5 Juli lalu entah tahun berapa (intinya usianya sekarang masih 20-an), Arifuddin kecil lahir di sebuah tempat terpencil di Sinjai.
Seperti yang pernah dia tulis, jika Anda ingin cari lokasi itu di peta, niscaya lokasinya tidak akan kelihatan. Namun entah kalau pakai bantuan aplikasi Google Maps.
Di tanggal 5 Juli ini ia mengumumkan sebuah Give Away berhadiah buku yang ia posting beberapa hari lalu di laman Instagram dan Facebooknya.
Ia memberi pertanyaan: cukup tuliskan tiga hal tentang merantau.
Nah, mengapa kata 'merantau' yang ia pilih?
Seperti yang pernah dia tulis, jika Anda ingin cari lokasi itu di peta, niscaya lokasinya tidak akan kelihatan. Namun entah kalau pakai bantuan aplikasi Google Maps.
Di tanggal 5 Juli ini ia mengumumkan sebuah Give Away berhadiah buku yang ia posting beberapa hari lalu di laman Instagram dan Facebooknya.
Ia memberi pertanyaan: cukup tuliskan tiga hal tentang merantau.
Nah, mengapa kata 'merantau' yang ia pilih?
Sederhananya, mungkin karena seorang Arief ini sejak kecil sudah merantau. (Lihat halaman Tentang Penulis di buku Kepada Jauh yang Dekat, hlm 323);
Bayangkan, ia merantau dari Kabupaten Sinjai ke Kabupaten Bone Sulawesi Selatan -dengan keinginan sendiri-.
atas keputusannya sendiri, ia merantau ketika hendak naik kelas empat SD.
Bayangkan, ia merantau dari Kabupaten Sinjai ke Kabupaten Bone Sulawesi Selatan -dengan keinginan sendiri-.
Saya rasa, sejak SD, ia sudah berani mengambil keputusan seberat itu, tentu di usianya kini, ia sudah lebih terlatih dalam mengambil keputusan.
Hidupnya tidak berada dalam kemewahan. Meski beberapa keluarganya terpandang dan punya nama. Ia tetap ramah, bahkan kepada kami para juniornya di kampus saat itu hingga kini.
Saya masih ingat satu kejadian. Saat itu (15 April 2017) ia membawakan materi public speaking di sebuah gedung LT di kampus UIN Alauddin Makassar. kala itu ia hadir bicara bersama presenter TVRI Mar'atun Mardhiyah.
Saya diam diam masuk ke acaranya, duduk di bagian belakang agar tidak ketahuan olehnya. Tapi, selang beberapa waktu, saat ia membawakan materinya, ia menunjuk ke arah saya, dan mendekat ke kursi saya.
Hidupnya tidak berada dalam kemewahan. Meski beberapa keluarganya terpandang dan punya nama. Ia tetap ramah, bahkan kepada kami para juniornya di kampus saat itu hingga kini.
Saya masih ingat satu kejadian. Saat itu (15 April 2017) ia membawakan materi public speaking di sebuah gedung LT di kampus UIN Alauddin Makassar. kala itu ia hadir bicara bersama presenter TVRI Mar'atun Mardhiyah.
Saya diam diam masuk ke acaranya, duduk di bagian belakang agar tidak ketahuan olehnya. Tapi, selang beberapa waktu, saat ia membawakan materinya, ia menunjuk ke arah saya, dan mendekat ke kursi saya.
Padahal saya tidak menyadari ia akan tahu kalau saya hadir di situ. Saya bukan siapa2 baginya bahkan hingga sekarang, saya belum terlalu akrab dengannya.
Saya bukan sahabatnya yang tahu semua kisah hidupnya.
Akhirnya, hari itu saya bisa kenal dengan kak Mar'atun, juga sebelumnya mengenal penulis Wirda Tri Hasfi lewat komunitas i-Brand.
Panggilan "Bro"
Dialah salah satu senior di kampus yang sewaktu awal chat wasap dengannya, dia menyuruh saya agar langsung memanggilnya dengan sapaan "Bro" (Brother, saudara).
Ini tidak mudah. Di saat yang sama, ada banyak senior di kampus sampai kini yang hanya maunya dipanggil 'Kakanda', 'Kak' atau 'Senior'.
Akhirnya, hari itu saya bisa kenal dengan kak Mar'atun, juga sebelumnya mengenal penulis Wirda Tri Hasfi lewat komunitas i-Brand.
Panggilan "Bro"
Dialah salah satu senior di kampus yang sewaktu awal chat wasap dengannya, dia menyuruh saya agar langsung memanggilnya dengan sapaan "Bro" (Brother, saudara).
Ini tidak mudah. Di saat yang sama, ada banyak senior di kampus sampai kini yang hanya maunya dipanggil 'Kakanda', 'Kak' atau 'Senior'.
Sedangkan sapaan seperti itu sudah tentu akan menimbulkan jarak.
Nah karena inilah, mungkin, Arief Balla disenangi oleh para juniornya, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. (Arief Balla ini banyak penggemarnya, mulai dari Malaysia, Mesir, hingga Amerika).
Saya juga ingat, dan sebaiknya diketahui oleh banyak orang bahwa:
Nah karena inilah, mungkin, Arief Balla disenangi oleh para juniornya, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. (Arief Balla ini banyak penggemarnya, mulai dari Malaysia, Mesir, hingga Amerika).
Saya juga ingat, dan sebaiknya diketahui oleh banyak orang bahwa:
"Salah satu bentuk apresiasi/penghargaan terbesar kepada penulis adalah dengan membeli bukunya."
Tahun 2015 silam, buku solo pertama saya terbit dan Arief Balla langsung memesannya, dan membayar di lokasi saat ia ketemu dengan saya, di Perpustakaan Kampus UIN Makassar.
Saat buku kami yang terbaru terbit (Literasi, Hoaks dan sejumlah esai lainnya), ia yang saat itu masih berada di USA, langsung memesannya dan minta disimpankan.
Tahun 2015 silam, buku solo pertama saya terbit dan Arief Balla langsung memesannya, dan membayar di lokasi saat ia ketemu dengan saya, di Perpustakaan Kampus UIN Makassar.
Saat buku kami yang terbaru terbit (Literasi, Hoaks dan sejumlah esai lainnya), ia yang saat itu masih berada di USA, langsung memesannya dan minta disimpankan.
Meski pun dia ini (di belakang layar) saya sudah mintai testimoni mengenai buku itu sebelum terbit yang artinya naskah saya itu sudah ia baca. Tapi nyatanya, ia ingin memiliki edisi cetak buku itu.
Lalu, saat dia datang ke Indonesia habis menyelesaikan Studi S2-nya di Illinois, USA, kami langsung ke tempatnya membawakan buku itu. Dan kamu tahu? Ia tetap membayarnya meski kami menolak.
Lalu, saat dia datang ke Indonesia habis menyelesaikan Studi S2-nya di Illinois, USA, kami langsung ke tempatnya membawakan buku itu. Dan kamu tahu? Ia tetap membayarnya meski kami menolak.
Ia minta nomor rekening saya lalu ia transfer di lokasi yang sama sebelum kami balik.
Seketika itu saya jadi terharu. Bagaimana mungkin ada orang baik seperti dia? #mengelapairmata
(Selain kepada Arief Balla, saya dan istri juga berterima kasih banyak kepada Jumadi Mappanganro karena saat kami berikan buku itu kepadanya, ia menolak untuk diberi gratis. Padahal, ya beliau juga ini orang yang banyak membantu terutama memberi catatan di halaman sampul belakang buku sederhana yang kami tulis itu).
Arief Balla sekarang mengulang tanggal lahirnya, entah ke berapa tahun.
Tentu, beberapa hari sebelum hari ini, ia mengisinya dengan banyak merenung.
Seketika itu saya jadi terharu. Bagaimana mungkin ada orang baik seperti dia? #mengelapairmata
(Selain kepada Arief Balla, saya dan istri juga berterima kasih banyak kepada Jumadi Mappanganro karena saat kami berikan buku itu kepadanya, ia menolak untuk diberi gratis. Padahal, ya beliau juga ini orang yang banyak membantu terutama memberi catatan di halaman sampul belakang buku sederhana yang kami tulis itu).
Arief Balla sekarang mengulang tanggal lahirnya, entah ke berapa tahun.
Tentu, beberapa hari sebelum hari ini, ia mengisinya dengan banyak merenung.
Entah merenungi apa, yang jelas tentu untuk kebaikan kebaikan masa depannya dan masa depan orang yang diam diam ia cintai.
Hmm..
Sepertinya sudah cukup saya bercerita tentangnya (mungkin lain waktu akan kulanjut lagi tulisan ini), selebihnya silakan kamu kepoi saja akun medosnya, atau tulis namanya di mesin pencari gugel. Namanya banyak tertulis di mana mana.
Dia orangnya aktif menulis di media dan menyampaikan isi hati dan idenya kepada publik.
Seperti penulis lainnya, Arief Balla sering merasa gelisah. Tapi berbeda dengan kebanyakan orang, ia aktif menulis non fiksi (jurnal, makalah, dan karya akademisi lainnya) dan di saat yang sama, ia juga sering menulis cerita fiksi, sehingga apa pun yang ia tulis, seperti esai atau opini akan enak dibaca seperti membaca tulisan esai di media Tempo (mungkin memang dia ini sering baca majalah Tempo saat pertamakali belajar menulis untuk media).
Dan pada akhirnya saya akan menyudahi tulisan ini dengan kabar bahagia:
Bukunya yang berjudul Kepada Jauh yang Dekat, mulai hari ini diumumkan bahwa:
Hmm..
Sepertinya sudah cukup saya bercerita tentangnya (mungkin lain waktu akan kulanjut lagi tulisan ini), selebihnya silakan kamu kepoi saja akun medosnya, atau tulis namanya di mesin pencari gugel. Namanya banyak tertulis di mana mana.
Dia orangnya aktif menulis di media dan menyampaikan isi hati dan idenya kepada publik.
Seperti penulis lainnya, Arief Balla sering merasa gelisah. Tapi berbeda dengan kebanyakan orang, ia aktif menulis non fiksi (jurnal, makalah, dan karya akademisi lainnya) dan di saat yang sama, ia juga sering menulis cerita fiksi, sehingga apa pun yang ia tulis, seperti esai atau opini akan enak dibaca seperti membaca tulisan esai di media Tempo (mungkin memang dia ini sering baca majalah Tempo saat pertamakali belajar menulis untuk media).
Dan pada akhirnya saya akan menyudahi tulisan ini dengan kabar bahagia:
Bukunya yang berjudul Kepada Jauh yang Dekat, mulai hari ini diumumkan bahwa:
Buku Kepada Jauh yang Dekat Diskon 20% selama bulan Juli 2020.
Wow...😱
Kamu, yang belum punya buku ini bisa segera memesannya kepada saya atau langsung kepada penulisnya juga boleh atau melalui tautan di bawah ini? Tentu boleh dengan senang hati, silakan klik. 👇
bit.ly/bukuesai
Sekali lagi, terima kasih dan selamat mengulang hari lahir buat Arief Balla, pemuda inspiratif dari Sinjai, penulis keren, dan dosen Institut Parahikma Indonesia yang sebentar lagi akan meniqa (eh maksud saya mengambil S3nya di luar negeri).😁
Maafkan Bro Arief, jika tulisan ini agak berlebihan semoga bermanfaat buat teman teman yang membacanya.
bit.ly/bukuesai
Sekali lagi, terima kasih dan selamat mengulang hari lahir buat Arief Balla, pemuda inspiratif dari Sinjai, penulis keren, dan dosen Institut Parahikma Indonesia yang sebentar lagi akan meniqa (eh maksud saya mengambil S3nya di luar negeri).😁
Maafkan Bro Arief, jika tulisan ini agak berlebihan semoga bermanfaat buat teman teman yang membacanya.
Comments
Post a Comment