan. Mulai kepala desa, kepala dinas, bupati hingga anggota dewan. Saya bukan wartawan, saya hanya bekerja sebagai tukang cari iklan daring (online). Menawarkan ke orang orang agar dirinya bisa dimuat di portal media daring. Dari sini, saya baru tahu (atas pengalaman kerja yang baru beberapa bulan), arti dan maksud dari "mark up" itu. Akhirnya pikiran saya kembali ke awal tulisan ini. T...