Source: images.lookhuman.com |
SAYA membaca berita di portal online, Saya membaca karya sastra di portal online. Saya membaca karya dari pikiran penulis-penulis, misal Opini atau Esai dari media daring, media online. Dan saya menemukan ada banyak kata typo.
Typo di sini kita artikan sebagai salah ketik.
Banyak sekali media yang saya baca, mempublikasikan sebuah tulisan sedang di dalamnya ada typo. Pertanyaan kemudian muncul, apakah typo ini sudah seringkali muncul ketika alat elektronik semacam smartphone dan laptop belum tersebar luas di Indonesia? Katakanlah pada era tahun 70-an sampai 90-an.
Saya kembali memutar otak. Memikirkan penyebab typo ini muncul, Setelah lama merenung, saya mengambil keputusan lalu berkesimpulan: penyebab typo adalah karena penggunaan layar elektronik (seperti smartphone dan/atau laptop). Sebab di alat itu ada berbagai bermacam warna, dan ada juga berbagai macam hal pengganggu fokus pikiran, seperti banyaknya tab yang terbuka untuk mengerjakan hal lain (misal: membalas chat, membaca status terakhir, atau hanya sekadar mengunjungi informasi informasi yang sejatinya tidak penting untuk diketahui).
Kasus typo ini, tak bisa dibiarkan begitu saja. Sebab jika menjadi kebiasaan, maka kualitas tulisan akan turut dipengaruhi oleh adanya typo ini. Bisa jadi, pembaca menjadi gagal fokus ketika mendapati tulisan typo, sehingga pembaca akan sulit memahami tulisan itu. Alih-alih jika pembaca masih ingin tinggal membaca tulisan sampai habis, bagaimana jika pembaca yang tidak suka typo? Baru menemukan typo, ditinggalkanlah tulisan itu. Katanya, lebih baik tulisan ini saya buang di tong sampah! Penulisnya saja tak mengedit dengan teliti tulisannya, masak harus diberikan kepada pembaca bacaan yang salah salah? Pikirnya begitu.
Masalah
Inilah masalahnya: kita terlalu sering menulis dan biasa langsung mengedit tulisan hanya di layar elektronik. Seperti di layar smartphone atau layar laptop. Lalu mengirim tulisan kita ke media/penerbit.Tak seperti penulis penulis dulu, yang menggunakan mesin tik untuk menulis dan ketika selesai, tulisannya langsung bisa di-edit. Karena tulisannya secara otomatis tercetak di selembar kertas. Jadi pembaca akan lebih fokus pada tulisan.
Jalan Keluar
Untuk meminimalisir adanya typo pada tulisan, hal yang bisa dilakukan adalah langsung mencetak (print out) tulisan kita, lalu dibaca dengan teliti di atas kertas. Sebelum dikirim ke media/penerbit.
Karena di zaman modern seperti ini, tak mungkin kita harus mengambil mesin tik lagi untuk mengganti fungsi smartphone atau laptop dalam mengetik/membuat sebuah tulisan. Karena alat teknologi dalam menulis itu banyak, tapi ketahuilah bahwa tak semuanya bisa memberikan manfaat.
Setidaknya, jika Anda punya perspektif lain tentang typo, mari kita diskusikan. Semoga saja tips ini bermanfaat.
Comments
Post a Comment