BEBERAPA bulan terakhir ini, waktuku banyak dihabiskan di media sosial. Daripada habis begitu saja, maka saya ingin menggosipi media sosial itu di sini.
Macam Macam Media Sosial
Ada beberapa media sosial yang saya mainkan. Di antaranya Facebook (paling sering), Twitter (agak sering) dan Instagram (jarang).
Saya termasuk orang yang masih betah di Facebook. Alasannya sederhana. Masih ada teman Facebook yang saya senangi postingannya.
Beberapa nama akun FB itu saya bisa tulis:
AS Laksana, Puthut EA, Iqbal Aji Daryono, Edi Mulyono, Agus Mulyadi (sekaligus saya sebut Kalis Mardiasih), Kabut, Arief Balla dan Yusran Darmawan. Nama terakhir, saya baru saja berteman di Facebook. Tapi, tiap ada status barunya, pasti muncul paling awal di kronologi saya.
Algoritma Facebook seperti membawa akun yang kita senangi muncul di paling awal saat kita membuka aplikasi besutan Mark Zuckerberg ini.
Nama nama teman FB di atas, saya suka karena postingan postingannya yang runtut meski panjang. Punya nilai dan tentu bermanfaat.
Baca juga: Saya ingin menuliskannya di blog
Masih ada nama lain. Saya suka karena postingannya singkat tapi mengena. Di antaranya Saprillah Syahrir al-bayqunie dan Haeril Kacong.
Ada juga yang senang memposting buku sambil dijual disertai ulasan singkat. Ya, Gunawan Tri Atmodjo.
Selain itu ada penulis yang akhir akhir ini sering muncul di FB. Suka mengulas isu terkini dan seringkali mengeritik pemerintah dengan caranya sendiri, dialah Eka Kurniawan (tapi ini fanpage FB).
Saya masih senang main di Twitter sebab saya bisa menulis dan merangkai ide secara sederhana. Jumlah karakter yang dibatasi menjadi keunikan media sosial Twitter.
Tapi saya menyadari, seperti halnya media sosial lainnya, postingan saya tidak mendapat banyak 'like'. Untung kalau ada satu 'suka'.
Tapi itu sama sekali tidak menyurutkan saya untuk tetap menulis. Sebab alasan saya nulis status di Twitter, tak ingin 'itu' tinggal lama di kepala dan karena 'ada sesuatu' yang ingin saya mengganjal.
Aplikasi ini sebenarnya cocok buat orang yang suka pamer. Itu yang banyak dikatakan orang orang. Sehingga ada banyak akun Instagram 'hanya' dimanfaatkan untuk tujuan itu. Padahal, ya memang.
Instagram, seperti media sosial lain, barangkali bisa lebih bermanfaat jika dipakai buat memperkenalkan karya dan branding diri atau terkait pekerjaan kita.
Instagram menuntut usernya aktif mengunggah foto/gambar. Ini yang disenangi banyak orang. Visual.
Jika ia berupa kutipan atau kalimat motivasi, maka ia mesti dibentuk dalam format gambar atau video.
Nah itulah beberapa media sosial yang ingin saya ulas secara singkat dan suka suka.
Baca juga: Cara menerbitkan buku sendiri dari rumah
Sebaiknya media sosial diisi dengan hal baik, agar bermanfaat buat sesama. Ada baiknya kita saling mengapresiasi di media sosial. Contoh: akun FB & IG Arief Balla mengunggah foto buku yang saya terbitkan dan menandai (akun FB & IG) saya.
Selain karena senang, sehingga saya betah di medsos, namun ada juga hal yang tidak sa senangi di medsos.
Saya menyesal berteman dengan orang orang yang tahunya hanya mengutip kalimat motivasi di akunnya dengan menempel namanya di bawah kutipan itu. Padahal, seringkali ia belum menyadari bahwa kalimat itu telah dikatakan dan dituliskan oleh orang orang terdahulu.
Itu saja.
Comments
Post a Comment