YA, sesuai judul tulisan ini. Hari ini, waktu memang terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa, senin datang lagi. Dan Minggu berlalu begitu cepat. Sama seperti hari Jum'at. Antara Jum'at yang satu dengan Jum'at berikutnya terasa seperti cuma sehari.
"Deh, tidak dirasa waktu, senin mi lagi. Jum'at mi lagi. Deh cepat na waktu." Gumamku kadang di hadapan teman-teman. Dan rupanya, bukan cuma saya yang merasakan. Tapi yang lain pun demikian.
Pertanyaannya. Kok bisa?Nah, itu dia.
Baru baru ini, seperti pengalamanku Jum'at kemarin, saya kembali merasakan hal itu. Tepat seusai salat Jum'at.
Hal paling sering yang kulakukan ketika habis Jumat yakni berdiam diri di masjid. Bukan karena ingin berzikir, tapi karena satu hal.
Ingin melihat semangat anak anak memperebutkan makanan berupa roti yang dibagi pengurus masjid kepada jemaah. Ini terjadi tiap Jum'at di masjid Nurul Aqsa' Kallongtala', Gowa.
Sepulang dari masjid itu, saya kembali merenungi.
Perasaan, baru kemarin saya seperti ini. Melihat anak anak berebutan roti.
Dari sini saya akhirnya berkesimpulan singkat bahwa, waktu yang terlalu cepat berganti. Menit serasa detik. Jam serasa menit. Sehari serupa sejam. Satu minggu terasa seperti satu hari. Dan satu bulan terasa cuma satu minggu.
Selesai. Sesingkat ini. Kesimpulan?
Kalau Anda tanyakan itu, silakan berkomentar "ya" di bawah.
Please. Ini bukan puisi atau quotes yang bisa kaupasang di status FB atau kepsyen instagrammu.
Ini hanya kisah sederhana yang sengaja kutulis. Hanya untuk merawat semangat menulisku semata.
__
Comments
Post a Comment