Skip to main content

Posts

Typo

Source: images.lookhuman.com SAYA membaca berita di portal online, Saya membaca karya sastra di portal online. Saya membaca karya dari pikiran penulis-penulis, misal Opini atau Esai dari media daring, media online. Dan saya menemukan ada banyak kata typo. Typo di sini kita artikan sebagai salah ketik.  Banyak sekali media yang saya baca, mempublikasikan sebuah tulisan sedang di dalamnya ada typo. Pertanyaan kemudian muncul, apakah typo ini sudah seringkali muncul ketika alat elektronik semacam smartphone dan laptop belum tersebar luas di Indonesia? Katakanlah pada era tahun 70-an sampai 90-an. Saya kembali memutar otak. Memikirkan penyebab typo ini muncul, Setelah lama merenung, saya mengambil keputusan lalu berkesimpulan: penyebab typo adalah karena penggunaan layar elektronik (seperti smartphone dan/atau laptop ). Sebab di alat itu ada berbagai bermacam warna, dan ada juga berbagai macam hal pengganggu fokus pikiran, seperti banyaknya tab yang terbuka untuk m

Sajak-Sajak Appa Sulappa

Empat Elemen dalam Tubuh Manusia yang Menguasainya dalam ber-emosi, ber-ilmu, ber-keinginan dan ber-perilaku . --- empat sajak, appa sulappa Api yang berdiri. dalam rangkaian huruf Arab, ia berarti Alif. Tegak yang memiliki emosi. lumbung utama syahwat dalam diri manusia yang dapat membakar ketika tak ditahan: dengan puasa. * Angin yang rukuk. dalam rangkaian huruf Arab, ia berarti Ha. Berongga yang menggenggam ilmu pengetahuan. medium yang menjalar. ia seperti ilmu yang memberikan pengetahuan pada manusia. ia tak bisa disekap dalam diam. -tetapi ia punya penawar, ketika demikian begitu liar: dengan salat. * Air yang bersujud. dalam rangkaian huruf Arab, ia berarti Mim. Menyesuaikan yang menguasai keinginan. menentukan segala niat. punya sifat tak terduga. yang kadang tenang di permukaan, namun beriak di pedalaman -hanya dapat ditundukkan: dengan membaca dua kalimat syahadat. * Tanah yang duduk. dalam rangkaian aksara Arab, ia adalah Dal. Rendah yang memega

Kata Ayah

ada tempat di sana kita bisa mengambil hikmah menemukan kesadaran sejati sebagai insan berakal ada tempat yang seharusnya ramai,  kian hari memprihatinkan sekali manusia lebih suka ke pusat perbelanjaan, atau mengunjungi bioskop-bioskop ternama yang tak jelas amanatnya di sana sumber ilmu dibiarkan berkerut tubuhnya koyak dimakan senyap tiada lagi dijadikan cerminan ayahku berkata: jika ilmu tak lagi bertahta maka tunggu kehancuran suatu negara --lalu aku berceletuk jadi, jika anak mudanya jarang membaca maka tunggu saja kleptokrasi meraja lela. * ayahku tertawa dan kleptokrator mengikutinya. Gowa, Oktober 2016 *Cat: celetuk: menyela secara spontan kleptokrasi: kesenangan mengambil/menerima penghasilan tambahan dengan cara tak terhormat. Source: www.clipartkid.com

Perpustakaan Digital

masih di sini di depan buku berlatar putih membayangkan sosok dari tokoh yang kubaca bisa hadir di dunia nyata. rentetan buku terhampar di hadapanku bersih, rapi, dan nyaman tempatnya dalam satu genggaman. aku masih di sini di perpustakaan tempatku berbakti pada dunia global, lokal, dan diriku sendiri. Source: www.metabod.com/ Source: www.asapglobe.com/

Ainun

Aku ingin pulang malam ini Menemuimu. Ah bukan, Aku hanya ingin hujan. * Aku ingin kembali merindukanmu Kini aku membiarkan tubuhku dipeluk dinginnya hujan. Itu yang kulakukan, demi menahan perihnya Tak berjumpa denganmu- Malam ini. 2016 Her smile

Pena Malam Ini Tak Ingin Berhenti Menuliskan Titahnya

Setidaknya, saya hanya ingin menitipkan kata kata hari ini  karena saya yakin seyakin yakinnya hidup kita takkan abadi.  Meski dalam mimpi.   Source : www[dot]clker[dot]com

Sang Penulis Sejati

Menuliskan bumi untuk dipijak manusia dan alam Menuliskan langit sebagai pelindung bumi Menuliskan dunia dan akhirat sebagai konsekuensi Menulis mimpi nyata pada sebuah kalam Ada tanda-tanda yang diberi kata sandi Ada ungkapan-ungkapan menjelma suara Ada syair rahasia yang ditulis dengan pena Ilahi Tersurat dan tersirat di alam dunia Yang hanya mampu dinalar oleh manusia pemilik akal Yang hanya mampu ditelaah oleh manusia pemilik hati Yang hanya mampu diterjemahkan oleh jiwa-jiwa perindu ilahi Maka bacalah; IQRA' Semua saling terkait dalam bingkai harmonisasi Untuk mencipta keseimbangan atmosfer bumi Bumi untuk manusia Alam hanya menjadi unsur penyelaras dalam kesempurnaan mamusia Maka berpikirlah; "Sudahkah kita membaca tulisan dari Sang Penulis Sejati?" Tanyaku, dalam kehingan di sepertiga malam. source : www[dot]therealwriter[dot]com Gowa, 4 Juni 2015 *Puisi ini pernah dimuat di Rubrik KeKeR Harian Fajar, 13 Juni 2015

Skenario Tuhan

Saat formulasi kata terurai dalam bingkisan kisah Yang terbalut kertas kusam berwarna merah Ada skenario rahasia yang sengaja dicipta Lewat tokoh nyata diantara Tuhan, dia dan kita Inginkah hati mengejewantahkan cerita Sekiranya ada cinta yang membawa derita ? Yakinlah itu hanya sebuah dinamika kisah nyata Telah termuat dalam kitab dan skenario-Nya Yang telah dimulai oleh Adam dan Hawa sejak dahulu kala Gowa, 19 September 2015 source : www[dot]mynewhitmanwriters[dot]com

Penantian

hitunglah satu persatu air mata yang jatuh bercucuran di pipimu ia bagai mahkota sendu yang meramu pilu sebab jiwa tersapu malu maka lenyaplah penantian itu jika kaupilih aku jangan biarkan resah nan ragu menyelimutimu yakinlah, kau kasihku pada Tuhanmu jualah aku mengharap. Gowa, 09 September 2015 Source : abstract[dot]desktopnexus[dot]com

Benteng Ujung Pandang

Empat abad berdiri kokoh di tanah Gowa Megah dengan tembok batu padas raksasa Sebagai markas pertahanan daerah Menjaga mahkota ‘emas’ sang raja Agar tak beralih ke tangan penjajah. Benteng eksotis menyimpan bukti sejarah Perlawanan kerajaan Gowa-Tallo dahulu kala Benteng berbentuk penyu raksasa Kuat di darat juara di laut, filosofinya. Empat kaki mencengkeram tanah Dengan kepala menghadap muara Tampak jelas formulasi berganda Siaga melahap penjajah sumber daya. Benteng Penyu, benteng Ujung Pandang Masih kekar berdiri hingga sekarang Menjadi situs peninggalan para pahlawan Bagi generasi muda dan kaum pendatang. Lantangkan namamu, bahwa kau  benteng Ujung Pandang Bukan Fort Rotterdam.  Sebab Nederland, sudang lama berpulang. Makassar, 13 Juli 2015 Source abstract[dot]desktopnexus[dot]com

Kisah yang Belum Sempat Kutulis

Aku punya kisah yang belum sempat kutulis Masih tesimpan rapi di dalam hati. Aku mencoba mendiamkannya Mencari saat tepat untuk bisa mengangkatnya lewat puisi. Tapi sekali kucoba menuliskannya, hilang semua Yang Maha Ada. Aku masih tak dapat menuliskannya, bahkan dengan tinta sebanyak air di lautan Dengan pena seluruh reranting yang patah. Tak mampu aku membahasakannya. Aku masih berada dalam renungan dalam tentang-Mu. Saat-saat dingin merobek sisi terluar dari kulitku Dalam perjumpaan yang menggairahkan pada setiap malam Aku hanya tertunduk dengan pena yang masih terselip di antara ibu dan telunjuk jariku. 2016 Source : clipartkid[dot]com

Tak Terdengar

Aku harus diam di balik tetesan hujan sore ini Meski dingin terus menyergap hati Saat rangkaian senyum tak pernah terurai Aku harus diam dan menyendiri dalam sepi Sambil menari nari bersama angin bahari Aku harus diam saat khayalku mulai terprovokasi Atas bisikan angin yang ingin membawaku pergi Aku harus diam meski kutahu semuanya palsu belaka Hanya retorika yang tak sampai logika Aku harus diam saat kusadar pilihanku ternyata salah Bahkan dalam kebisuanku, mereka berbahagia Nangkring jadi penjabat daerah! Kini aku bisu karena dibisukan. 2015 Source : noisetrade[dot]com

Film yang Belum Selesai

aku sedang membayangkan kau sedang berada di pemutaran film ini disaksikan oleh banyak pasang mata beradu dalam pergolakan darah yang tak berkesudahan. seketika kau tersenyum. tapi kau enggan berbalik ke arahku aku memanggilmu dari balik layar bioskop ini tapi kau tetap setia memainkan peranmu. aku pun masih setia dalam kesabaranku sesabar menanti selesainya tokoh yang kau wakilkan hingga ketika kau membuka tirai itu petanda selesainya film, lalu matamu memeluk seluruh kursi di hadapanmu. dan kau mendapatiku.  tidak lagi menemui saya. April, 2016 Source : beliefnet[dot]com

Perhatian Tak Cukup dengan Menulis (Status)

Perhatikanlah seseorang yang memerhatikanmu. Sebab sekali saja kau tidak berbalik ke arahnya, maka ia akan marah.  Marahnya adalah ungkapan bahwa ia peduli. Sebuah pembuktian itu perlu. Jika kau punya pasangan, dan ia sedang ada jarak denganmu, maka perhatikanlah ia. Ia ingin tahu, kau baik baik saja di sana? Ya, meski kau seorang penulis, mungkin, kau tetap perlu memerhatikannya. Bukan dengan sibuk menulis dan membaca. Itu bukan alasan yang ber-perasa-an, baginya. Ya, bagi pasanganmu. Ia akan tetap menanti perhatian dalam bentuk nyata. Saat suaramu benar benar menggetarkan hatinya dan seketika itu di dalam hatinya ia berkata: "Alhamdulilllah.. ia baik baik saja." dengan senyum lega ia juga sesungguhnya sedang berdoa untukmu. Mamuju, 3 Juli 2016 Source : mgp[dot]me

Inilah Isi Tas MgP

AKU selalu membawa orang-orang cerdas di dalam tasku, sesekali mereka kuajak bercakap satu per satu. Ini yang membuatku tak pernah sepi, saat jauh darimu. Mereka -penenang saat rinduku padamu bertamu- telah menjelma jadi buku.  #MgP Source : wheretoget[dot]it

Seuntai Kata tentang Jarak, untukmu yang Menyimpan Rindu

"Jika kepulanganmu ke kampung halaman adalah hal baik untukmu, maka pulanglah, jangan tunggui aku yang tak jelas ini. Sebab keluargamu lebih membutuhkanmu daripada aku, meski aku selalu berdusta dalam hal seperti ini. Jika kesepian merenggut batinmu, maka tulislah puisi indah atas namaku di dalam diarymu dan jangan ditahan air mata itu jika ia meronta ingin keluar. Sebab hanya dengan itu kau mengobati sepimu, saat aku belum sempat hadir merangkai cahaya, membalut sepi dengan sentuhan hangatnya cerita terbaru yang kusiapkan untuk kau dengar. Kau seharusnya berterima kasih atas perpisahan sementara ini, karena antara kau dan aku sama-sama tak ditakdirkan untuk mengetahui apa maksud Tuhan di antaranya -yang kita berdua tahu- punya sifat (Yang) Maha Tahu. Sebab sebaik-baik jarak adalah permainan pikiran. Kau bisa meminta pikiranmu untuk melukis rindu, sepi, keduanya atau tidak keduanya. Dan kelak pasti kauakan tahu rasanya saat kita disatukan kembali dalam sebuah pertemu

Seuntai Kata tentang Jarak, untukmu yang Menyimpan Rindu

"Jika kepulanganmu ke kampung halaman adalah hal baik untukmu, maka pulanglah, jangan tunggui aku yang tak jelas ini. Sebab keluargamu lebih membutuhkanmu dari pada aku yang membutuhkanmu, meski aku selalu berdusta saat dalam hal seperti ini. Jika kesepian merenggut batinmu, maka tulislah puisi indah atas namaku di dalam diarymu dan jangan ditahan air mata itu jika ia meronta ingin keluar. Sebab hanya dengan itu kau mengobati sepimu, saat aku belum sempat hadir merangkai cahaya, membalut sepi dengan sentuhan hangatnya cerita terbaru yang kusiapkan untuk kau dengar. Kau seharusnya berterima kasih atas perpisahan sementara ini, karena antara kau dan aku sama-sama tak ditakdirkan untuk mengetahui apa maksud Tuhan di antaranya -yang kita berdua tahu- punya sifat (Yang) Maha Tahu. Sebab sebaik-baik jarak adalah permainan pikiran. Kau bisa meminta pikiranmu untuk melukis rindu, sepi, keduanya atau tidak keduanya. Dan kelak pasti kauakan tahu rasanya saat kita disatukan k

Jurusanmu adalah Takdirmu

KADANGKALA takdir juga ditentukan di mana (jurusan) kita lulus. Walau harapan awal tak sepenuhnya berada pada pilihan itu. Ini membuktikan, sepertinya ada "tangan" lain yang berperan penting. Urusan pendidikan di perguruan tinggi, akan membawa dampak dengan derajat manusianya jadi lebih tinggi (disegani di hadapan orang sekitarnya dan di hadapan Tuhannya. Tidak termasuklah bagian mereka yang disegani karena memeroleh jabatan tinggi-itu segan yang palsu). Ini tergantung pada manusianya: Berapa banyak buku yang ia "baca" dengan penuh konsentrasi dan ia mampu me"nulis"kannya. Saya pikir demikian. * Saya pernah merasakan saat pengumuman tiba, namaku dinyatakan: "Maaf, Anda tidak lulus." Saya pikir selain karena kesalahan penempatan jurusan, juga karena doanya orang-orang yang dekat denganku hari ini. Upaya terbaik-setidaknya menurut saya-adalah dengan selalu menulis apa pun yang kita rasakan. Entah itu karena lulus atau pun belum lulus. * Se

Diam dalam Dosa

Liang derita di batu nisan Tak bergerak; diam Penuh bisu dalam keheningan. Aku teringat akan dosa Saat tubuh tak bergerak; kaku Dalam lantunan suara adzan. Yang memanggil Begitu syahdu Begitu peka Tuk menolong diri dan jiwa Akankah aku berpindah Dari tempat duduk manisku saat ini? Atau terus berbuat Tanpa mengerti makna Dari sebuah pesan Yang baru saja terdengar Oleh indra dari Sang Pencipta? Sungguh aku berdosa!                               Mei 2015 Source :  www.deoluakinyemi.com

Persetujuan yang Tak Akan Pernah Kusetujui

Gegara henpon kerenmu pula, kau memperlihatkan yang seharusnya tak terlihat. Di depan mata maya. Saya tahu, imajinasimu terlalu liar, anganmu lebih bijaksana daripada novel yang kubaca. * Dan kini saya harus pura-pura tutup mata, tak pernah tahu makna lirik lagu di henponku yang selalu kau putar dulu, hingga kini, dan aku pun masih setia mendengarnya. Tapi, dengan linangan airmata.

April di Ibu Kota Sulsel

ini bukan soal reklamasi Pantai Losari atau tentang "TPA Bintang 5" ini masalah kedaerahan yang tak pernah rampung atas pandangan yang tak pernah saling pandang. jika para wakil rakyat berkata; “kita tidak jadi meraih anggaran 10 persen maka apa pula yang bisa dibangun?" Pak JK hanya menjawab: "lupakan bangun-membangun mari perbaiki moral masyarakat yang lagi sakit dan hampir sekarat."                                         April, 2016 Sources: cdn.tmpo.co

Celana (Nya) Basah

Aku tak punya celana. Olehnya itu aku ingin memakai rok Agar mudah mengangkatnya Ketika ingin pipis di jamban. Tak seperti kau, Aku bagai mayat yang berjalan Di atas orang-orang saleh yang beriman Mengerjakan salat dan berceramah ke mana-mana Tapi lupa akan satu hal, ibadahku selalu gagal mengantarku pada ketenangan dan kerendahan hati. lalu kau membisikku satu kalimat; "Hei bung, percikan air kecilmu menyentuh celanaku."                                                                                April, 2016 Sources : http://static.independent.co.uk/

Perempuan Jeneponto

kita bersua lewat suar di dunia datar kita sering mengumbar kemesraan                  di depan mata para pengantin baru. kau hendak kupersunting bersama seluruh lemari berisi pakaianku. kau bukan dari golongan bawah maharmu lebih besar dari bukit yang kaumiliki lalu kesunyian kan mempertemukan kita pada hari indah itu,  di hadapan wali dan penghulu. kita menulis buku baru sambil berucap ikrar.                                                                  April, 2016

sajak mata-mata

sources : pinterest.com S eseorang melihatku dari kejauhan dengan matanya. ketika aku berjalan kaki menuju teras rumahnya. di matanya ia bercerita: ada rumah yang belum selesai dilunasi. ada pinjaman yang terus tak terbayarkan. A ku mendatangi matanya lalu kulempari ia dengan kata-kata: kau terlalu peduli dengan dosaku. biar aku yang membayarnya. Dasar, mata-mata yang tak bermata!                                                                                            April, 2016

MgP's word in 2016

karena tak selamanya mimpi dapat terbeli dengan sebuah kantuk dan tidur yang pulas! kesia-siaan dalam hubungan adalah menghabiskan waktu untuk terus bertengkar satu sama lain dalam hal yang tak penting. karena kesiapan tidak hanya menuntut sebuah kebiasaan dan pengalaman tapi juga kedewasaan yang dibangun dari dasar penjiwaan atas diri sendiri. menanti jatuhnya jarum jam pada angka yang lebih besar hanya membuat pribadi menjadi tak ternilai. tapi menghabiskannya dengan terus menggerakkan pena adalah sesuatu yang cukup sederhana namun ia telah menghentikan nafas dalam sebuah proses penantian. kadangkala langit perlu menyetubuhi bumi agar manusia tahu bahwa ternyata ada gelap yang menanti dekapan dari sang rembulan. #MgP 2016

Kepada Mata (hari)

Malam hari kau cerah, siang hari matamu senyap. Ternyata kau ditelan hujan, siang tadi. Aku mencarimu di dalam hujan. Ternyata kau terbaring memeluk bumi.                                                                   (Gowa, 2016)

Kiriman Gambar Buku The Poetic Critique dari Jakarta

Kumpulan Puisi M. Galang Pratama, The Poetic Critique di tangan pembeli pertamanya. The Poetic Critique  (Gambar-gambar: Take by  Andi Abri Anto , Jakarta, 07/03/2016) "Menanti, sembari sarapan "menyantap" buku dari saudara MgP " The Poetic Critique ". Wait my book too bro!!!" Tulis Andi Abri Anto di akun Facebook miliknya. Terima kasih atas kiriman gambarnya, sobat Andi Abri Anto. Saat ini kau (The Poetic Critique) sudah mengudara di Jakarta. Tepatnya di Terminal B5 Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia.   Semoga hadirmu dapat bermanfaat bagi sesama. 

Albert Einstein's Biography

Albert Einstein  Albert Einstein was born at Ulm, in Württemberg, Germany, on March 14, 1879. Six weeks later the family moved to Munich, where he later on began his schooling at the Luitpold Gymnasium. Later, they moved to Italy and Albert continued his education at Aarau, Switzerland and in 1896 he entered the Swiss Federal Polytechnic School in Zurich to be trained as a teacher in physics and mathematics. In 1901, the year he gained his diploma, he acquired Swiss citizenship and, as he was unable to find a teaching post, he accepted a position as technical assistant in the Swiss Patent Office. In 1905 he obtained his doctor's degree. During his stay at the Patent Office, and in his spare time, he produced much of his remarkable work and in 1908 he was appointed Privatdozent in Berne. In 1909 he became Professor Extraordinary at Zurich, in 1911 Professor of Theoretical Physics at Prague, returning to Zurich in the following year to fill a similar post. In 1914 he was appoi

Ketika The Poetic Critique Berbicara

Namaku, The Poetic Critique Aku adalah kumpulan sajak, beberapa quote dan sehimpun gambar pilihan yang -mungkin- tak cukup penting bagimu: sebab aku merupakan 'buah tangan' pertama yang lahir menjadi buku dari penulisnya. Sehingga, tak ada harapan yang aku butuhkan selain kritikan darimu. Aku telah dibebaskan lahir dan kau sesuka hati dapat menyentuhku: silakan dikritik aku secara habis-habisan demi penyempurnaanku kelak ketika aku bertambah dewasa. -kalau aku dibakar, mungkin itu terlihat aneh. Tapi itu cukup mujarab untuk menggantikan aku seketika menjadi abu, Daripada aku dibiarkan saja tanpa dibaca, tanpa disentuh, dan hanya debu yang memeluk tubuhku. Lalu perlahan demi perlahan rayap pun berhasil menguliti tubuhku dengan sempurna. Tapi, tahukah kau? di saat itu aku sangat menderita. Sehingga aku menganggap lebih baik kau bakar saja aku. Agar aku tak mendapat siksaan yang terlalu lama. bakarlah aku. bakarlah aku. karena aku hanyalah "The Poetic Critique&quo

Sajak Pilu

Penantian telah lama kau tak patrikan coretan jejak baru yang memenuhi labirin-labirin hatiku tidakkah kau lupa kalau aku menunggumu? menanti setiap sayatan yang mengilu. sebab sepi. akhirnya aku kembali memohon padamu dengan sajak-sajak pilu; tiada sisa, arang pun tak sempat jadi abu tancapkan ujung pena itu tepat di dadaku lalu kauteriakkan satu-per-satu untuk membunuhku. jangan dalam sekali kau menusuknya, nanti aku sulit mencabutnya biarkan nafasku tetap mendesah titipkan jeda pada setiap rima yang kaucipta.                                                             Januari 2016

Nusantara Telah Mati

Kala negeri nusantara dirundung sepi Tanah gersang air pun cemar menjadijadi Ubahnya tak pelak berbuat arti sejati Ngelenyeh pun terus menjadi api Pada lubanglubang arteri Tembus pada rongga jasmani diri Entah ada apa dengan negeri ini Orang jahat disayangi Orang baik malah dimusuhi Ke mana jiwa sejati sang negeri Jangan-jangan ia sudah mati Sejak merdeka di hari proklamasi                                                   Juli 2015 *Puisi ini meraih juara IV dalam event lomba puisi yang diadakan oleh penerbit Rumah Kita.

Seperti Debu

hanyalah debu yang rela ditinggal tiada berdaya lagi. hanyalah debu yang rela dicaci-maki tiada harga untuknya. hanyalah debu yang membawa sakit berpeluh kotor dan bau. hanyalah debu yang terus tersapu lalu diterbangkan angin. mungkin kau tak tahu, kalau debu dapat menyucikanmu seperti air yang mengalir di kulit cokelatmu. kini ... hanyalah deru dan debu yang terusir dari getar rasamu ia tak berharga, dan tak pernah dihargai. lalu kau biarkan ia berucap salam terakhirnya. sebab ia kan mati bersama angin yang membawanya pergi dan tak pernah kembali lagi. Gowa, 21-12-15

Maksud Diammu

Kali ini aku merasakan sepi. Sebab sepi yang kurasakan bermuara dari kesalahan kalimat yang kutuliskan pada sebuah pesan. Aku tak mengira. Sebab kesalahan yang sudah berulang kali kusadari dan kuucapkan maaf ternyata tiada guna. Ia masih saja bersikap seperti itu: diam. Bahkan, sampai detik ini telah kuhitung sudah ada sepuluh kalimat yang kukirimkan untuknya. Akan tetapi hasilnya tetap nihil. Tiada respon darinya. Dari sini aku bisa mengambil kesimpulan terhadap sikap diam-nya itu. Pada dasarnya, menurut kamus "cinta" yang pernah kubaca, ketika perempuan diam itu artinya ia butuh pengertian dan butuh perhatian. Tetapi, yang kurang kumengerti dari perempuan yang satu ini adalah cara diam-nya yang tidak biasa. Mungkin saja dia ini sedang mengujiku seberapa kuat "perasaan" berasabarku atas diam-nya itu. Ya. Pikirku masih seperti itu. Hingga akhir. Hingga waktu benar-benar membawa ketenangan sampai ia kembali berbicara. Meskipun jiwaku dilanda kesepian. Tapi, sa

Angan di Alam

desiran air yang menerjunkan hujan menyentuh kulit yang peka atas rangsangan kulihat kupukupu saling pegangan angin dan pepohonan bergelantungan di bawah awan. * kuungkap perasaanku pada pelangi yang seketik muncul selepas hujan bahwa kau terlalu kusayangi untuk kulepaskan begitu saja kenangan bersamamu, senyuman indahmu dan perhatiamu yang rahasia, telah lebih dulu menaruh jiwa di hatiku. lewat puisi. kan kukabarkan perihal satu jawaban yang kaunanti. kalau saja aku tak bisa berada di dekatmu kali ini, jadikan aku pendampingmu di pelaminan nanti.                                                       Parangloe, 17 Januari 2016

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog