Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Inspirasi

Cara Melapor SPT Tahunan (Pengalaman Pribadi)

JAM MASIH  menunjukkan pukul 08.00 pagi. Jalan di kotaku masih terlihat sepi. Tapi saya sudah berada di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Sungguminasa Kabupaten Gowa. Kantor ini terletak di Jalan Mesjid Raya No. 24, Sungguminasa. Pas baru tiba di kantor pajak ini, saya sudah melihat ada banyak yang antre. Puluhan. Ini kali pertama saya mengurus SPT Tahunan. Ya, sebab saya baru memiliki  NPWP kurang dari setahun. Saya punya dua NPWP. NPWP pribadi dan NPWP perusahaan. Saya lalu bertanya kepada petugas pelayanan pelaporan SPT. Pertama kali, saya ditanya apa sudah punya efin atau belum. Karena baru pertama kali melapor, otomatis saya belum punya. Akhirnya saya pun mengisi kertas kosong yang diberikan petugas untuk permohonan efin. Di dalam kertas itu ditulis nama wajib pajak, nomor npwp, nomor KTP, email dan nomor HP. Ini semua wajib ada. Saat di lokasi, kulihat seorang pria dewasa yang tak punya email, ia pun diminta oleh petugas untuk membuat

Genk Kolombus dan Cerita Lainnya

Genk Kolombus Rabu-Jumat (20-22/3/2019) adalah hari yang tak bisa kami lupakan begitu saja. Ada banyak kesan yang hadir di sana. Ini semacam hal yang tidak kami duga sebelumnya tapi benar benar terjadi. Benar benar bahwa Tuhan akan memberikan rezeki-Nya kepada siapa pun, ketika orang orang betul telah membutuhkannya. Bahkan rezeki itu tak akan pernah kebalik. Selasa, sehari sebelum acara Sosialisasi Program kerjasama Perpusnas RI & DPK Sulsel itu berlangsung, saya mendapat telepon langsung dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan. Ya saya diundang di acara tersebut. Di sini saya perlu menuliskan rasa terima kasih banyak kepada Bunda Nilma, Bunda Amriana, Bunda St. Aliah, dan para pegawai DPK Sulsel lain yang tak saya sebutkan namanya satu satu. (Tapi saya perlu berterima kasih sekali kepada Bunda St. Aliah, karena telah memberikan satu-satunya kunci kamar hotel yang 'single', sebuah kamar yang tempat tidurnya cuma satu, sehingga

Pekerjaan saya

Ketika ketemu dengan teman lama atau keluarga, hal paling pertama yang ia tanyakan adalah tentang pekerjaan. Ya, tentu datang dan ditujukan kepada Sarjana seperti saya. Kalau belum Sarjana tentu pertanyaannya beda lagi. Misal? "Kapan Sarjana?" Itu adalah pertanyaan mainstream . Sejak dulu sudah ditanyakan. Orang seperti itu biasanya memang kurang berkembang. Masa, sejak dulu terus menanyakan itu kepada orang orang yang belum Sarjana. Mungkin pertanyaannya bisa diganti menjadi: "Apa yang saya bisa bantukan?" atau "Ada masalah apa, coba ceritakan." Nah, kalau teman seperti ini patut dipertahankan, karena ia meminta agar dirinya bisa berkontribusi dalam membantu masalah yang kita hadapi. Lain lagi pertanyaan orang orang ketika sudah Sarjana. Apa saja? Seperti ini. "Sudah kerja? Di mana?" Ya itu pertanyaan wajib bagi banyak orang. Dan pertanyaan itu tidak akan pernah selesai, mengalir seperti air, bagai pertanyaan "Kapan Nikah." Yang terak

Artificial Intelligence

Setidaknya menurutku, Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan ini akan sangat bermanfaat. Kita mesti menantikan mereka. Setidaknya mari kita ciptakan robot yang bisa menemukan masalah kemacetan, korupsi, penyebaran narkoba, dan cara agar orang orang bisa dengan mudah berwirausaha menggunakan digital (video, content, writing, design grafis) tanpa harus berpikir mengenai modal terlebih dahulu. Saya M Galang Pratama.

Intinya Inti

PEDULI. Setelah menikah, ada banyak hal yang berubah. Yang paling kentara yakni, kini kita harus ada di dalam masyarakat lingkungan kita berada. Dan kata Bapak itu tidak susah. Intinya saja adalah peduli. Iya.

Sentra Aglaonema Mamuju

Sabtu (02/02/2019) saya dan istri jalan jalan ke Sentra Aglaonema Mamuju. Di tempat ini sangat banyak tanaman Aglaonema. Dan yang punya menjualnya melalui dunia maya. Hebatnya, karena peminatnya yang terjauh sampai di Aceh Tenggara dan Nabire, Papua. Pemasaran hanya dilakukan lewat media sosial seperti Facebook. Juga Akun Youtube. Menurut pengakuan pemiliknya, Daeng Salim ia bahkan kadang tidak sempat menjawab langsung satu per satu pertanyaan dari para peminat Aglaonema dari seluruh penjuru Nusantara. Jika ada yang ingin membeli, langsung dilayani lewat WhatsApp. Silakan buat Anda yang minat, silakan klik tautan di bawah ini. Youtube Facebook WhataApp Sentra Aglaonema Mamuju Sentra Aglaonema Mamuju Tag, #Aglaonema #Aglonema #Aglo #Bunga #TanamanHias

Seperti Bayi

HARI ini, saya dan istri mendatangi sebuah acara aqiqahan di dekat rumah. Cukup jalan kaki ke tempat itu. Namanya saja dekat rumah, ya kan. Sesampai di sana, kami langsung ambil makan lalu duduk sambil menyaksikan hiburan dari nyanyian suara elekton. Lagu yang dinyanyikan adalah dangdut, jenis lagu yang kurang kusenangi. Setelah duduk selama 20 menit, dan menghabiskan makanan, serta pencuci mulut (sambil istriku mencoba kue Surabi, jenis kue campuran terigu dan kelapa yang baru dirasanya), kami lalu masuk ke rumah tuan rumah (memang sejak tadi kami duduk di kursi depan rumah, tempat tamu biasa duduk). Di dalam rumah barulah kami menyalami si ibu bayi dengan amplop. Setelah itu saya dan istri (begitu pun semua orang yang datang), memperhatikan si bayi mungil itu. Melihat pipinya yang tembem, dan gerak geriknya yang bebas menendang apa saja yang menghalanginya. Sepulang di rumah, saya lalu berbaring di tempat tidur. Di tempat tidur saya membayangkan jadi seperti bayi

Berani bermimpi selagi ada modal

Mimpi yang jadi kenyataan Baiklah, saya ingin sedikit menuliskan tentang pengalaman saya yang bermula dari mimpi.  Mimpi tak bisa dilarang. Setiap orang berhak atas mimpinya.  Lima tahun lalu saat saya pertama kali masuk di S1, saya mulai mengakrabkan diri dengan tulisan. Mulai dari menulis artikel di media massa hingga menulis sajak singkat di buku catatan harian. Tahun itu menjadi amuk besar emosi saya. Pasalnya saya sangat pusing saat itu untuk mengetahui di bidang apa passion ku berada. Bakatku masih abu-abu kala itu. Dua tahun pun berlalu. Kepenulisan saya mulai berkembang. Hal itu ditandai dengan aktifnya saya menulis, termasuk mengirimkan tulisan ke media massa lokal -dan dimuat-, serta rampungnya buku pertamaku berjudul "The Poetic Critique." Di tahun yang sama saya juga menerbitkan buku "Senandung Rindu" kolaborasi bersama penulis Ainun Jariah, yang kini jadi istriku. Saya bersyukur sebab bisa ditunjukkan bakat ini. Ya, bakat menulis, termasuk mengedi

"Apa Kau Tak Lihat Lampu Itu Hijau?"

"Kenapa masih berhenti? Ayo jalan!" Barangkali itulah kalimat yang dipendam oleh orang orang yang sengaja membunyikan klakson ketika lampu lalu lintas baru saja menyala hijau. Saking terburu burunya, barangkali lagi, ia mengira bahwa pengguna jalan di depan akan tetap singgah berlama lama sambil menunggu lampu merah berikutnya. Apa iya? Haruskah ada orang yang rela diterkam panas matahari atau disergap dingin hujan yang lebih lama di bawah lampu lalu lintas? Apa ada? Semua orang pasti akan melaju, sayang! Masa ada yang mau habiskan permainan mobile legend-nya di 'lampu merah'? Ya manusia, yang punya otaaak. Nah begini saja. Pertama, jangan biasakan menyentuh klakson saat di lampu merah. Kedua, pikirkan, apa ada yang mesti lebih didahulukan dengan segera dibanding "ada kompor yang lupa dimatikan" atau "ada penagih utang yang sudah sejak lama berdiri di depan pintu rumah", ataukah lagi "ada anak gadis yang sudah meronta ront

Guru Favoritku Itu Bernama Ibu Munasiah

Ya, namanya Ibu Munasiah. Guru Biologi SMPku. Inilah guru favorit yang mengajarkanku banyak hal. Mulai dari apresiasi (pentingnya menghargai potensi siswa) hingga memberikan apa yang siswanya butuhkan. Ia dapat mengajar berapa jam pun di kelas, dan tak satu pun siswa yang bosan. Pengalaman bersamanya tak terlupakan meski 10 tahun berlalu. Pernah suatu ketika, waktu itu adalah saat saat sedih di sekolahku itu. Saya harus pindah ke Mamuju, Sulawesi Barat untuk mengikuti ibu yang diangkat jadi guru tenaga kontrak di sana. Singkat cerita, acara perpisahan pun dimulai di sekolahku. Ada Ibu Munasiah yang memandu. Setiap siswa diajak menuliskan di secarik kertasnya sebuah pesan dan kesan tentang saya. Perpisahan pun betul betul terjadi. Dan itu terjadi secara tiba tiba. Sebab tak ada kabar satu minggu atau sebulan sebelumnya kalau saya akan pindah.  Saya bukanlah siswa yang berprestasi saat itu, bukan pula ketua kelas, tapi saya mendapat perlakuan yang luar biasa dari ibu gu

Ketika Temanku Bertanya, "Kenapa Kamu Menikah?"

BARU BARU ini, ketika sedang bersantai di depan sebuah gedung bersama teman teman, kami mendiskusikan masalah pasangan dan jodoh. Saat asyik bercengkerama, tiba tiba salah seorang di antara mereka bertanya kepada saya: "Atas dasar apa kamu menikah? Bagi tipsnya dulue." Seketika kujawab, "Silakan tunggu buku saya tentang pernikahanku." Dia langsung diam, dan melanjutkan belajarnya. ___ Di sini, saya cuma mau bilang begini. Kau tak bisa meminta tips pernikahan yang baik, atau bagaimana cara bisa menikah dan menjalaninya dengan baik kepada setiap orang yang baru menikah. "Setiap orang punya jalan jodohnya sendiri sendiri." Saya tak bisa memberikanmu sebuah motivasi, laiknya saya seorang motivator. Barangkali yang bisa saya berikan adalah kisah yang saya jalani dan lakukan selama ini, dan itu baik kiranya kalau kau membacanya melalui tulisan tulisanku. Bukan lewat ucapanku langsung. Menjadi motivator itu.. Saya tak sanggup menerima

Waktu Cepat Berlalu

YA , sesuai judul tulisan ini. Hari ini, waktu memang terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa, senin datang lagi. Dan Minggu berlalu begitu cepat. Sama seperti hari Jum'at. Antara Jum'at yang satu dengan Jum'at berikutnya terasa seperti cuma sehari. "Deh, tidak dirasa waktu, senin mi lagi. Jum'at mi lagi. Deh cepat na waktu." Gumamku kadang di hadapan teman-teman. Dan rupanya, bukan cuma saya yang merasakan. Tapi yang lain pun demikian. Pertanyaannya. Kok bisa? Nah, itu dia.  Baru baru ini, seperti pengalamanku Jum'at kemarin, saya kembali merasakan hal itu. Tepat seusai salat Jum'at.  Hal paling sering yang kulakukan ketika habis Jumat yakni berdiam diri di masjid. Bukan karena ingin berzikir, tapi karena satu hal. Ingin melihat semangat anak anak memperebutkan makanan berupa roti yang dibagi pengurus masjid kepada jemaah. Ini terjadi tiap Jum'at di masjid Nurul Aqsa' Kallongtala', Gowa. Sepulang dari masjid

AKHIR BULAN YANG BERAKHIR PENUH DEBAR

Tak seperti bulan bulan sebelumnya. Ada yang berbeda di penghujung Agustus ini. Yang paling terasa adalah persoalan keuangan yang semakin hari makin menipis. Bahkan boleh dibilang sempat minus. Proses panjang kini sedang kami tempuh menuju ... ya semoga (masa depan yang cerah). Memang tak mudah dalam merintis. Berbulan bulan merasakan "kepahitan". Banting tulang mengerjakan banyak hal sekaligus. Memikirkan berbagai macam bidang. Sehingga efek seperti denyut di kepala kadangkala terasa sekali. Mulai awal Agustus ini hingga menjelang penghabisan yang penuh debar. Bahkan tanggal 30, semuanya menjadi puncak. Kemarahan, debar dan air mata sempat terasa. Bahkan pengeluaran terus mengalir deras tiap hari. Pemasukan nihil 1 rupiah pun di akhir itu. Banyak yang belum terbayar! Semuanya datang secara bersamaan. Tapi, lantas aku mesti marah pada dzat yang maha mengatur? Tentu tidak. Aku terus mengikuti skenario yang sedang diberikan untuk keluargaku dan untuk diriku secara pribad

MIMPI YANG DIWUJDUKAN BARU SETELAH NIKAH

INI BERMULA sejak tiga tahun lalu, tepatnya 2015 silam. Saat itu saya dengan semangat semangatnya menulis dan mencari tahu apa itu dunia kepenulisan (dan juga pada akhirnya, dunia perbukuan). Tiga tahun sebelumnya, saya membikin blog pertama saya. Saya curahkan segala isi hati lewat wadah itu. Dari situ saya belajar berproses. Akhir 2015, buku pertama saya terbit di salah satu penerbit indie di Jogja. Bukan waktu sebentar menyiapkan semua penerbitan (dan biaya) buku perdana saya untuk terbit kala itu. Sebelum akhirnya terbit di Garudhawaca, naskah kumpulan puisi saya itu saya kirimkan ke salah satu penerbit indie yang saya kenal lewat sebuah event kepenulisan berhadiah paket penerbitan gratis di FB (dengan syarat buku antologinya itu harus dibeli lagi setelah terbit). Di belakang hari, ternyata naskah buku saya tidak diacuhkan. Bukan hanya itu, setelah saya susah payah membuat cover buku saya sendiri dan belajar mengeditnya, rupanya setelah buku dikirim ke saya, nomor ISBN y

Menjenguk Kenangan di MTs Aisyiyah Sungguminasa Gowa

Galang dan Ainun di SMP/MTs Aisyiyah Sungguminasa Gowa, 16 Juli 2018 Foto : Siswa MTs Kelas VII/TN Tahun Ajaran 2007/2008, saya mulai masuk di SMP/MTs Aisyiyah Sungguminasa. Ya, sekolah ini menjadi batu loncatan bagi saya, sebab menemukan seorang guru baik bernama Pak Sudirman (Guru Mapel Matematika, yang baru hari ini saya ketahui kalau beliau sudah pensiun, tapi masih tetap mengabdi) dan Ibu Munasiah (Guru Biologi yang sekarang menjabat kepala perpustakaan sekolah ini). Asal mula saya menyenangi ke dua mapel tersebut berkat dua guru itu. Saya masih ingat ketika masih duduk di kelas VII, ketika pelajaran berlangsung, tiba tiba saya mendapat panggilan oleh seorang siswa kelas IX. "Kamu dipanggil sama Pak Sudirman," katanya. Saya heran, guru itu adalah guru senior dan sangat disegani oleh siswa di sekolah ini, tapi saya dipanggil oleh beliau untuk datang ke kelasnya. Kala itu beliau mengajar Matematika di kelas IX. Sesampai di kelas saya pun seketika diberi kap

Apa Saja yang Bisa Kau Tulis?

Setelah di postingan sebelumnya saya menulis "Bagaimana Cara Mulai Menulis" , kini saya akan mengulas sedikit jenis tulisan apa saja yang bisa kau tulis. Setidaknya ini yang pernah saya lakukan. Source: Oxford Dictionaries Setelah kau membaca, tak akan kau temukan lagi pekerjaan lain yang lebih mudah selain menulis. Sebab kita semua terlahir sebagai penulis. Menulis kadang terasa sulit ketika kita tidak tahu tujuan untuk apa kita menulis. Jika aku ditanya demikian, maka akan kujawab sederhana saja, menulis saja dulu.  Seperti apa jenis tulisan yang pernah kubuat? Silakan simak sampai tuntas. *** Malamku selalu menjadi malam yang sangat panjang. Aku ingin menceritakannya, tapi nanti. Sekarang aku hanya ingin bercerita sedikit saja. Sejak awal-awal aku mulai serius belajar menulis tiga tahun lalu. Jenis tulisan yang pernah kubuat yang bisa kau tiru atau pun tidak, yaitu: Reportase Contoh Reportase/Citizen Journalism Aku pernah menulis reportase ten

Ramadan Kali Ini

Ramadan kali ini, saya tidak sendiri lagi. Momen bulan ramadan bagi masyarakat beragama Islam adalah agenda terpenting tiap tahunnya. Bulan inilah yang menjadi petanda akan hadirnya kekuatan spiritual yang melanda setiap jiwa jiwa yang beriman. Ada hal yang utama di bulan ini yang tidak boleh terlewatkan. Berkumpul bersama keluarga, merupakan hal yang paling dinantikan, baik di awal memasuki bulan puasa, maupun di akhir ramadan atau tepat di malam lebaran. Keluarga menjadi satu-satunya penanda bahwa setiap hati memiliki gejolak rindu yang mesti dipatuhi. Oleh karenanya, jika awal sahur dan berbuka (puasa), hanya dijalani seorang diri, kemudian hingga hari lebaran tiba, tetap masih sendiri, sungguh itu kecelakaan yang pasti. Tentu kesepian akan merenggut batinnya. Begitu pentingnya keluarga di bulan ini, kurang satu saja anggota keluarga, maka seisi rumah akan terasa seperti ada yang hilang. *** 1 Ramadan 1439 H, saya tidak sendiri lagi. Jika sebelumnya saya pernah mer

Sebuah Perjalanan

Aku belum memahami sebuah perjalanan, sebelum aku menikahimu. Kemarin-menjadi perjalanan panjang buatku dalam memahami hidup ini. Aku dibuat banyak berpikir dan termenung... Hingga akhirnya, aku memberanikan diri untuk menyampaikan hal itu. Kuungkapkan niatku pada orangtuaku dan orangtuamu. Hingga akhirnya semua terjadi, kita menikah. Perjalanan baru bermula. Rupanya ada banyak hal yang baru kelihatan saat ini. Entah kenapa, hal itu tak terlihat sejak dulu. Sekarang aku tahu, seberapa keras perjalananku hari ini tak sebanding usaha menghalalkanmu. Arsip Pribadi

Baca Puisi on Radio

Saya belum pernah membacakan puisi saya secara langsung di radio. Ini ON AIR, dan pengalaman pertama itu terjadi hari Kamis malam, 15 Juni 2017. Saya mendapat undangan dari Pak Rusdin Tompo, melalui pesan di fb. Saya membacakan beberapa puisi saya di stasin Radio RRI Makassar, bersama para pembaca puisi muda yang luar biasa. Dan saya sadar pada diri saya saat itu juga, saya harus memperbaiki tulisan tulisan saya. Terutama tulisan untuk dibacakan. Soalnya baru tahu, kalau tulisan yang dibacakan dengan bersuara itu berbeda dengan tulisan yang dibacakan di dalam hati. Itu saja sih. Source : https://ichef.bbci.co.uk

Mengikatkan Budaya Pada Anak anak

Hampir saja saya lupa menulis. Sesuatu di dalam kepala jika tak dituliskan akan berefek jadi susah tidur. Bukan susah move on ya. Kamu sih, dikit dikit, baper. Simpan dulu perasaannya gaes, jangan dibawa terus! Oke untunglah, meski saya harus aktif di beberapa dunia, dunia fesbuk, dunia instagram, dunia twitter, dunia linkedIn, dunia blog dan dunia nyata yang tak berkesudahan memberi masalah, saya masih ingin meluangkan waktu untuk menulis. Meski sedikit saja. Ide yang ingin saya tuliskan malam ini terinspirasi dari ceramah yang dibawakan oleh Camat Somba Opu, di masjid dekat rumahku, pada malam ke sebelas ramadan, 6 Juni 2017. Ya, tepat, kemarin. Namanya Pak Subair, Camat baru di Somba Opu Kabupaten Gowa. Ia berpesan kepada masyarakat bahwa, saat ini yang penting adalah memperkenalkan kembali budaya yang kita miliki kepada anak anak. Ya, tentu ini adalah hal penting. Mengapa ini penting? Sebab, budaya daerah kita mulai hilang, perlahan demi perlahan. Kira kira begitu maksud uc

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog