Tinggal di rumah adalah cara bertahan.
Ini pas sekali buat saya yang sudah sejak setahun terakhir ini memang tinggal di rumah karena kerjaan mengharuskan saya tetap di rumah, bahkan, di dalam kamar.
Tapi bagaimana jika keadaan mengharuskan kita tinggal di rumah, tidak sejalan dengan pekerjaan yang mewajibkan kita berada di luar?
Ya, masing masing dari kita punya cara menghadapi situasi ini. Begitu juga cara kita buat menghalau bosan karena kurang hiburan.
Mencari Hiburan
Di kondisi normal, rata rata (untuk tidak mengatakan semua) orang yang bekerja di kota akan mencari desa buat melampiaskan rasa penat.
Sebaliknya, orang orang desa pergi ke kota mencari hiburan.
Bagi kebanyakan 'Orang Kota' (untuk tidak mengatakan semua) desa adalah surga, adalah tempat hiburan terbaik.
"Alangkah senangnya orang yang hidup di desa, bisa merasakan udara yang segar setiap hari," pikir Orang Kota.
Bagi 'Orang Kota', berlibur ke desa bukan persoalan pulang (ke) kampung.
Kebanyakan masyarakat, mencari hiburan dilakukan dengan 'membeli' sesuatu. Meski pun di saat yang sama uang tak mampu membeli segala yang dapat menghibur dan mendatangkan senyuman.
Kuota Menipis, Dompet Kempis
Setiap rumah tangga tetap butuh pangan. Pangan didapat tidak dengan meminjam, ia mesti dibeli. Paling tidak, bahan dasarnya.
Sedangkan uang tidak datang hanya dengan selesain menonton film di Facebook, YouTube atau pun situs streaming lainnya.
Uang tidak dapat di-download (menyinggung #puisivideo #teatermasker afrizal malna berjudul apa duit bisa di-download).
Seringkali yang ada, dunia maya membuat uang lenyap seketika. Bagi kebanyakan orang, kuota internetan masih jauh lebih penting daripada tidur siang.
Jauh lebih penting karena orang lebih butuh hiburan dibanding pentingnya menjaga kesehatan dengan tidur yang cukup.
Meski pada akhirnya, kebanyakan orang akan terlelap pada malam hari lalu bangun di pagi hari dengan meninggalkan ingatan tentang tagihan listrik yang belum dibayar dan kos kosan sudah jatuh tempo.
Juga makan siang dan malam yang mesti disiapkan (di bulan puasa, makan sahur dan makanan berbuka mesti tersedia), tisu, air, dan cemilan menjadi kebutuhan primer serta tagihan pulsa yang tiba tiba meneror lewat pesan singkat di ponsel yang jarang dipakai.
Seketika, itu semua benar benar membikin dompet kempis.
Sejak saat itulah orang orang akan berpikir:
Sayangnya kebanyakan orang akan berhenti setelah berandai.
Gowa, 26 April 2020
Ini pas sekali buat saya yang sudah sejak setahun terakhir ini memang tinggal di rumah karena kerjaan mengharuskan saya tetap di rumah, bahkan, di dalam kamar.
Tapi bagaimana jika keadaan mengharuskan kita tinggal di rumah, tidak sejalan dengan pekerjaan yang mewajibkan kita berada di luar?
Ya, masing masing dari kita punya cara menghadapi situasi ini. Begitu juga cara kita buat menghalau bosan karena kurang hiburan.
Mencari Hiburan
Di kondisi normal, rata rata (untuk tidak mengatakan semua) orang yang bekerja di kota akan mencari desa buat melampiaskan rasa penat.
Sebaliknya, orang orang desa pergi ke kota mencari hiburan.
Bagi kebanyakan 'Orang Kota' (untuk tidak mengatakan semua) desa adalah surga, adalah tempat hiburan terbaik.
"Alangkah senangnya orang yang hidup di desa, bisa merasakan udara yang segar setiap hari," pikir Orang Kota.
Bagi 'Orang Kota', berlibur ke desa bukan persoalan pulang (ke) kampung.
Kebanyakan masyarakat, mencari hiburan dilakukan dengan 'membeli' sesuatu. Meski pun di saat yang sama uang tak mampu membeli segala yang dapat menghibur dan mendatangkan senyuman.
Bahagia adalah cara bertahan paling baik. Entah karena kita tetap di rumah atau tetap harus ke luar demi membikin dapur tetap mengepul.
Kuota Menipis, Dompet Kempis
Setiap rumah tangga tetap butuh pangan. Pangan didapat tidak dengan meminjam, ia mesti dibeli. Paling tidak, bahan dasarnya.
Sedangkan uang tidak datang hanya dengan selesain menonton film di Facebook, YouTube atau pun situs streaming lainnya.
Sumber: Pixabay/klimkin |
Uang tidak dapat di-download (menyinggung #puisivideo #teatermasker afrizal malna berjudul apa duit bisa di-download).
Seringkali yang ada, dunia maya membuat uang lenyap seketika. Bagi kebanyakan orang, kuota internetan masih jauh lebih penting daripada tidur siang.
Jauh lebih penting karena orang lebih butuh hiburan dibanding pentingnya menjaga kesehatan dengan tidur yang cukup.
Meski pada akhirnya, kebanyakan orang akan terlelap pada malam hari lalu bangun di pagi hari dengan meninggalkan ingatan tentang tagihan listrik yang belum dibayar dan kos kosan sudah jatuh tempo.
Juga makan siang dan malam yang mesti disiapkan (di bulan puasa, makan sahur dan makanan berbuka mesti tersedia), tisu, air, dan cemilan menjadi kebutuhan primer serta tagihan pulsa yang tiba tiba meneror lewat pesan singkat di ponsel yang jarang dipakai.
Seketika, itu semua benar benar membikin dompet kempis.
Sejak saat itulah orang orang akan berpikir:
Gowa, 26 April 2020
Comments
Post a Comment