curhat emjipi - Sehabis salat isya di rumah, di saat hujan turun di luar sangat derasnya, saya merenung. Hpku sudah jauh dari saya. Di hp itu, hidup berbagai macam wadah maya, yang membuat banyak manusia manusia maya saling bertemu. Ya, wadah itu bernama media sosial. Media sosial yang baru bisa terhubung ketika ada jaringan internet. Apa jadinya media sosial tanpa kuota internet?
Intinya adalah jaringan internet.
Setiap orang saat ini akan begitu merasa sepi, tanpa kehadiran kuota internet. Internet perlu dibeli supaya wadah maya itu berfungsi, dan ia bisa saling terhubung satu sama lain.
Manusia sudah senang menjadi makhluk maya. Banyak cerita ini itu, banyak memotivasi ini itu, pasang status yang seolah olah informatif, padahal tak ada yang benar benar membutuhkan infonya.
Saya - dari jarak 10 meter dengan hp saya itu - terus merenunginya. Di hp itu, yang selalu dan paling pertama saya buka adalah 1. WhatsApp, 2. Facebook, 3. Twitter, 4. Instagram 5. Youtube, dst.. Kita boleh jadi berbeda, media mana yang lebih dulu dan paling sering kita buka, yang jelas, salah satu di antara media maya itu, telah merebut banyak perhatian kita.
Di dunia nyata yang sedang saya alami saat sedang menulis catatan ini, saya merasa senang, karena sedang jauh dari keributan manusia manusia maya.
Saya sengaja mengambil jarak dengan itu semua. Tujuannya cuma satu. Ingin merasakan diri saya berada di luar cengkeraman dunia dalam jaringan internet. Saya ingin merasakan kembali hal hal yang lebih terasa, melihat sesuatu bergerak secara nyata, dan mencium aroma apa pun di sekitar saya.
Setelah beberapa waktu, saya pun sedikit sadar. Sudah sangat banyak mata saya ditutup oleh dunia maya. Tak sedikit telinga saya menutup diri dengan panggilan panggilan di dunia nyata. Ada banyak sekali perhatian yang telah kuabaikan.
Saya baru sadar lagi, orang orang terdekat saya, begitu ingin diperhatikan.
Seringkali, saya hanya memberikan perhatian ala kadarnya. Sebentar saja, bahkan seringkali, memberikan perhatian tidak 100%. Karena apa? Ada hp saya di situ, ada jaringan internet yang aktif. Mata saya melirik ke hp, lalu melirik lagi ke dunia nyata saya. Lalu ke hp lagi, lalu ke dunia nyata di samping saya.
Begitu banyak waktu yang saya habiskan di dunia maya, dan tak banyak perhatian yang saya luangkan untuk dunia nyata saya yang sedang kujalani saat ini.
Nanti kapan? Ada waktunya. Setelah semua pekerjaan rumah beres. Setelah memberikan perhatian penuh pada lingkungan sekitar.
Hal hal yang sering kuabaikan itu, sering muncul tiba tiba dalam benakku kala sedang merenung dan mengambil jarak dengan manusia.
Seketika di hati saya terbesit rasa penyesalan begitu dalam.
Sudah berapa ekor kucing yang saya abaikan saat ia meminta makanan di kala saya juga sedang makan? Sudah berapa panggilan istri yang saya abaikan? Sudah berapa banyak waktu yang saya tidak berikan untuk menelpon orang tua? Menanyakan kabarnya, bercanda dengannya? Atau sekadar bertanya sekaligus memintanya bercerita tentang bagaimana diri saya ini waktu kecil dulu?
Sudah berapa banyak waktu yang kubuang di dunia maya untuk segala hal yang kuanggap penting tapi sebenarnya tidak penting itu???!!
Hah.
(seketika saya menghirup oksigen lebih panjang.. Lalu menghempaskannya)
Akhirnya saya mulai disadarkan lagi dan mengingat, ternyata ada orang yang bisa tidak menggunakan WhatsApp.
Padahal orang ini senang berbagi banyak hal. Terutama dalam dunia tulis menulis, dunia perbukuan dan penerbitan. Yang juga menjadi konsen saya saat ini.
Jadi? Apa langkah selanjutnya yang akan saya jalani? Ya, tentu saja bisa dimulai dengan hal hal sederhana:
mendengar cerita istri, menanyakann apa yang sedang ia rasakan sambil memeluknya dan sedikit mengurut perutnya yang seringkali ia rasa sakit ketika manusia di dalamnya sedang belajar menendang.
mgp
Intinya adalah jaringan internet.
Setiap orang saat ini akan begitu merasa sepi, tanpa kehadiran kuota internet. Internet perlu dibeli supaya wadah maya itu berfungsi, dan ia bisa saling terhubung satu sama lain.
Manusia sudah senang menjadi makhluk maya. Banyak cerita ini itu, banyak memotivasi ini itu, pasang status yang seolah olah informatif, padahal tak ada yang benar benar membutuhkan infonya.
Saya - dari jarak 10 meter dengan hp saya itu - terus merenunginya. Di hp itu, yang selalu dan paling pertama saya buka adalah 1. WhatsApp, 2. Facebook, 3. Twitter, 4. Instagram 5. Youtube, dst.. Kita boleh jadi berbeda, media mana yang lebih dulu dan paling sering kita buka, yang jelas, salah satu di antara media maya itu, telah merebut banyak perhatian kita.
Di dunia nyata yang sedang saya alami saat sedang menulis catatan ini, saya merasa senang, karena sedang jauh dari keributan manusia manusia maya.
Saya sengaja mengambil jarak dengan itu semua. Tujuannya cuma satu. Ingin merasakan diri saya berada di luar cengkeraman dunia dalam jaringan internet. Saya ingin merasakan kembali hal hal yang lebih terasa, melihat sesuatu bergerak secara nyata, dan mencium aroma apa pun di sekitar saya.
Setelah beberapa waktu, saya pun sedikit sadar. Sudah sangat banyak mata saya ditutup oleh dunia maya. Tak sedikit telinga saya menutup diri dengan panggilan panggilan di dunia nyata. Ada banyak sekali perhatian yang telah kuabaikan.
Saya baru sadar lagi, orang orang terdekat saya, begitu ingin diperhatikan.
Seringkali, saya hanya memberikan perhatian ala kadarnya. Sebentar saja, bahkan seringkali, memberikan perhatian tidak 100%. Karena apa? Ada hp saya di situ, ada jaringan internet yang aktif. Mata saya melirik ke hp, lalu melirik lagi ke dunia nyata saya. Lalu ke hp lagi, lalu ke dunia nyata di samping saya.
Begitu banyak waktu yang saya habiskan di dunia maya, dan tak banyak perhatian yang saya luangkan untuk dunia nyata saya yang sedang kujalani saat ini.
Untuk sekadar ngobrol, selalu ada hp di tangan. Pada saat makan, seringkali hp masih dilirik lirik. Ada panggilan penting untuk membantu pekerjaan rumah, eh malah sibuk membaca di hp, hal yang tidak terlalu menjadi kebutuhan. Padahal itu semua tetap bisa dilakukan: nanti!
Nanti kapan? Ada waktunya. Setelah semua pekerjaan rumah beres. Setelah memberikan perhatian penuh pada lingkungan sekitar.
Hal hal yang sering kuabaikan itu, sering muncul tiba tiba dalam benakku kala sedang merenung dan mengambil jarak dengan manusia.
Seketika di hati saya terbesit rasa penyesalan begitu dalam.
Sudah berapa ekor kucing yang saya abaikan saat ia meminta makanan di kala saya juga sedang makan? Sudah berapa panggilan istri yang saya abaikan? Sudah berapa banyak waktu yang saya tidak berikan untuk menelpon orang tua? Menanyakan kabarnya, bercanda dengannya? Atau sekadar bertanya sekaligus memintanya bercerita tentang bagaimana diri saya ini waktu kecil dulu?
Sudah berapa banyak waktu yang kubuang di dunia maya untuk segala hal yang kuanggap penting tapi sebenarnya tidak penting itu???!!
Hah.
(seketika saya menghirup oksigen lebih panjang.. Lalu menghempaskannya)
Akhirnya saya mulai disadarkan lagi dan mengingat, ternyata ada orang yang bisa tidak menggunakan WhatsApp.
Padahal orang ini senang berbagi banyak hal. Terutama dalam dunia tulis menulis, dunia perbukuan dan penerbitan. Yang juga menjadi konsen saya saat ini.
Jadi? Apa langkah selanjutnya yang akan saya jalani? Ya, tentu saja bisa dimulai dengan hal hal sederhana:
mendengar cerita istri, menanyakann apa yang sedang ia rasakan sambil memeluknya dan sedikit mengurut perutnya yang seringkali ia rasa sakit ketika manusia di dalamnya sedang belajar menendang.
mgp
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802