Skip to main content

Posts

Suwanti (yang mati di jembatan kembar)

KATAMU , hujan akan turun malam ini. Deras sekali. "Hingga membikin tubuhmu menggigil kedinginan." *** Alangkah bergetar bulu kudukku, ketika baru saja menutup telepon darimu, hujan turun seketika. Deras.  Sangat deras. Aku mencoba meneleponmu kembali. Kucari namamu di kontak.  S u w a n ti.  Dapat. (tiiiik.. tiiiiik... nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan....) *** Kau hidup di tengah tengah kawasan perdesaan. Jauh dari arus komunikasi dan dunia maya.  Keseharianmu disi dengan menyapa tetangga, membicarakan hal hal yang sebetulnya bisa dipercaya dan sekaligus juga tidak bisa diterima akal sehat. Kau pernah bercerita tentang kisah kucing tanpa ekor yang tengah ramai diperbincangkan di wilayah sekitaran Kallongtala', sebuah daerah yang dihuni sekitar 99 kepala rumah tangga. Daerah yang dikelilingi pohon bidara , sebuah pohon yang dipercaya bagi masyarakat sebagai tumbuhan pengusir makhluk halu

Berani bermimpi selagi ada modal

Mimpi yang jadi kenyataan Baiklah, saya ingin sedikit menuliskan tentang pengalaman saya yang bermula dari mimpi.  Mimpi tak bisa dilarang. Setiap orang berhak atas mimpinya.  Lima tahun lalu saat saya pertama kali masuk di S1, saya mulai mengakrabkan diri dengan tulisan. Mulai dari menulis artikel di media massa hingga menulis sajak singkat di buku catatan harian. Tahun itu menjadi amuk besar emosi saya. Pasalnya saya sangat pusing saat itu untuk mengetahui di bidang apa passion ku berada. Bakatku masih abu-abu kala itu. Dua tahun pun berlalu. Kepenulisan saya mulai berkembang. Hal itu ditandai dengan aktifnya saya menulis, termasuk mengirimkan tulisan ke media massa lokal -dan dimuat-, serta rampungnya buku pertamaku berjudul "The Poetic Critique." Di tahun yang sama saya juga menerbitkan buku "Senandung Rindu" kolaborasi bersama penulis Ainun Jariah, yang kini jadi istriku. Saya bersyukur sebab bisa ditunjukkan bakat ini. Ya, bakat menulis, termasuk mengedi

Begini Sarapan Sehat dan Bergizi ala Energen Extra Baru

SEJAK KECIL saya sangat senang ketika ibu menghidangkan segelas energen hangat di pagi hari sebelum beraktivitas. Saya lebih sering minum rasa cokelat. Meskipun bukan berarti tidak suka dengan rasa lain. Saya juga pernah mencoba rasa vanila dan jahe. Tetapi saya belum coba rasa kacang hijau, rasa jagung dan rasa yang pernah ada. Perpaduan Energen Extra Baru Kombinasi paling asyik bersama energen ini tentu saja makanan ringan yang cukup bergizi. Sejak SD hingga sekarang saya suka menggabungkan energen dengan biskuit. Kadang pula dengan roti. Tapi yang lebih asyik tentu saja bersama biskuit. Karena bisa seketika dicelup ke minuman. Biskuit roma sudah sejak dulu dikenal oleh keluarga Indonesia. Termasuk keluarga saya, tentu saja. Biskuit ini lebih sering dipakai jadi makanan pembuka pada pagi hari atau sore hari menjelang malam. Perpaduan biskuit ini sangat pas dengan 'yang hangat hangat'. Apalagi jika dikonsumsi di pagi hari. Karena kesibukan kerja dan kuliah, m

"Apa Kau Tak Lihat Lampu Itu Hijau?"

"Kenapa masih berhenti? Ayo jalan!" Barangkali itulah kalimat yang dipendam oleh orang orang yang sengaja membunyikan klakson ketika lampu lalu lintas baru saja menyala hijau. Saking terburu burunya, barangkali lagi, ia mengira bahwa pengguna jalan di depan akan tetap singgah berlama lama sambil menunggu lampu merah berikutnya. Apa iya? Haruskah ada orang yang rela diterkam panas matahari atau disergap dingin hujan yang lebih lama di bawah lampu lalu lintas? Apa ada? Semua orang pasti akan melaju, sayang! Masa ada yang mau habiskan permainan mobile legend-nya di 'lampu merah'? Ya manusia, yang punya otaaak. Nah begini saja. Pertama, jangan biasakan menyentuh klakson saat di lampu merah. Kedua, pikirkan, apa ada yang mesti lebih didahulukan dengan segera dibanding "ada kompor yang lupa dimatikan" atau "ada penagih utang yang sudah sejak lama berdiri di depan pintu rumah", ataukah lagi "ada anak gadis yang sudah meronta ront

Guru Favoritku Itu Bernama Ibu Munasiah

Ya, namanya Ibu Munasiah. Guru Biologi SMPku. Inilah guru favorit yang mengajarkanku banyak hal. Mulai dari apresiasi (pentingnya menghargai potensi siswa) hingga memberikan apa yang siswanya butuhkan. Ia dapat mengajar berapa jam pun di kelas, dan tak satu pun siswa yang bosan. Pengalaman bersamanya tak terlupakan meski 10 tahun berlalu. Pernah suatu ketika, waktu itu adalah saat saat sedih di sekolahku itu. Saya harus pindah ke Mamuju, Sulawesi Barat untuk mengikuti ibu yang diangkat jadi guru tenaga kontrak di sana. Singkat cerita, acara perpisahan pun dimulai di sekolahku. Ada Ibu Munasiah yang memandu. Setiap siswa diajak menuliskan di secarik kertasnya sebuah pesan dan kesan tentang saya. Perpisahan pun betul betul terjadi. Dan itu terjadi secara tiba tiba. Sebab tak ada kabar satu minggu atau sebulan sebelumnya kalau saya akan pindah.  Saya bukanlah siswa yang berprestasi saat itu, bukan pula ketua kelas, tapi saya mendapat perlakuan yang luar biasa dari ibu gu

Ketika Temanku Bertanya, "Kenapa Kamu Menikah?"

BARU BARU ini, ketika sedang bersantai di depan sebuah gedung bersama teman teman, kami mendiskusikan masalah pasangan dan jodoh. Saat asyik bercengkerama, tiba tiba salah seorang di antara mereka bertanya kepada saya: "Atas dasar apa kamu menikah? Bagi tipsnya dulue." Seketika kujawab, "Silakan tunggu buku saya tentang pernikahanku." Dia langsung diam, dan melanjutkan belajarnya. ___ Di sini, saya cuma mau bilang begini. Kau tak bisa meminta tips pernikahan yang baik, atau bagaimana cara bisa menikah dan menjalaninya dengan baik kepada setiap orang yang baru menikah. "Setiap orang punya jalan jodohnya sendiri sendiri." Saya tak bisa memberikanmu sebuah motivasi, laiknya saya seorang motivator. Barangkali yang bisa saya berikan adalah kisah yang saya jalani dan lakukan selama ini, dan itu baik kiranya kalau kau membacanya melalui tulisan tulisanku. Bukan lewat ucapanku langsung. Menjadi motivator itu.. Saya tak sanggup menerima

Waktu Cepat Berlalu

YA , sesuai judul tulisan ini. Hari ini, waktu memang terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa, senin datang lagi. Dan Minggu berlalu begitu cepat. Sama seperti hari Jum'at. Antara Jum'at yang satu dengan Jum'at berikutnya terasa seperti cuma sehari. "Deh, tidak dirasa waktu, senin mi lagi. Jum'at mi lagi. Deh cepat na waktu." Gumamku kadang di hadapan teman-teman. Dan rupanya, bukan cuma saya yang merasakan. Tapi yang lain pun demikian. Pertanyaannya. Kok bisa? Nah, itu dia.  Baru baru ini, seperti pengalamanku Jum'at kemarin, saya kembali merasakan hal itu. Tepat seusai salat Jum'at.  Hal paling sering yang kulakukan ketika habis Jumat yakni berdiam diri di masjid. Bukan karena ingin berzikir, tapi karena satu hal. Ingin melihat semangat anak anak memperebutkan makanan berupa roti yang dibagi pengurus masjid kepada jemaah. Ini terjadi tiap Jum'at di masjid Nurul Aqsa' Kallongtala', Gowa. Sepulang dari masjid

Kado Ulang Tahun 2018

HARI PALING bahagia menurutku adalah ketika sebelumnya ada masalah yang terjadi, lalu diakhiri dengan senyum, pelukan dan cinta. Itulah yang kurasakan dalam hari hari menjelang dan sesudah hari ulang tahunku ini. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan baik. Sungguh saya merasa kado paling istimewa telah diberikan oleh Tuhan melalui hamba-Nya di bumi. Saya ingin bercerita sedikit tentang tanggal 28 November. Satu hari yang panjang, saya kira. Pulang dari kantor, saya langsung menuju rumah hanya karena harus membawakan kunci kamar yang terlupa. Istriku datang sepulang mengajar, tapi lupa bawa kunci kamar. Setelah tiba di rumah, saya langsung pamit lagi ke istri untuk melanjutkan perjalanan. Selanjutnya saya ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulsel. Awalnya kaget, karena melihat isi kantor yang sepi. Tapi terus saya naik ke lantai dua, akhirnya dipertemukan dengan seorang pustakawan yang terkenal karena memiliki keunikan. Pandai berpantun. Ya, dialah Zahir

Galang, 23 Tahun Lalu

DUA PULUH TIGA tahun silam, telah lahir seorang bayi bernama Muhammad Galang Pratama. Nama itu merupakan pemberian dari ayahnya. Ketika sang ibu tengah berjuang melahirkan Galang, ayahnya masih berada di lokasi KKN. (Ini cerita Ibu, versi kakek Galang, awalnya ia diberi nama Muhammad Isra ) Arsip Bapak yang Terselip di Lemari Tua Tempat KKN Bapak berada di Kecamatan Galang. Di sebuah desa di Kabupaten Toli toli, Sulawesi Tengah. Itulah sebab namanya hingga kini, Galang. Yang berarti nama sebuah kampung di tempat ayahnya melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat. Sewaktu berada di Mamuju 2014 silam, Galang sempat menanyakan asal muasal pemberian namanya. Sontak ayahnya heran. Galang yang kala itu sedang dibonceng oleh ayahnya mendengar dengan terang perkataan ayahnya. "Kamu diberi nama Galang, karena saya dulu punya mimpi waktu masih muda mau mendirikan perusahaan dengan nama PT. Galang." "Terus, Pak?" "Tapi sayangnya, mimpi itu tid

Cerita Anak Pung Julung-julung; Beranilah, Seperti Namamu

Menceritakan Kembali Karya Nurmadia Syam , Beranilah, Seperti Namamu , dalam Buku Berjudul "Pung Julung-julung" diterbitkan oleh Penerbit de la macca kerjasama Balai Bahasa Sulawesi Selatan tahun 2017. Foto : Dokumen Pribadi -- I BARANI , seorang anak yang terlahir dari laut lepas yang luas. Ia serupa matahari yang garang dan berani. I Barani memiliki tiga orang kakak. Salah satu di antaranya adalah kembarannya. Kakak pertamanya bernama I Kassa. Punya sifat yang baik dan mendukung I Barani dalam segala hal. Lain halnya dengan kakak keduanya, bernama I Rewa. I Rewa, seorang lelaki dengan postur tubuh tinggi dan lincah. Tapi, kekurangannya karena ia mudah marah. "Bahkan ia tak segan beradu otot jika disanggah." (hal. 6) Selain kedua kakaknya itu, ia punya saudara kembar yang lahir lima menit lebih dulu dibanding dirinya. Namanya I Gassing. Orangnya baik, selalu memotivasi adiknya unuk selalu berani menghadapi tantangan. "Kau dinamai I Barani.

Penggagas RHD, Darmawan Denassa Berbagi Pengalaman dalam Pelatihan Instruktur Literasi di Makassar

Dokpri Bernama asli Darmawan d.nassa. Nama belakangnya berubah pada tahun 1999 ketika tulisannya dimuat oleh majalah sastra Horison. Majalah sastra tertua di Indonesia itu menerbitkan tulisannya dengan nama Darmawan Denassa. Tak ada lagi huruf "d" lalu titik. Seperti nama awal yang ia gunakan selama menulis di Koran Kampus Identitas Unhas dan Rubrik Budaya Fajar. "Jadi sekarang kalau Anda menemukan seorang anak di belakang namanya ada kata 'denassa', berarti itu anak saya," pungkasnya. Darmawan Denassa, kini bermukin di jalan Borongtala 58 A Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Denassa, panggilan akrabnya, membangun Rumah Hijau Denassa (RHD) tahun 2007 silam. Kini RHD telah bermetamorfosis menjadi kampung literasi, wahana belajar lingkungan hidup, bahkan RHD akan dijadikan sebagai daerah literasi wisata pertama di Indonesia. RHD telah mendapat banyak penghargaan baik skala lokal, maupun nasional. T

BEKERJASAMA DALAM KREATIVITAS

KAMI selalu senang bekerjasama dalam kreativitas. Ide unik selalu saja muncul ketika pikiran "dipaksa" berada dalam zona kerja kreatif juga. Alhamdulillah, kabar baik datang di waktu tepat. Karena kali ini kami menerima naskah dari seorang penulis opini produktif yang ada di Sulawesi Selatan. Hampir tiap bulan (untuk tidak mengatakan berlebihan), opininya selalu hadir di media cetak. Bahkan saya sendiri pernah mendapatkan opininya terbit dua kali pada bulan yang sama, kadang juga dari koran yang berbeda atau sama, dengan judul dan sudut pandang yang berbeda di antara artikel yang dimuat. Selain itu, penulis produktif ini, juga menulis puisi, sajak sajak yang sangat menyentuh dengan menggunakan kosa kata berdasar dari background penulis, hadir menghiasi buku bukunya. Ada banyak penulis yang sudah tidak menulis. Ada juga penulis yang betul betul mau jadi penulis tapi jarang menulis karena merasa disibukkan oleh pekerjaannya. Gambar : Bersama Penulis Buku Anatomi Rindu 2,  R

AKHIR BULAN YANG BERAKHIR PENUH DEBAR

Tak seperti bulan bulan sebelumnya. Ada yang berbeda di penghujung Agustus ini. Yang paling terasa adalah persoalan keuangan yang semakin hari makin menipis. Bahkan boleh dibilang sempat minus. Proses panjang kini sedang kami tempuh menuju ... ya semoga (masa depan yang cerah). Memang tak mudah dalam merintis. Berbulan bulan merasakan "kepahitan". Banting tulang mengerjakan banyak hal sekaligus. Memikirkan berbagai macam bidang. Sehingga efek seperti denyut di kepala kadangkala terasa sekali. Mulai awal Agustus ini hingga menjelang penghabisan yang penuh debar. Bahkan tanggal 30, semuanya menjadi puncak. Kemarahan, debar dan air mata sempat terasa. Bahkan pengeluaran terus mengalir deras tiap hari. Pemasukan nihil 1 rupiah pun di akhir itu. Banyak yang belum terbayar! Semuanya datang secara bersamaan. Tapi, lantas aku mesti marah pada dzat yang maha mengatur? Tentu tidak. Aku terus mengikuti skenario yang sedang diberikan untuk keluargaku dan untuk diriku secara pribad

MIMPI YANG DIWUJDUKAN BARU SETELAH NIKAH

INI BERMULA sejak tiga tahun lalu, tepatnya 2015 silam. Saat itu saya dengan semangat semangatnya menulis dan mencari tahu apa itu dunia kepenulisan (dan juga pada akhirnya, dunia perbukuan). Tiga tahun sebelumnya, saya membikin blog pertama saya. Saya curahkan segala isi hati lewat wadah itu. Dari situ saya belajar berproses. Akhir 2015, buku pertama saya terbit di salah satu penerbit indie di Jogja. Bukan waktu sebentar menyiapkan semua penerbitan (dan biaya) buku perdana saya untuk terbit kala itu. Sebelum akhirnya terbit di Garudhawaca, naskah kumpulan puisi saya itu saya kirimkan ke salah satu penerbit indie yang saya kenal lewat sebuah event kepenulisan berhadiah paket penerbitan gratis di FB (dengan syarat buku antologinya itu harus dibeli lagi setelah terbit). Di belakang hari, ternyata naskah buku saya tidak diacuhkan. Bukan hanya itu, setelah saya susah payah membuat cover buku saya sendiri dan belajar mengeditnya, rupanya setelah buku dikirim ke saya, nomor ISBN y

Bagaimana Cara Mencintai yang Sebenarnya

"Cinta yang matang adalah bila Anda mencintai pasangan Anda apa adanya." -- Mark Goulston, Psikiater University of California (Dikutip dari Majalah Ayahbunda, edisi 1993, h. 68) Lebaran Iduladha 1439 H, Bontonompo Gowa

Spesialisasi Gender di Hari Lebaran

LAKI LAKI itu datang sore hari. Mertuanya sudah menunggu sejak pukul satu siang. Pekerjaan dan jalan yang macet menjadi alasan basi laki laki itu kepada ibu istrinya. Ketika sampai, tak berselang lama, dilihatnya dua perempuan di rumah itu sedang sibuk menyiapkan makanan. Sang mertua perempuan dan adik ipar menguliti bawang merah. Istri laki laki itu kemudian turut membantu. Perempuannya memotong kentang dan segala macam rempah rempah. Laki laki itu ke tempat duduk. Tak lama berselang, tersedia makanan dan teh hangat di meja. Laki laki itu menyeruputnya. -Interval- Laki laki itu pun sibuk main hape. Melihat berita terkini yang hanya berisi pendapat orang orang di fesbuk. Orang orang sibuk dengan ucapan mohon maaf yang dikatakan berulang ulang. Setiap hari lebaran tiba, ucapan kopi paste itu pasti dituliskannya kembali. -interval- Kembali ke perempuan yang bekerja di dapur. Ibu dan dua anak perempuannya sudah hampir menyelesaikan makanan hari lebaran. Malam

Melihat Seorang Pria Mengendarai Sepedanya dengan Cara Unik

KAMIS sore, sehari sebelum dirgahayu tahun 2018 RI, saya melihat langsung kejadian aneh sekaligus menegangkan. Pasalnya di tengah perjalanan saya menuju rumah istri. Tepatnya di Jalan Poros Pallangga, Gowa. Sekitar 1 km dari jembatan kembar Sungguminasa, saya melihat seorang pria (30) mengendarai sepedanya. Akan tetapi yang unik adalah gayanya. Badannya dibalik ke belakang. Dan sepeda tetap melaju ke depan. Pria yang memakai songkok dan masker hitam itu duduk di stir sepedanya sambil kakinya yang terus menggerakkan pedal. Foto: Arsip Pribadi Tangannya digoyang goyangkan di depannya. Sambil sesekali memerhatikan para pengendara yang lewat. Saya melajukan motor. Setelah melihat dan mengamati pria "aneh" itu, saya tiba tiba berpikir untuk mengabadikannya. Akhirnya saya ambil kiri. Kukoceh segera gawaiku dari tas. Saya kemudian kembali menyalakan mesin kendaraan. Tangan kiri memegang hp, tangan kanan memegang pedal gas. Namun, saya sudah sempat mengabadikan

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog