Sampul Kitab Puisi Pranala |
Judul?
Saya sengaja mengambil judul Pranala, dikarenankan puisi yang termuat di dalam puisi berjudul yang sama cukup mewakili kurang lebih 68 Puisi dalam buku ini.
Puisi berjudul Pranala di buku ini menceritakan tentang proses penciptaan karya. Karya yang dibuat susah payah, ternyata ada yang menjiplak --plagiat!
Orang orang mudah mengklaim hak cipta.
Nah, sikap semacam ini sangat curang, alhasil sulit sekali mendapat sesuatu yang benar benar asli saat ini.
"Tak ada asli kecuali hanya imitasi."
Demikian salah satu bunyi potongannya.
Baris selanjutnya berisi kritikan yang lebih pedas.
Silakan baca, jika mau tahu kelanjutan dari puisi tersebut atau jika kauingin merenungi puluhan puisi lainnya, baca!
Tanggapan
Itu Pranala asing kudengar namun mengoyak sukma, sajaknya kritis dan berontak seakan memanggil jiwa2 yang lemah melakukan perlawanan. Halaman demi halaman kubuka, kadang romantis, kadang pula manis namun pesimis. Di benakku timbul pertanyaan apakah isi pranala nyata atau fiksi belaka? (Aulia Nur Kirani, Mahasiswi)Respon
Pertama, (kata) Pranala saya ambil dari ejaan bahasa Indonesia. Boleh dilihat di sini: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Pranala
Yang berarti 'hipertaut', dalam bahasa inggris disebut hyperlink atau link.
Saya mengambil dasar ini, sebagai dasar mengeritik orang orang yang sengaja mengambil link orang lain lalu dicantumkan di karyanya tanpa izin dan tanpa meyertakan sumber yang jelas.
Kita seolah merasa hasil karya kita banyak yang asli, tapi sebenarnya lebih banyak imitasi/palsu semata.
Akibatnya banyak orang saling kelahi dalam karya karena menganggap karya buatannya yang utama padahal bukan. Bangga pada karya orang lain (sama artinya dengan mengerdilkan diri sendiri).
Pranala sebetulnya karya fiksi karena ditulis dalam bentuk puisi. Karya sastra tersulit adalah puisi, kata m aan mansyur, penyair dari Makassar, puisi merupakan hasil renungan terdalam dari realitas yang terjadi di sekeliling kita.
Momen
Ini hanya karya biasa yang dicetak buat momen pernikahanku, 7 April 2018.
Teruntuk
Saya persembahkan kitab ini kepada orang paling berjasa, sejak kecil hingga saat ini, yang merawat dan membesarkan, yang dengan tulus mendoakan serta bersusah payah hingga telah mewujudkan acara pernikahan anaknya dengan kerja keras, yang menguras hati, jiwa dan tentu, materi.
Tak ada yang bisa kuberikan selain doa dan namanya terkenang abadi pada karya yang kubuat.
Thanks mom 🙏🙏🙏.
Saya persembahkan kitab ini kepada orang paling berjasa, sejak kecil hingga saat ini, yang merawat dan membesarkan, yang dengan tulus mendoakan serta bersusah payah hingga telah mewujudkan acara pernikahan anaknya dengan kerja keras, yang menguras hati, jiwa dan tentu, materi.
Tak ada yang bisa kuberikan selain doa dan namanya terkenang abadi pada karya yang kubuat.
Ibunda St. Rahmatiah
|
Salah satu respon pembaca |
Proses
Membuat sebuah karya saya rasa tidaklah mudah. Ia butuh proses yang jauh lebih menyita waktu. Kantuk dan perasaan rindu seringkali diabaikan. Kegagalan demi kegagalan selalu tercipta. Corat coret memenuhi draf pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Pada intinya, karya ini meskipun dibuat dalam diam, penuh perasaan, kecaman kuat, kegeraman yang ingin membuat hati tercabik cabik, dan kekalutan yang mendarah daging, saya mengharapkan semoga kitab ini bisa memenuhi ruang ruang kosong dalam jiwamu yang selalu kau cari padanannya.
Contoh
Berikut salah satu Puisi di hal. 20.
Demi Puisi
Ia bergumam dalam sepi
kembali mengusik pilu
pada bara bara api
pada sajak sajak sendu.
Dalam pergolakan batin yang tak kesampaian,
ia berbisik:
Demi puisi.
Sesungguhnya manusia dalam kebohongan
kecuali orang orang modern
yang melayangkan coretan dengan pulpen
mengudara di media independen
terpatri pada kertas berita nomaden.
2015
M. Galang Pratama
Dari Kitab Puisi "Pranala" (2018)
Tagar
#puisi #pranala #poetry #poems #bukupuisi #book #bahasa #sastra #bukuindonesia #miwf2018 #jualbuku #noplagiarism #hyperlink #link #gowa
*Ket: Beberapa dari tulisan ini sudah tertuang dalam akun instagram @kampuspuisi.
Membuat sebuah karya saya rasa tidaklah mudah. Ia butuh proses yang jauh lebih menyita waktu. Kantuk dan perasaan rindu seringkali diabaikan. Kegagalan demi kegagalan selalu tercipta. Corat coret memenuhi draf pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Pada intinya, karya ini meskipun dibuat dalam diam, penuh perasaan, kecaman kuat, kegeraman yang ingin membuat hati tercabik cabik, dan kekalutan yang mendarah daging, saya mengharapkan semoga kitab ini bisa memenuhi ruang ruang kosong dalam jiwamu yang selalu kau cari padanannya.
Contoh
Berikut salah satu Puisi di hal. 20.
Demi Puisi
Ia bergumam dalam sepi
kembali mengusik pilu
pada bara bara api
pada sajak sajak sendu.
Dalam pergolakan batin yang tak kesampaian,
ia berbisik:
Demi puisi.
Sesungguhnya manusia dalam kebohongan
kecuali orang orang modern
yang melayangkan coretan dengan pulpen
mengudara di media independen
terpatri pada kertas berita nomaden.
2015
M. Galang Pratama
Dari Kitab Puisi "Pranala" (2018)
Tagar
#puisi #pranala #poetry #poems #bukupuisi #book #bahasa #sastra #bukuindonesia #miwf2018 #jualbuku #noplagiarism #hyperlink #link #gowa
*Ket: Beberapa dari tulisan ini sudah tertuang dalam akun instagram @kampuspuisi.
Comments
Post a Comment