Tagar ini sedang viral di media maya. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang tinggi di wilayah ini sehingga menyebabkan banjir di beberapa wilayah. Yang terparah terjadi di wilayah Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Wilayah ini dilalui oleh arus je'ne berang yang membawa langsung air dari Bili Bili.
info makassar |
Sebagai bukti, beberapa video sempat dibagikan terkait air yang meluap di Jembatan Kembar Gowa. Nah wilayah ini masuk di perbatasan Wilayah Pallangga dan Somba Opu.
Beberapa rumah sempat dibawa arus. Masyarakat sedang siaga di tempat pengungsian. Bupati Gowa, Adnan Purichta, sempat turun langsung ke lokasi kejadian demi melihat warganya yang sedang berjuang menghadapi bencana banjir ini. Seperti yang dapat dilihat di akun instagram orang nomor satu Gowa itu, bahwa ia pun turut memasak di lokasi pengungsian, sebuah usaha untuk merasakan seperti seorang warga biasa.
***
Gambar Pintu Gerbang Bendungan Bili Bili (Dokpri) |
Hampir tidak pernah pintu bendungan itu dibuka. Sebab apabila dibuka, maka air akan merembes ke bawahnya.
Nah itulah yang terjadi sejak kemarin (Selasa, 22/1/2019). Pintu gerbang bendungan dibuka karena air telah mencapai ketinggian 101 meter.
Air pun mengakibatkan banjir di daerah yang dilewati aliran sungai yang disebut Sungai Jeneberang.
Saya mengabadikan jembatan ini ketika pertamakali ke Manuju awal Desember lalu. Dan hari ini, seperti terlihat di media, jembatan ini putus.
Kompas (23/1/2019) memperlihatkan Jembatan di Desa Moncongloe, Manuju, putus akibat luapan air dari Bendungan |
Sejarah Bendungan Bili Bili
(Seperti yang dikutip dari tulisan Haeruddin C. Maddi)
Sejarah pembangunan Bendungan ini berawal pada tahun 1974. Waktu itu Sungai Jeneberang meluap dan menggenangi kota Makassar dan Kabupaten Gowa sedikitnya 3/4 Kota Makassar tenggelam karena meluapnya Sungai Jeneberang.
Sehingga mulai tahun 1980 dilakukan studi secara intensif kemungkinan kita akan membangun sebuah bendungan untuk mengatasi banjir kota waktu itu yang setiap tahun terjadi.
Sampai pada tahun 1990 detail desain pembangunan bendungan tersebut telah siap, sehingga mulailah dilakukan pembebasan lahan untuk kepentingan pembangunan tersebut yang luasnya lebih kurang 40,428 ha.
Pekerjaan konstsruksi dimulai pada 1992. Jadi tujuan utama pembangunan bendungan ini adalah untuk pengendalian banjir Kota Makassar dan Gowa, dengan fungsi ikutan seperti air baku kota, listik, irigasi, perikanan dan pariwisata.
Bendungan ini memiliki tampungan total sebanyak 375 juta m3, tanpungan efektif 345 juta m3, tampungan sedimen 29 juta m3, kapasitas pengendalian banjir 41 juta m3, kapasitas untuk irigasi 270 juta m3, kapasitas untuk air perkotaan 35 juta m3, dan kapasitas untuk listrik 20 Mega Watt.
Bendungan ini didesain dengan panjang Bendungan utama 750 m dengan tinggi 73 m, bendungan sayap kanan 412 m dengan tinggi 52 m, bendunqgan sayap kiri 646 m dengan tinggi 42 m.
Debit rencana pelimpah 2.200 m3, dan debit rencana untuk intake 45 m3. Elevasi puncak 106 m, elevasi muka air normal 99,5 m, elevasi mercu pelimpah 91,5 m dan elevasi dasar waduk 48 m.
Meskipun demikian tidak jarang bendungan yang dibangun dengan fungsi utama pengendalian banjir, justru menjadi momok yang menakutkan masyarakat saat musim hujan tiba.
Pada hal mestinya dengan adanya bendungan ini masyarakat bisa lebih tenang di saat musim hujan.
Kejadian seperti itu mungkin menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian warga masyarakat. Pada hal secara struktur bendungan bili bili sangat berbeda dengan situ gintung.
Meskipun cerita mengenai keruntuhan dam (dam break) bukan tidak pernah terjadi, sehingga semua bendungan khususnya yang ada di Indonesia tidak terkecuali dam bili bili mempunyai studi dam break, keruntuhan bendungan secara umum dipengaruhi oleh 3 faktor.
Pertama, collapse by Earthquake (gempa bumi), kedua seepage/leakage (disebakan oleh adanya kebocoran/retakan) dan ketiga overtopping.
Bendungan ini didesain dengan type Rockfill dam dengan inti di tengah (center core Rockfill dam), dam bili bili didesain dengan menggunakan design seismic coefficient di Jepang 0,12 (medium earthquake region) yang dikenal sangat rawan gempa, meskipun Sulawesi Selatan pada umumnya relatif sangat aman dari gempa.
Bendungan ini didesain dengan inflow discharge 3,100 m3/detik, setara dengan kala ulang 1000 tahun. Pada elevasi 103 design flood water level.
Dengan menggunakan Sistem Digital bendungan ini dioperasikan selama 24 jam secara ketat terutama di musim hujan dengan memperhatikan inflow (air yang masuk) dengan ketinggian muka air di reservoir dengan bukaan pintu pada saat air harus di keluarkan melalui pintu.
Pada kondisi normal dimana apabila muka air waduk mencapai angka 99.50 m air secara otomatis melimpah melalui spillway.
Berdasarkan penjelasan singkat tersebut, sebenarnya tidak Ada yang perlu ditakutkan oleh masyrakat, meskipun kewaspadaan harus tetap terutama pada saat musim hujan.
Akan tetapi tidak perlu meresahkan karena bendungan ini didesain cukup aman dan dioperasikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sangat ketat.
Sumber Gambar: internet |