Ketika ketemu dengan teman lama atau keluarga, hal paling pertama yang ia tanyakan adalah tentang pekerjaan. Ya, tentu datang dan ditujukan kepada Sarjana seperti saya. Kalau belum Sarjana tentu pertanyaannya beda lagi. Misal? "Kapan Sarjana?" Itu adalah pertanyaan mainstream. Sejak dulu sudah ditanyakan. Orang seperti itu biasanya memang kurang berkembang. Masa, sejak dulu terus menanyakan itu kepada orang orang yang belum Sarjana. Mungkin pertanyaannya bisa diganti menjadi: "Apa yang saya bisa bantukan?" atau "Ada masalah apa, coba ceritakan." Nah, kalau teman seperti ini patut dipertahankan, karena ia meminta agar dirinya bisa berkontribusi dalam membantu masalah yang kita hadapi. Lain lagi pertanyaan orang orang ketika sudah Sarjana. Apa saja? Seperti ini. "Sudah kerja? Di mana?" Ya itu pertanyaan wajib bagi banyak orang. Dan pertanyaan itu tidak akan pernah selesai, mengalir seperti air, bagai pertanyaan "Kapan Nikah." Yang terakhir ini, tentu sudah tidak lagi ditanyakan kepada saya. Nah, masuk ke judul. Jika ditanya sekarang, saya sudah tidak bekerja lagi di kantoran. Hari ini pekerjaan rutin saya adalah di depan komputer rumah. Tentu saja, berkutat dengan naskah. Selain itu apa pekerjaan saya lainnya? Ya tentu belajar membahagiakan orangtua saya dan paling penting belajar membahagiakan istri saya (pada intinya adalah belajar). Tapi, saya berpikir untuk memulai pekerjaan tambahan. Tentu pekerjaan ini tanpa digaji pun akan saya kerja, karena sesuai hobi. Yakni belajar jadi content creator untuk ditampilkan di Youtube, dan Sosmed lainnya. Kali aja, muka/ ide saya benar benar bisa tampil menarik di hadapan Anda. hehe. Sekian saja.
Dulu, ketika tulisan saya terbit di kolom "Surat Pembaca Kompas" berjudul Jangan Revisi edisi 31 Maret 2017, sekilas saya membaca isi surat pembaca lain di samping tulisan itu, judulnya Mengungkap "Mark Up" . Saat itu saya sama sekali tidak tahu apa arti dari kata "Mark Up" , saya pun tak punya rasa penasaran berlebih untuk mencari tahu frasa itu di mesin pencari daring. Akhirnya saya menghiraukannya. Satu tahun berlalu. Saya bekerja di sebuah media. Menghadapi orang-orang mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas seperti pemegang jabatan pemerintahan. Mulai kepala desa, kepala dinas, bupati hingga anggota dewan. Saya bukan wartawan, saya hanya bekerja sebagai tukang cari iklan daring (online). Menawarkan ke orang orang agar dirinya bisa dimuat di portal media daring. Dari sini, saya baru tahu (atas pengalaman kerja yang baru beberapa bulan), arti dan maksud dari "mark up" itu. Akhirnya pikiran saya kembali ke awal tulisan ini. T...