Gegara henpon kerenmu pula, kau memperlihatkan yang seharusnya tak terlihat. Di depan mata maya. Saya tahu, imajinasimu terlalu liar, anganmu lebih bijaksana daripada novel yang kubaca.
*
Dan kini saya harus pura-pura tutup mata, tak pernah tahu makna lirik lagu di henponku yang selalu kau putar dulu, hingga kini, dan aku pun masih setia mendengarnya. Tapi, dengan linangan airmata.
Seharusnya detik ini saya memosting tulisan ini di dinding fb-ku, tapi aku takut kau keliru menanggapi, sehingga aku posting di blog. Semoga suatu saat kau membacanya, dan kau harus (benar-benar) tahu, betapa pecemburunya aku terhadap kau yang masih setia membolak-balik kenangan masa lalumu.
*
Mungkin aku galau. Ah, tidak. Aku baik-baik saja. Buktinya aku bisa duduk di posisi ini dengan nyaman selama berjam-jam. Ah, lebih baik kuhabisi cerpen ini: http://wp.me/phEnv-2g1
*
Kau harusnya tahu, aku paling tidak suka jika kau menghubunginya atau pun sebaliknya. Sebab saat ini aku hadir hanya untuk membantumu. Jangan sampai pada suatu ketika kau benar-benar kehilangan seseorang yang paling kau butuh, hanya karena kau tahu sesuatu tapi kau lambat merealisasikannya, pada mata, pada hati dan pada perlakuanmu terhadap hatiku. Sungguh aku tak bermental baja seperti yang selalu aku tampakkan dihadapanmu. Aku tak berani. Aku sendiri. Dan aku bukan sesiapa tanpa puisi dari kau.
__
Warkop Dg. Sija, Antang Makassar, 1 Ramadhan 1437 H.
Comments
Post a Comment